TOKO 0SCAR CLASSER

Jumat, 12 Desember 2014

MAKALAH MEDAN MAGNETIK

MAKALAH
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Mata Pelajaran Fisika
Tentang
BAB V MEDAN MAGNETIK


DISUSUN OLEH :
 MUHAMMAD SAIFUL ROHMAN
KELAS      : XII IPA 2
MADRASAH ALIYAH NEGERI CIPASUNG
SINGAPARNA TASIKMALAYA
2014

BAB I

PENDAHULUAN

Arus listrik  dapat menghasilkan (menginduksi) medan magnet. Ini dikenal sebagai gejala induksi magnet. Peletak dasar konsep ini adalah Oersted  yang telah menemukan gejala ini secara eksperimen dan dirumuskan secara lengkap oleh Ampere. Gejala induksi magnetdikenal sebagai Hukum Ampere. Kedua, medan magnet yang berubah –ubah terhadap waktu dapat menghasilkan(menginduksi) medan listrik dalam bentuk arus listrik. Gejala ini dikenal sebagai gejala induksi electromagnet. Konsep induksi elektromagnet ditemukan secara eksperimen oleh Michael Faraday dan dirumuskan secara lengkap oleh Joseph Henry.
Hukum induksi elektromagnet sendiri kemudian dikenal sebagai Hukum Faraday-Henry. Dari kedua prinsip dasar listrik magnet di atas dan dengan mempertimbangkan konsep simetri yang berlaku dalam hukum alam , James Clerk Maxwell mengajukan suatu usulan.Usulan yang dikemukakan Maxwell , yaitu bahwa jika medan magnet yang berubah terhadap waktu dapat menghasilkan medan listrik maka hal sebaliknya boleh jadi dapat terjadi.Dengan demikian Maxwell mengusulkan bahwa medan listrik yang berubah terhadap waktu dapat menghasilkan (menginduksi) medan magnet. Usulan Maxwell ini kemudian menjadi hukum ketiga yang menghubungkan antara kelistrikan dan kemagnetan,dan gaya magnet ditumukan leh Lorentz sehingga dinamakan gaya Lorentz.







BAB II
PEMBAHASAN
A.      MEDAN MAGNET DI SEKITAR ARUS LISTRIK
1.       Defenisi Medan Magnet
Medan magnet didefenisikan sebagai daerah atau wilayah yang jika sebuah benda bermuatan listrik berada pada atau bergerak didaerah itu maka benda tersebut akan mendapatkan gaya magnetic. Adanya medan magnetic disekitar arus listrik dibuktikan oleh Hans Christian Oersted melalui percobaan.(GIANCOLLI Jilid 2).
Gaya yang diberikan satu magnet terhadap yang lainnya dapat dideskripsikan sebagai interaksi antara suatu magnet dan medan magnet dari yang lain. Sama seperti kita menggambarkan garis-garis medan listrik, kita juga dapat menggambarkan garis-garis medan magnet. Garis-garis ini dapat digambarkan, seperti garis-garis medan listrik, sedemikian sehingga :
1.       Arah medan magnet merupakan tangensial (garis singgung) terhadap suatu garis dititik mana saja
2.       Jumlah garis persatuan luas sebanding  dengan besar medan magnet.
(GIANCOLLI, Jilid 2).
Arah medan magnet pada suatu titik bisa didefenisikan sebagai arah yang ditunjuk kutub utara sebuah jarum kompas ketika diletakkan di titik tersebut. Gambar 1.1a menunjukkan bagaimana suatu garis medan magnet ditemukan sekitar magnet batang dengan menggunakan jarum kompas. Medan magnet yang ditentukan dengan cara ini untuk medan diluar magnet batang digambarkan seperti gambar 1.1b. perhatikan bahwa karena defenisi kita, garis-garis tersebut selalu menunjuk dari kutub  utara menuju kutub selatan magnet (kutub utara jarum kompas tertarik ke kutub selatan magnet). http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Transformator&oldid=5250454"

