MAKALAH
MISI KEROSULAN
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah tafsir 1
Disusun oleh :
1.FIRMANSYAH
2.JAJA NURJAMA
3.AULAWI AMIN
4.ANIS MULYATI
5.RIDA NURAIDA
6.GINA
INSTITUT
AGAMA ISLAM CIPASUNG (IAIC)
SINGAPARNA
TASIKMALAYA
2014
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur
kepada Allah Yang Maha Esa dan Maha Kuasa, Pengusa segala kerajaan seluruh alam
di langit dan bumi, Shalawat dan Salam tetap tercurah kepada Rasullallah
Muhammad SAW.Pengantar tafsir 1,
makalah yang kami angkat sebagai
bahan pemenuh program mata kuliah tafsir 1, tema yang diambil adalah tema yang
disesuaikan dengan pilihan yang jamak diberikan di semester II yaitu “misi
kerosulan”.
Kami sampaikan rasa terima kasih yang sangat luas Kepada Bapak Ases
sarifudin ,selaku dosen pembimbing mata kuliah tafsir 1 yang sudah menyempatkan
waktunya untuk membimbing kami supaya mengerti ilmu tafsir 1.Semoga makalah ini
bermanfaat, Penulis memohon ridho serta berkah dari Allah, kami meminta maaf
dan terimaksih dari pemerhati serta saran dan kritik kami nantikan.
Singaparna, Maret 2014
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.
LATAR BELAKANG
Al-Qur’an
memberikan kekhususan dan keistimewaan kepada nabi Muhammad SAW, hal ini
dikarenkan tantangan dan cobaan yang dihadapinya lebih berat, namun
keberhasilan yang dicpainya melampaui keberhasilan yang dicapai para nabi
sebelumnya. Dalam beberapa komentar disebutkan oleh Annie Besant, dalam bukunya
The Life and Teaching Of Muhammad sebagaimana dikutip H.M Quraish Shihab sampai
pada kesimpulan : Mustahil bagi siapapun yang mempelajari kehidupan dan
karakter Muhammad SAW, hanya mempunyai perasaan hormat saja terhadap nabi mulia
itu. Ia akan melampaiunya sehingga meyakini bahwa beliau adalah seorang nabi
terbesar dari sang pencipta
Tentu
saja informasi yang disampaikan al-Qur’an dan penjelasan yang diberikan para
ahli sejarah mengenai kisah para rasul berikut permasalahan yang dihadapinya
bukan hanya sebagai pengetahuan atau wacana, melainkan untuk digali pesan
ajaran moral yang terkandung didalamnya, serta dijadikan bahan renungan untuk
kemungkinan diterapkan pada masa selanjutnya. Dengan demikian keimanan yang
demikianitu diharapkan dapat menimbulkan dampak psikologis edukatif bagi umat
manusia.
Seiring dengan uraian tersebut, pada makalah ini penulis mencoba membahas lebih lanjut mengenai makna kerasulan dan dampaknya bagi pembinaan dan pendidikan ummat manusia, dengan focus kajian surat An-Nisa’ ayat 115
Seiring dengan uraian tersebut, pada makalah ini penulis mencoba membahas lebih lanjut mengenai makna kerasulan dan dampaknya bagi pembinaan dan pendidikan ummat manusia, dengan focus kajian surat An-Nisa’ ayat 115
2.
RUMUSAN MASALAH
Agar
makalah ini sesuai dengan judul maka kami membuat rumusan masalahnya antara
lain:
1.
menjelaskan tentang apa Q.S An-Nisa:115?
2. Apa
yang terkandungan dalam surat An-Nisa:115?
3.
Bagaimana hubungan misi kerasulan dengan
pendidikan ?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Surat An-Nisa’ Ayat 115
Surat An-Nisa’ ayat 115
selengkapnya berbunyi
`tBur È,Ï%$t±ç tAqߧ9$# .`ÏB Ï÷èt/ $tB tû¨üt6s? ã&s! 3yßgø9$# ôìÎ6Ftur uöxî È@Î6y tûüÏZÏB÷sßJø9$# ¾Ï&Îk!uqçR $tB 4¯<uqs? ¾Ï&Î#óÁçRur zN¨Yygy_ ( ôNuä!$yur #·ÅÁtB ÇÊÊÎÈ
Artinya :
dan barang siapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan
mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mu’min, kami biarkan ia berkuasa terhadap
kesesatan yang telah dikuasainya itu dan kami masukan ia ke dalam neraka
jahannam, dan neraka Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali.