Gambar 1.1a: Garis-garis medan magnet ditemukan sekitar magnet

                                               
Gambar 1.1b: Garis-garis medan magnet diluar magnet batang                
                2. Arah kuat medan magnet
Selama abad kedelapan belas, banyak filsuf ilmu alam yang mencoba menemukan hubungan antara listrik dan magnet. Muatan listrik yang stasioner dan magnet tampak tidak saling mempengaruhi. Tetapi ketika pada tahun 1820, Hans Chritian Oersted adalah bahwa arus listrik menghasilkan medan magnet. Ia telah menemukan hubungan antara listrik dan magnet. (GIANCOLLI, Jilid 2)
Arah kuat medan magnetic di sekitar arus listrik bergantung pada arah arus listrik, dapat ditentukan dengan kaidah tangan kanan. Perhatikan gambar berikut.
Gambar 1.2 : penentuan medan magnetic disekitar arus listrik dengan kaidah tangan kanan
Sesuai dengan aturan tangan kanan, bila ibu jari tangan . menunjukkan arah arus listrik maka arah jari-jari yang lain (yang digenggamkan) menunjukkan arah garis-garis medan magnet.

3. Induksi magnetik di sekitar kawat berarus listrik
a. Untuk kawat lurus dan panjang
Medan magnet  yang disebabkan oleh arus listrik pada kawat lurus yang panjang adalah sedemikian sehingga garis-garis medan merupakan lingkaran dengan kawat tersebut  sebagai pusatnya (Gambar 1.3). Anda mungkin mengharapkan bahwa kuat medan pada suatu titik akan lebih besar jika arus yang mengalir pada kawat lebih besar, dan bahwa medan akan lebih kecil pada titik yang lebih jauh dari kawat. Hal ini memang benar. Eksperimen yang diteliti menunjukkan bahwa medan magnet B pada titik didekat kawat lurus  yang panjang berbanding lurus dengan arus I  pada kawat dan berbanding terbalik terhadap jarak r dari kawat, sehingga dirumuskan sebagai :
                                B  
Hubungan ini valid selama r, jarak tegak lurus ke kawat, jauh lebih kecil dari jarak ke ujung-ujung kawat (yaitu, kawat tersebut panjang).
Konstanta pembanding dinyatakan sebagai , dengan demikian

     B =  

Nilai Konstanta µ0, yang disebut permeabilitas ruang hampa, adalah µ0 = 4π x 10-7 T m/A. (GIANCOLLI)
Gambar 1.3 : Arus listrik pada kawat lurus
Contoh Soal :
1.       Perhitungan B didekat kawat. Kawat listrik vertical di dinding sebuah gedung membawa arus dc  sebesar  25 A Keatas . Berapa medan magnet pada titik 10 cm di utara kawa
Penyelesaian:
                                                Dik :
 I = 25 A
r= 10 cm = 0,10 m
Dit : B………..?
Peny : B = 
                                                = 
                                                =  
                                                =  500 x 10-7 = 5 x 10-5     
b. Untuk kawat melingkar
1. Besarnya medan magnet yang terdapat di pusat  kawat melingkar terbuka :
                                (Perhatikan gambar berikut).

               
Gambar 1.4 : medan magnet disekitar kawat melingkar terbuka
               
a.       Dititik P

·  Untuk  sebuah lilitan :             

       B =  







· Untuk N buah lilitan
                       
     
       B =  


b.      Dititik sebuah O, berarti a = r

· Untuk sebuah lilitan:

         B =    


· Until N buah lilitan :  

      B =   










2.       Besarnya medan magnet yang terdapat di pusat kawat melingkar penuh
(perhatikan gambar berikut).
Gambar 1.5 : Medan magnet dipusat kawat melingkar penuh

a.       dititik P
· Untuk sebuah lilitan    

   B =    Sin2

· Untuk N buah lilitan :

B =      Sin2

b.      di titik O, berarti a = r dan sin  = sin 90 = 1.
· Untuk sebuah lilitan :

        B =  



· Untuk N buah lilitan :                   

       

        B =  


c.       Untuk Kumparan (Solenoida)
Perhatikan gambar berikut.


Besarnya medan magnet yang terjadi didalam kumparan sebesar :
        B = 2π k. n .I (cos - cos 2)
        B=   I (cos 1 – cos 2)


Dengan:
n = jumlah lilitan tiap satuan panjang =
£ = panjang kumparan
N = Jumlah lilitan Kumparan

Besar medan magnet dititik :
· P di tengah-tengah sumbu kumparan, berarti 1 = 0 dan 2 = 180
        B = µ0 . n . I
· P di salah satu ujung kumparan, berarti 1 = 0 dan 2 = 90 :
        B =


d.      Untuk  toroida
Toroida dapat dipandang sebagai solenoida yang dilengkungkan hingga sumbuhnya berbentuk lingkaran (perhatikan gambar berikut ini).
Besar medan magnet didalam toroida :
B = µ0 . n . I


                Dengan
                n = Jumlah lilitan tiap satuan panjang n =  
                N = Jumlah lilitan toroida
                a = jari-jari kelengkungan sumbu toroida
B.      GAYA MAGNET (GAYA LORENTZ)
1.       Arah dan Besar Gaya Magnetik
Suatu penghantar arus listrik yang berada dalam medan magnetic  akan mengalami gaya yang disebut gaya magnetic atau gaya Lorentz. Arah gaya Lorentz selalu tegak lurus dengan arah (I) dan arah induksi magnetic (B). Besar gaya Lorentz dinyatakan oleh :                     

       F = I  𝓵 B
a.       Gaya Lorentz pada kawat berarus listrik
Apabila kawat penghantar sepanjang L yang dialiri arus listrik I ditempatkan pada daerah medan magnet B, maka kawat tersebut akan mengalami gaya Lorentz yang besarnya dapat ditentukan oleh rumus :

 FL = B I 𝓵  sin α
Dengan : FL = gaya magnetic / gaya Lorentz   (N)
                  B  = kuat medan magnet                    (T)
                   I  = Kuat arus listrik                              (A)
                   L = Panjang kawat                                 (m)
b.      Gaya Lorentz pada kawat sejajar berarus listrik
Dua buah kawat lurus berarus listrik yang diletakkan berdekatan akan mengalami gaya Lorentz berupa gaya tarik – menarik bila bira arus listrik pada kedua kawat tersebut searah , dan berupa gaya tolak – menolak bila arus listrik pada kedua kawat tersebut berlawanan arah.
 Besarnya  gaya tarik – menarik atau tolak – menolak diantara dua kawat sejajar berarus listrik yang terpisah sejauh a  seperti gambar diatas dapat ditentukan dengan rumus :

    F1 = F2 = F =

Dengan: F1 = F2 = F = gaya tarik-menarik atau tolak – menolak (N)
  µ0 = Permeabilitas vakum ( 4π x 10-7 Wb/Am)
  I  = kuat arus pada kawat pertama (A)
  I2  = Kuat arus pada kawat kedua     (A)
  𝓵 = Panjang kawat penghantar (m)
 a  = jarak antara kedua kawat (m)

c.       Gaya Lorentz pada muatan yang bergerak dalam medan magnet
Apabilamuatan listrik q bergerak dengan kecepatan v didalam medan magnet B, maka muatan listrik tersebut akan mengalami gaya Lorentz yang besarnya ditentukan dengan rumus :

     FL = q v B sin α

Dengan  : q = Muatan listrik (C)
            V = kecepatan gerak benda (m/s)
            B  = Kuat medan magnet (T)
             Α = Sudut yang dibentuk oleh v dan B
Arah gaya Lorentz yang dialami sebuah partikel bermuatan q yang bergerak dalam sebuah medan magnet adalah tegak lurus dengan arah kuat medan magnet dan arah dari kecepatan partikel bermuatan tersebut.
Catatan :
·         Bila muatan q positif, maka arah v searah dengan arah I
·         Bila muatan q negatif, maka arah v berlawanan dengan I
Apabila besarnya sudut antara v dan B adalah 90o (v B), maka lintasan partikel bermuatan listrik akan berupa lingkaran, sehingga partikel akan mengalami gaya sentripetal yang besarnya sama dengan gaya Lorentz:
                  
      FL = FS
     q v B sin 90o = m

             R =

Dengan   :  R = jari – jari lintasan partikel (m)
                     m = massa partikel (Kg)
                     v   = kecepatan partikel (m/s)
                     B   = Kuat medan magnet (T)
(Fisika untuk SMA/MA,Ahmad Zaelani dkk,469 -471).




2.       Definisi satuan kuat arus listrik (Ampere)
Berdasarkan gaya antara dua kawat sejajar yang dialiri arus listrik, kita bisa mendefinisikan besar arus satu ampere. Misalkan dua kawat sejajar tersebut dialiri arus yang tepat sama, I1 = I2 = I. Maka gaya per satuan panjang yang bekerja pada kawat 2 adalah:

    
    F =  

Jika I = 1A dan a = 1m, maka :
F  =  
    =
    = 2 x 10-7 N/m
Dengan demikian kita dapat mendefinisikan arus yang mengalir pada kawat sejajar besarnya satu amper jika gaya per satuan panjang yang bekerja pada kawat adalah 2 x 10-7 N/m .
(Diktat Kuliah Fisika Dasar II,Tahap Persiapan Bersama ITB,Mikrajuddin Abdullah).