Dikalangan para ulama rafsir jarang sekali dijumpai
keterangan yang menjelaskan tentang sebab-sebab turunya ayat 115 tersebut. Dari
176 ayat yang terkandung dalam surat An-Nisa’ ini diketahui tidaklah turun
sekaligus, melainkan secara bertahap sesuai dengan situasi dan kondisi yang
mengitarinya. Namun demikian kandungan ayat 115 yang antara lain berisi kecaman terhadap orang
yang menentang Rasul dengan akan dimasukanya kedalam neraka Jahanam.
dapat diketahui bahwa ayat ini turun dalam situasi dimana
masyarakat Arab Jahiliyah pada saat itu banyak yang menentang Rasulullah.
Penentangan ini dapat difahami karena sesuai dengan penjelasan, bahwa secara
umum keadaaan masyarakat pada saat datangnya para Rasul berada dalam keadaan
kekacauan (chaos ), jauh dari kebenaran
dan cenderung menentang kepada siapa saja yang mengingatkan dan meluruskan
mereka. Dengan keadaan demikian, maka wajar jika banyak orang yang masih belum
mau mengikuti Rasulullah. Walau demikian karena Rasulullah SAW membawa agama
yang diturunkan oleh Allah, maka dengan sendirinya Allah melindunginya dan
sekaligus mengecam orang-orang yang menentangnya.
Dalam berbagai kitab tafsir tidak dijumpai pendpat yang
menjelaskan tentang hubungan secara langsung antara surat Ani-Nisa’ ayat 115
dengan ayatt yang terdapat dalam surat Al-Imron tersebut diatas. Namun dapat
dilihat dari segi isinya tampak antara ayat-ayat tersebut saling menafsirkan,
ayat 115 surat An-Nisa’ yang menjelaskan
kecaman Allah terhadap orang-orang yang mengingkari Rasulullah SAW berupa
siksaan api neraka Jahanam, sedangkan ayat 106-108 surat Al-Imron menjelaskan
ayat-ayat tersebut.
B.
Kandungan Surat An-Nisa’ Ayat 115
Maksud dari ayat 115 sebagaimana dijelaskan oleh al-Maraghi
adalah sebagai berikut: Barang siapa yang menentang Rasul dengan cara murtad
dari Islam dan menunjukan dengan jelas permusuhan kepadanya, setelah tampak
dengan jelas hidayah (petunjuk) pada ucapanya, dan ditegakan argumentasi yang
kuat, serta mereka mengikuti jalan yang tidak sesuai petunjuk, maka kami
(Rasul) akan membiarkan mereka itu berada dalam kesesatan
Lebih lanjut al-Maraghi menjelaskan bahwa ayat tersebut
menerangkan sunatullah yang berlaku terhadap amal perbuatan manusia, serta
penjelasan terhadap apa yang diberikan Allah kepadanya, berupa
kehendak,kebebeasan dan berbuat berdaarkan pilihanya sendiri. Sesuatu dari
aspek perbuatan yang dipilihnya untuk dilakukan, itulah pula (balasan) yang
akan diberikan Allah kepadanya. Amal perbuatanya itulah yang menjadi pemandu
dan petunjuk terhadap jalan yang ditempuhnya. Dalam kaitan ini tidak akan
dijumpai kekuasaaan Allah yang dipaksakan kepada manusia agar ia mengerjakan atau
meninggalkan perintah-Nya, hingga ia dimasukan kedalam neraka Jahanam karena
perbuatan mereka sendiri.
Dengan demikian pada manusia terdapat kebebasan untukmemilih
perbuatan yang akan dilakukanya dengan segala konsekwensi atau akibatnya.
Orang-orang yang menentang rasul adalah karena pilihanya sendiri dan
dimasukananya mereka kedalam neraka jahanam juga karena pilihanya juga.