C.      SIFAT  KEMAGNETAN SUATU BAHAN
Sifat kemagnetan suatu bahan dialam ini dapat di golongklan menjadi tiga, yaitu :
a.       Bahan ferromagnetic, mempunyai sifat :
·         Ditarik sangat kuat oleh medan magnetic
·         Mudah ditembus oleh medan magnetic
b.      Bahan paramagnetic, mempunyai sifat :
·         Ditarik dengan lemah oleh medan magnetik
·         Dapat ditembus oleh medan magnetik
Bahan diamagnetik, mempunyai sifat :
·         Ditolak dengan lemah oleh medan magnetik
·         Sukar, bahkan tidak dapat ditembus oleh medan magnetik
Sifat ferromagnetik bahan pada umumnya dimiliki oleh bahan itu jika berada dalam fase padat. Untuk fase cair, bahan-bahan seperti besi dan tembaga tidak menunjukkan sifat ferromagnetik. Bahkan dalam bentuk padat pun sifat ferromagnetik bahan bisa hilang jika suhunya dinaikkan melebihi suhu cair. Diatas suhu cair, bahan ferromagnetik berubah sifatnya menjadi bahan paramagnetik. Suhu cair untuk setiap bahan berbeda-beda, misalnya suhu cair besi 770.C dan suhu cair nikel 368.C.
D.      GAYA GERAK LISTRIK INDUKSI
1.       Gejala induksi elektromagnetik dalam kumparan
Jika sebuah magnet batang digerakkan mendekati dan menjauhi kumparan berulang-ulang, yang dihubungkan dengan galvanometer secara seri maka garis-garis gaya magnet yang keluar masuk kumparan berubah-ubah. Karena adanya perubahan garis-garis gaya magnet pada kumparan membuat timbulnya arus listrik dalam rangkaian. Adanya arus ini ditunjukkan oleh gerakan jarum galvanometer (G) yang naik turun.
Arus dan gaya gerak listrik yang timbul disebut arus dan gaya gerak listrik induksi, sedangkan gejalanya disebut induksi elektromagnetik. Jadi, induksi elektromagnetik akan timbul kumparan mengalami perubahan garis-garis gaya magnet (fluks magnetic).
2.       Terjadinya gaya gerak listrik induksi disekitar penghantar
kawat penghantar ab bergerak kekanan dengan kecepatan v memotong tegak lurus medan magnetic B. Gerakan kawat ab tersebut akan menggerakkan muatan-muatan listrik positif ke atas dan muatan-muatan negative kebawah. Akibatnya, di a akan terkumpul muatan positif dan b akan terkumpul muatan negative. Kejadian ini mirip dengan kutub positif dan kutub negative baterai.
                Bila ujung a dan ujung b di hubungkan dengan rangkaian luar sehingga terbentuk suatu rangkaian luar sehingga terbentuk suatu rangkaian tertutup maka akan terjadi arus listrik (gerakan muatan positif) kea rah keluar dari a dan masuk ke b. jadi, penghantar yang bergerak dalam medan magnetic dapat berfungsi sebagai sumber gaya  gerak listrik ( seperti baterai ataupun akumulator).

3.       Hukum faraday
Hubungan antara induksi magnetik (B), panjang kawat ( ), dan kecepatan gerak (v), dengan gaya gerak listrik (E), dapat dirumuskan sebagai berikut :
E = l . v . B Sin  cos

Ket :          = sudut antara v dan B
                 = sudut antara F dan £

4.       Hukum lenz
Hukum lenz tentang induksi elektromagnetik menyimpulkan bahwa gaya listrik induksi yang terjadi akan menghasilkan arus induksi yang arahnya sedemikian rupa, sehingga melawan penyebab timbulnya gaya gerak listrik itu.
E. PENGARUH PERUBAHAN FLUKS MAGNETIK TERHADAP GGL INDUKSI
1. Hukum Faraday-Henry
Besarnya GGL induksi (E) bergantung pada cepatnya perubahan fluks magnetic ( ) yang dapat dirumuskan sebagai berikut :
a.       Untukl satu lilitan           : E = -
b.      Untuk N lilitan                  : E = -N
Ket :  tanda negative (-) pada rumus di atas diambil sebagai upaya penyesuaian hukum lenz.
2. Fluks Magnetik
Fluks magnetic yang melalui suatu bidang dapat didefenisikan sebagai besarnya induksi magnet (B) dikalikan dengan luas bidang (A) yang tegak lurus terhadap medan magnet . secara matematis dirumuskan sebagai berikut.
                                F = B . A Cos
Ket :  = wt = sudut antara medan magnetic dengan garis normal bidang

                   E.  INDUKTANSI
1.  GGL induksi akibat laju perubahan arus
Perubahan GGL induksi (E) bergantung pada ceatnya perubahan fluks (Ɵ) yang dapat dirumuskan sebagai berikut :
                                E = -L              dengan L = induktansi diri

(Intisari fisika SMA. :193)
2. Induktansi diri dan satuannya
a. Arti induktansi diri
induktansi diri (L) merupakan konstanta kesebandingan antara perubahan fluks magnetic
dan perubahan kuat arus   dan dirumuskan sebagai berikut :
      
                                  E = -N  = -L
                                   L = N              
(Intisari fisika SMA. :193)
3.       Satuan induktansi diri
                  Satuan induktsi diri adalah henry (H) dan dirumuskan sebagai berikut :
      E = -L    L = -   

Induktansi  diri suatu penghantar dikatakan 1 henry (H) bila perubahan kuat arus 1 ampere tiap sekon menghasilkan GGL induksi diri sebesar 1 volt pada penghantar tersebut.
(Intisari fisika SMA. :193)
4.       Energi yang tersimpan dalam konduktor
 Kerja total W untuk membangkitkan arus dalam rangkaian yang mengandug kumparan hingga kuat arusnya sebesar I sama dengan energy yang tersimpan dalam kumparan tersebut, yaitu sebesar :
  W =  L I2                                          
(Intisarifisika SMA. :194)

D. Penerapan Induksi Elektromagnetik
 1. Generator arus bolak balik (AC)
Generator Arus Bolak Balik ( Generator AC ), yang juga disebut alternator adalah mesin listrik yang berfungsi mengubah imbal gerak menjadi imbal listrik berdasarkan induksi kemagnitan
A.      Genertor arus searah.
 Prinsip kerja suatu generator arus searah berdasarkan imba Faraday :
e  = - N df/ dt
    dengan :
    N  : jumlah lilitan
    f   : fluksi magnet
    e   : tegangan imbas, ggl(gaya gerak listrik)
    Dengan lain perkataan, apabila suau konduktor memotong garis-garis   fluksi  imbale      yang berubah-ubah, maka ggl akan dibangkitkan dalam konduktor itu.
Jadi syarat untuk dapat dibangkitkan ggl adalah :
- harus ada konduktor ( hantaran kawat )
- harus ada medan imbale
- harus ada gerak atau perputaran dari konduktor dalam medan, atau ada
   fluksi yang berubah yang memotong konduktor itu.
5.       TRANSFORMATOR
a.       Prinsip transformator
Transformator (trafo) adalah alat yang digunakan untuk menaikkan atau    menurunkan tegangan bolak-balik (AC). Transformator terdiri dari 3 komponen pokok yaitu: kumparan pertama (primer) yang bertindak sebagai input, kumparan kedua (skunder) yang bertindak sebagai output, dan inti besi yang berfungsi untuk memperkuat medan magnet yang dihasilkan.

Bagian-Bagian Transformator

Contoh Transformator                    Lambang Transformator

Prinsip Kerja Transformator
Prinsip kerja dari sebuah transformator adalah sebagai berikut. Ketika Kumparan primer dihubungkan dengan sumber tegangan bolak-balik, perubahan arus listrik pada kumparan primer menimbulkan medan magnet yang berubah. Medan magnet yang berubah diperkuat oleh adanya inti besi dan dihantarkan inti besi ke kumparan sekunder, sehingga pada ujung-ujung kumparan sekunder akan timbul ggl induksi. Efek ini dinamakan induktansi imbale-balik (mutual inductance).
Pada skema transformator di samping, ketika arus listrik dari sumber tegangan yang mengalir pada kumparan primer berbalik arah (berubah polaritasnya) medan magnet yang dihasilkan akan berubah arah sehingga arus listrik yang dihasilkan pada kumparan sekunder akan berubah polaritasnya.
Hubunga antara tegangan primer, jumlah lilitan primer, tegangan sekunder, dan jumlah lilitan sekunder, dapat dinyatakan dalam persamaan
 =
                 