Kerasnya kecaman Allah kepada orang-orang yang menentang Rasulallah SAW tersebut tentu saja memiliki maksud yang amat dalam. Allah menginginkan agar ummat manusia mengikuti ajaran Rasulullah SAW dengan tujuan agar mereka tidak tersesat dan tidak pula celaka. Rasulullah SAW sendiri dalam salah satu hadistnya mengingatkan: aku tinggalkan dua perkara untukmu yang dijamin tidak akan tersesat selama berpegang kepada keduanya, yaitu kitabullah (alqur’an) dan sunnah Rasul (Hadistnya). (H.R.Imam malik). Contoh-contoh dalam sejarah telah memperlihatkan bahwa orang yang durhaka kepada para Rasul berahir dengan kehidupan yang tragis, kehidupan mereka terhina, celaka dan buruk yang penyebab utamanya adalah diri mereka sendiri
Kerasnya kecaman Allah kepada orang-orang yang menentang Rasulallah SAW tersebut tentu saja memiliki maksud yang amat dalam. Allah menginginkan agar ummat manusia mengikuti ajaran Rasulullah SAW dengan tujuan agar mereka tidak tersesat dan tidak pula celaka. Rasulullah SAW sendiri dalam salah satu hadistnya mengingatkan: aku tinggalkan dua perkara untukmu yang dijamin tidak akan tersesat selama berpegang kepada keduanya, yaitu kitabullah (alqur’an) dan sunnah Rasul (Hadistnya). (H.R.Imam malik). Contoh-contoh dalam sejarah telah memperlihatkan bahwa orang yang durhaka kepada para Rasul berahir dengan kehidupan yang tragis, kehidupan mereka terhina, celaka dan buruk yang penyebab utamanya adalah diri mereka sendiri
Selain dari pada itu, makna kerasnya kecaman Allah SWT
kepada orang yang menentang Rasul itu dapat dipahmi secara terbalik, yaitu
bahwa Allah akan memberikan pujian bagi orang-orang yang mengikuti ajaran yang
dibawa para Rasul tersebut, sebagaimana Allah SWT sendiri memuji Rasulullah SAW
karena keagungan akhlaknya.
Akhlak Rasulullah SAW yang agung itu diceritakan dalam
al-Qur’an dan juga dalam riwayat hidupnya dengan tujuan agar manusia
meneladaninya. Dalam kaitan ini al-Qur’an menegaskan: Sesungguhnya terdapat
dalam diri Rasulullah itu keteladanan yang baik bagi yang mengharapkan (ridha)
Allah dan ganjaran dihari kemudian. (Q.S. al-Ahzab, 33 ayat 21). Namun tentu
saja mengikuti Ahklak Rasulullah SAW disesuaikan dengan kadar kesanggupan yang
dimiliki manusia
C.
Hubungan Misi Kerasulan Dengan Pendidikan
1.
Aspek-aspek kependidikan
Terdapat empat aspek
pedidikan yang dapat dikaji dari hasil analisis terhadap makna kerasulan
sebagaimana diuraikan diatas. Keempat aspek pendidikan tersebut adalah sebagai
berikut:
a. pentingnya
pendidikan akhlak.
Hal ini dapat dipahami dari
misi yang dibawa oleh rasul yang intinya adalah pembinaan akhlak. Nabi Muhammad
SAW dengan tegas menyatakan “bahwasanya
aku diutus kemuka bumi hanyalah untuk menyempurnakan akhlak” . akhlak yang
dimaksud disini bukanlah kajian teoritis filosofis tentang etika sebagaimana
yang dijumpai dalam kajian mengenai filsafat etika, melainkan contoh perilaku
nyata dalam berbagai aspek kehidupan yang disertai dengan nilai-nilai luhur.
Dalam bidang ekonomi misalnya, dotegakan akhlak berupa pemeartaan, anti
monopoli, menggunakan harta tidak terlalu berlebihan atau untuk tujuan-tujuan
keburukan, diperoleh dengan cara yang halal dan baik, dan digunakan dengan cara
yang baik pula. Dalam bidang sosial ditegakan akhlak kesederajatan (egaliter),
saling tolong menolong atas dasar keimanan dan ketakwaan, anti rasial, anti
kasta, dan sebagainya. Dalam bidang politik ditegakan akhlak kejujuran, amanah,
keadilan, musyawarah, melindungi kaum yang lemah, tanggung jawab dan
demokratis. Dalam bidang hukum ditegakan akhlak keadilan, kesamaan, tanpa pilih
kasih, manusiawi, tanggung jawab dan amanah. Dalam bidang kebudyaan ditegakan
akhlak kesucian jiwa, cendrung kepada kebenara, jauh dari memperturutkan hawa
nafsu dan sebagainya. Akhlak yang demikian itulah yang selanjutnya harus
dijadikan sebagai bagian pokok dalam materi pendidikan.
b. pentingnya mentaati guru.
Para rasul yang diutus oleh
Allah SWT adalah guru bagi kaumnya. Allah menyuruh ummat manusia mentaati Rasul
ini berarti Allah menyuruh ummat manusia mentaati guru dan jangan sekali-kali
menentangnya. Ketaatan kepada guru ini adalah terkait dengan peran guru sebagai
agen ilmu pengetahuan, bahkan agen spiritual. Dalam pandangan para ahli
pendidikan yang menggunakan paradigma sufistik terdapat kesimpulan bahwa para
guru adalah agen spiritual dan agen ilmu dari Allah. Mereka berpendapat bahwa
pada hakikatnya ilmu itu berasal dari Allah danpara guru sebagai mediator yang
menyampaikan ilmu dari Allah itu kepada manusia[10]. Sejalan dengan itu, maka
bagi orang yang ingin mendapatkan ilmu dari Allah, maka ia harus menghormati
guru sebagai mediatornya. Para rasul telah memainkan perananya yang demikian
itu, walaupun dalam prakteknya ada yang berhasil dan pula yang gagal dan kurang
berhasil.
c.
pentingnya
profesionalisme bagi seorang guru.
Para ahli pendidikan pada umumnya sepakat
bahwa seorang guru yang professional adalah guru yang selain menguasai materi
pelajaran dengan sebaik-baiknya dan mampu menyampaikan materi pelajaran
tersebut secara efektif dan efisien, juga harus memiliki akhlak yang mulia dan
berkepribadian mulia. Seorang guru yang harus mengamalkan nilai-nilai luhur yang
diajarkan kepada siswanya. Hal yang demikian dapat dipahami dari sikap yang
diperlihatkan para Rasul. Mereka itu selain menguasai dengan baik ajaran Allah
yang harus disampaikan kepada ummat manusia juga berakhlak mulia. Sikap yang
ada pada Rasul itu adalah ciri-ciri profesionalitas bagi seorang guru.
Keberhasilan Rasulullah dalam mengemban ajaran Allah itu menunjukan bahwa
beliau adalah seorang guru yang professional. Selanjutnya jika saat ini kita
menyaksikan adanya kegagalan yang dilakukan para guru dalam mendidik para
siswanya bisa jadi disebabkan karena mereka bukan guru yang professional
d. mengingatkan tentang banyaknya tugas yang harus dilaksanakan
oleh seorang guru.
Guru bukan hanya sebagai penyampai ilmu
pengetahuan dan ajaran-ajaran, melainkan ia juga harus tampil sebagai pengawal
moral dan sebagai teladan. Selain itu ia juga harus tampil sebagai reformer,
pembaharu, innovator, guru bangsa, pejuang, pekerja keras, wiraswasta, orang
tua yang baik dan bertanggung jawab, sahabat yang setia, hakim yang adil,
pemimpin yang bijaksana, dan sebagainya.
2.
Misi-misi Rosul yang terkandung Dalam al-Qur’an
Ada
beberapa misi rosul yang terkandung di dalam Al-Quran diantaranya :
a.
Rasulullah
sebagai pengajar dan pendidik
Dapat dipahami dari ayat yang artinya:” Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul
diantara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka
danmengajarkan kepada mereka kitab dan hikmah. Dan sesungguhnya mereka
sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata”. (Q.S al-Jumu’ah, 62; 2).
Berkenaan dengan hal ini H.M Quraish Syihab mengatakan, bahwa mensucikan dan
mengajarkan manusia sebagaimana terdapat pada ayat tersebut adalah bahwa
mensucikan dapat diidentikan dengan mendidik, sedangkan mengajar tidak lai nkecuali
mengisi otak anak didik dengan pengetahuan yang berkaitan dengan alam metafisik
serta fisika. Tujuan yang ingin dicpai dengan pembacaan, penyucian dan
pengajaran tersebut adalah pengabdian kepada Allah sejalan dengan tujuan
penciptaan manusia yang ditegaskan oleh al-Qur’an surat Al-Dzariat ayat 56 yang
artinya: “Aku tidak menciptakan jin dan
manusia melainkan agarmereka beribadah kepada-Ku”.
Tugas dan fungsi Rasulullah SAW dijelaskan juga oleh ayat
yang artinya: Ya Tuhan kami, utuslah
untuk mereka seorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada
mereka ayat-ayat engkau dan mengajarkan kepada mereka al-Kitab(al-Qur’an) dan
hikmah serta mensucikan mereka. Sesungguhnya engkaulah yang Maha Perkasa lagi
Maha Bijaksana. (Q.S. Al-Baqarah, 2; ayat 129)
Tugas Rasulullah SAW tersebut selanjutnya
dimandatkan olehnya kepada para ulama, yaitu orang-orang yang tidak hanya
menguasai ilmu agama saja,melainkan juga menguasai ilmu pengetahuan umum, dan
ilmunya untuk itu bukan hanya diajarkan, tetapi digunakan sebagai sarana untuk
mendekatkan diri kepada Allah SWT[17], dengan memperhatikan ayat ini, maka
sebagai seorang guru selain harus menguasai ilmu pengetahuan baik agama maupun
umum serta mampu menyampaikan (mengajarkanya) dengan baik juga harus
mengamalkan ilmu yang
diajarkanya.
b.
Rasul
sebagai saksi atau penilai terhadap perbuatan manusia
Didalam al-Qur’an Allah SWT menyatakan: Dan demikian (pula)
kami telah menjadikan kamu (ummat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu
menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi
atas (perbuatan) kamu. (Q.S.al-Baqarah, 2, ayat 143)[18]. Kita menjadi saksi
sebagaimana disebutkan pada yat tersebut adalah saksi dipengadilan akhirat
kelak, yaitu ketika ummatnya diadili oleh Allah SWT. Sebagai saksi, rasul
memberikan pernyataan dan bukti-bukti yang myakinkan dan objektif terhadap
perbuatan yang dilakukan oleh umatnya.
Bertolak dari semangat ayat ini, maka seorang guru harus
pula memberikan penilaian yang objektif dan memberikan data-data yang akurat
dan meyakinkan terhadap prestasi belajar para siswanya, yang selanjutnya
digunakan sebagai dasar pertimbangan untuk menentukan lulus atau tidaknya
murid-murid yang diajarnya. Hal ini sesuai dengan konsep penilaian hasil
belajar siswa bahwa penilaian atau evaluasi harus dilakukan secara objektif
agar dapat diperoleh data yang akurat
c.
Rasul
sebagai mubaligh
Mubalgh yaitu menyampaikan ajaran yang diwahyukan Tuhan kepada
umat manusia. Didalam al-Qur’an kita jumpai ayat yang artinya: Dan kewajiban
Rasul itu, tidak lain hanyalah menyampaikan (agama Allah) dengan
seterang-terangnya. (Q.S. Al-Ankabut, 29 ayat 18)[20]. Ia benar-benar telah
menyampaikan ajaran tersebut secara tuntas, tnpa ada yang dikurangi dan
melbihkan. Ia telah berhasil melaksanakan fungsi mubaligh-nya epada umat saat
ini, dan pengaruhnya terasa hingga sekarang. Sebagai mubaligh ia dikenal mampu
menyampaikan tutur kata yang lembut, ringkas namunjelas dan padat isinya serta
disesuaikan dengan daya tangkap audienya. Sebuah ajaran yang telah disampaikan
dengan cara dan bentuk penyajian yang berbeda-beda sesuai dengan tingkat
kecerdasan para siswanya
Hal ini memberi petunjuk kepada para guru, agar disamping
sebagai pengajar ia juga sebagai mubaligh yang harus menyampaikan pesanya sesuai
dengan kecerdasan anak didiknya. Untuk itu perlu diupayakan metode dan
bentuk-bentuk penyajian pesan yang menarik dan mudah dicerna. Dalam kaitan ini
dapat disampaikan melalui bentuk contoh, teladan, nasehat, bimbingan, peragaan,
magang dan sebagainya. Tugas yang demikian itu menjadi bagian integral dari
tugas seoran guru. Hal ini juga terkait dengan konsep pendidikan tentang alat
bantu pembelajaran berupa media. Agar proses belajar mengajar menyenangkan dan
mudah ditangkap maka perlu ada media sebagai proses penyampaian pesan.
d.
Rasul
sebagai mubayyin atau orang yang diberi mandate untuk menjelaskan wahyu Allah
SWT kepada ummat manusia.
Didalam al-Qur’an kita jumpai ayat yang artinya:” dan kami turunkan kepadamu (Muhammad)
al-Qur’an, agar kamu menerangkan kepada ummat manusia apa yang telah diturunkan
kepada mereka dan supaya mereka memikirkan”. (Q.S. An-Nahl, 16, ayat 44)
Berbagai penjelasan yang dilakukan oleh Rasulullah SAW
sebagaimana diatas, tertuang dalam hadistnya baik dalam bentuk ucapan, perbuatan
maupun ketetapan. Penjelasan yang dilakukan oleh Raulullah SAW ini dilakukan
dengan penuh tanggung jawab, dan sekaligus dipantau oleh Allah SW. oleh sebab
itu jika dijumpai ada kesan kontradiktif antara al-Qur’an dan Hadist, maka
dapat diduga hadist tersebut sebagai yang bukan berasal dari Rasulullah. Fungsi
sebagai mubayyin tersebut seharusnya diambil alih oleh para para ulama termasuk
para guru. Dengan demikian guru juga berfungsi sebagai guru. Dalam perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi seperti sekarang ini, tugas guru sebagai
informatory dan interpreter semakin berat. Namun berbagai informasi tersebut
saat ini sudah disimpan dalam disket, flashdisk, film, CD, tulisan dan
sebagainya. Dengan adanya berbagai bentuk penyimpanan informasi tersebut, maka
seorang guru dimasa sekarang harus dapat mengakses sumber informasi tersebut
sehingga tidak ketinggalan zaman. Penyimpanan berbagai informasi yang
melibatkan media informasi dan teknologi ini sesuai dengan penggunaan media
audio dalam kegiatan belajar mengajar.
e.
Sebagai
reformer (pembaharu) terhadap ajaran agama-agama yang dating sebelumnya.
Pembaharuan tersebut dilakukan mengingat kedalam agama-agama
yang datang sebelumnya itu pernah terjadi upaya-upaya memutar balik, menambah,
mengubah dan sebagainya, sehingga agama-agama tersebut tidak murni lagi. Upaya
pembaharuan yang dilakukan denganpenuh tantangan dan resiko ini tetap
dilaksanakan, dengan tujuan agar umat manusia mendapat petunjuk yang tidak
keliru dan menyesatkan. Hal demikian dinyatakan dalam al-Qur’an : Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya (dengan
membawa) petunjuk (al-Qur’an) dan agama yang benar untuk dimenangkan-Nya atas
segala agama, walaupun orang-orang musyrik tidak menyukai. (Q.S. Al-Taubah,
9 ayat 33)
Tugas dan fungsi rasulullah sebagai reformer tersebut
selanjutnya harus diambil oleh para ulama termasuk guru. Diketahui bahwa
sasaran masyarakat yang harus dibina banyak diantaranya yang selain belum
memahami dasar-dasar agama, juga telah memiliki keyakinan agama yang dianutnya
sebelumnya yang barangkali masih ada yang sangat primitif. Dalam perkembangan
masyarakat modern yang makin penuh denganpersaigan yang tidaksehat, tiupu
menipu, saling menjegal dan sebagainya, seperti sekarang ini, gejala untuk
mendapatkan perlindungan kepada kekuatan-kekuatan gaib nampak tumbuh kembali.
f.
Rosul sebagai uswatun hasanah sebagai contoh dan panutan yan
baik atau sebagai model ideal bagi kehidupan dalam segala bidang, terutama dari
segi akhlak mulia.
Guru harus memberi
contoh yang baik dalam bertutur kata, berjalan, makan, minum, berpakaian,
tidur, berumah tangga, bergaul, berjualan, berperang, memimpin, berdiplomasi
dan lain sebagainya. Contoh yang ideal demikian itu amat dipentingkan dimasa
sekarang ini, saat dimana umat manusia sudah mulai kehilangan idola, figure dan
anutan yang baik. Akibat dari kelangkaan contoh ideal tersebut, ahirnya
masyarakat berkiblat kepada contoh yang sama sekali tidak dapat dipertanggung
jawabkan secara moral dan spriual, seperti telah mencontoh ala kebarat-batan.
Hal yang demikian tidak berarti kita harus bersikap anti Barat, apa yang
berasal dari luar dapat dilihat untuk dijadikan bahan perbandingan dan untuk
memperkuat nilai-nilai yang kita yakini sebagai kebenaran. Tugas dan fungus
uswatun hasanah yang dicontohkan Rasulllah SAW sebagaimana tersebut diatas mau
tidak mau harus diambil alih oleh para guru.
g. Rosul sebagai hakim yang mengadili
perkara yang terjadi diantara para pengikutya, dengan berpedoman kepada
Al-Qur’an.
Allah SWT, berfirman :
sesungguhnya kami telah menurunkan kitab kepadamu (Muhmmad) dengan membawa
kebenaran, supaya kamu mengadili antara manusia dengan apa-apa yang telah Allah
wahyukan kepadamu, dan janganlah kamu jadi penantang (orang yang tidak
bersalah), karena (membela) orang yang khianat. (Q.S. An-Nisa’, 4, Ayat 105).
Tugas dan fungsi rasul tersebut
selanjutnya harus pula diambil alih oleh guru, terutama dalam memperlakukan
para muridnya yang melakukan penyimpangan. Sebagai hakim, guru, harus harus
melakukanya dengan tujuan bukan untuk menyiksa, menyakiti atau balas dendam,
melainkan dengan tujuan untuk memperbaiki dan membawa mereka menjadi orang yang
baik. Untuk itu hukuman dilakukan dalam konteks pedagogik dan edukatif. Sebagai
hakim, ia harus bertindak adil, bijaksana dan konsisten yakni berpegang teguh kepada
apa yang telah digariskanya tanpa mau kompromi.
Dari kajian sedehana di atas penulis mencoba menampilkan ayat Al-Qur’an (focus persoalan) baru kemudian di implikasikan dengan konsep-konsep lain dalam hal ini pendidikan. Walaupun terlihat sangat sederhana namun mudah-mudahan dapat memberi kita ruang untuk bertukar fikiran dalam rangka mengembangkan wawasan keislaman dalam konteks edukasi
Dari kajian sedehana di atas penulis mencoba menampilkan ayat Al-Qur’an (focus persoalan) baru kemudian di implikasikan dengan konsep-konsep lain dalam hal ini pendidikan. Walaupun terlihat sangat sederhana namun mudah-mudahan dapat memberi kita ruang untuk bertukar fikiran dalam rangka mengembangkan wawasan keislaman dalam konteks edukasi
BAB III
PENUTUP
Berdasarkan uraian tersebut diatas, terlihat
dengan jelas bahwa uraian tentang misi kerasulan banyak terkait dengn kualitas,
peran, fungsi dan hak-hak yang harus dimiliki oleh guru. Sikap dan kemampuan
yang dimiliki Rasulullah SAW tersebut menggambarkan sikap sebagai seorang guru
yang professional. Seorang yang guru yng professional selain harus menguasai
materi pelajaran yang akan diajarkanya, juga harus memiliki kemampuan
menyampaikan materi tersebut secara efisien dan efektif serta berakhlak mulia,
selajut menjaga dirinya dari perbuatan tercela dan berusaha menjadi teladan
bagi murid-muridnya. Selanjutnya peran Rasulullah SAW sebagai pengajar,
mubaligh, aksi, reformer, interpreter, contoh teladan yang baik dan hakim
adalah juga termasuk peran-peran yang harus dimiliki oleh guru.
DAFTAR PUSTAKA
Al Qur’an dan Terjemahanya, Departemen Agama RI, Bandung,
Diponegoro, cet. Ke-10
Al-Qur’an dan Terjemahanya terbitan Depag RI, 1978/1979
al-Maraghi, Ahmad Musthofa, Tafsir al-Maraghi, Jilid II, Beirut, Darul Fikri,.
Kemp, Jerrold, Proses Perancangan Pengajaran, Bandung, ITB, 1994
Nata, Abudin, Para Tokoh Pendidikan Islam, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2001
-------------------------,Wawasan Al-Qur’an, Tafsir Maudhu’i Atas Berbagai Persoalan Umat, Bandung, Mizan, 1996, cet. Ke-III
Sudjana, Nana, Media Pengajaran, Bandung, Sinar Baru Algesindo, 2001, cet.ke-4
Al-Qur’an dan Terjemahanya terbitan Depag RI, 1978/1979
al-Maraghi, Ahmad Musthofa, Tafsir al-Maraghi, Jilid II, Beirut, Darul Fikri,.
Kemp, Jerrold, Proses Perancangan Pengajaran, Bandung, ITB, 1994
Nata, Abudin, Para Tokoh Pendidikan Islam, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2001
-------------------------,Wawasan Al-Qur’an, Tafsir Maudhu’i Atas Berbagai Persoalan Umat, Bandung, Mizan, 1996, cet. Ke-III
Sudjana, Nana, Media Pengajaran, Bandung, Sinar Baru Algesindo, 2001, cet.ke-4
Tidak ada komentar:
Posting Komentar