Vp = tegangan primer (volt)
Vs = tegangan sekunder (volt)
Np = jumlah lilitan primer
Ns = jumlah lilitan sekunder
Simbol Transformator
b.      Hubungan antara tegangan primer V1 dengan tegangan sekunder V2
Hubungan antara tegangan primer V1 dengan tegangan sekunder V2 dapat dirumuskan sebagai berikut :
                   =    =           

Dengan :
N1 = jumlah lilitan primer
N2 = jumlah lilitan sekuner

(Inisarifisika SMA. :197)

c.       Trnasformal ideal
Bila daya yang pada trafo (sebagai akibat arus Eddy) diabaikan (dalam arti trafo dalam kondisi ideal / trafo ideal) maka berikut :
                  P2 = P1
                  V2 . I2 = V1 . I1    =

(Intisarifisika SMA. :197)



d.      Efisiensi  daya pada transformator
Akibat terjadnya arus eddy pada inti trnsformator maka sebagian daya listrik akan hilang. Daya yang hilang iniberupapanas. Perbandingan dayayang dihasilkan pada kumparan sekunder (Pout) dengan daya mula-mula yang masuk pada kumparan primer (Pin) disebutefisien transformator. Efisiensi transformator diberi lambing h dan dirumuskan sebagai berikut :
Ƞ =  x 100%   0  h  1

(Intisarifisika SMA. :197)

e.      Transmisi Daya
Energi yang dibangkitkan oleh pusat pembangkit listrik prlu di tramisikan kepada konsumen, baik yang dekat maupun yang jauh letaknya. Untuk pentransmisian yang jaraknya jauh, pada umumnya digunakan system transmisi daya tegangan tinggi.
(Intisarifisika SMA. :198)












BAB III
PENUTUP
A.      Kesimpulan
Adapun kesimpulan pada makalah ini adalah
1.       Medan magnet adalah daerah atau wilayah yang jika sebuah benda bermuatan listrik berada atau bergerak di daerah itu maka benda tersebut akan mendapatkan gaya magnetik.
2.       Arah kuat medan magnetik disekitar arus listrik bergantung pada arah arus listrik dapat ditentukan dengan kaidah tangan kanan.
3.       Persamaan induksi magnetik untuk kawat lurus dan panjang adalah:

     B =  
4.       Persamaan induksi magnetik untuk kawat melingkar terbuka
·         Dititik p
a.       Untuk sebuah lilitan :

       B =  





b.      Untuk N buah lilitan :
     
       B =  



·         Dititik 0, berarti a=r

         B =    

a.        Untuk sebuah lilitan:     



b.      Untuk N buah lilitan :      

      B =  





5.       Persamaan induksi magnetik umtuk kawat melingkar penuh
·         dititik P
a.        Untuk sebuah lilitan         

   B =    Sin2

                               


b.       Untuk N buah lilitan :

B =      Sin2





·         di titik O, berarti a = r dan sin  = sin 90 = 1.
a.        Untuk sebuah lilitan :

        B =  


b.      Untuk N buah lilitan :

        B =  


3.       Persamaan medan magnet yang terjadi dalam kumparan :
                        B = 2π k. n .I (cos - cos 2)
                        B=   I (cos 1 – cos 2)
                       
        Besar medan magnet dititik :
·         P di tengah-tengah sumbu kumparan, berarti 1 = 0 dan 2 = 180
                        B  µ0 . n . I

·         P di salah satu ujung kumparan, berarti 1 = 0 dan 2 = 90 :
                        B =

4.       Persamaan medan magnet yang terjadi dalam toroida:
B = µ0 . n . I
                                                            
5.       Arah gaya magnetik dapat ditentukan dengan kaidah tangan kanan
6.       Persamaan muatan listrik yang bergerak dalam penghantar lurus

 FL = B I 𝓵  sin α
7.       Persamaan muatan listrik yang bergerak tanpa kawat

  FL = q v B sin α

Tetapi bila tidak ada gaya lain yang memepengaruhi maka berlaku rumus :
               
      FL = FS
     q v B sin 90o = m
             R =




8.       Persamaan muatan listrik yang bergerak pada dua kawat sejajar:

    F1 = F2 = F =



9.       Hubungan antara induksi magnetik (B), panjang kawat ( ), dan kecepatan gerak (v), dengan gaya gerak listrik (E), dapat dirumuskan sebagai berikut :
     E = £ . v . B Sin  cos



10.   Besarnya GGL induksi (E) bergantung pada cepatnya perubahan fluks magnetic ( ) yang dapat dirumuskan sebagai berikut :
·         Untukl satu lilitan              :                 E = -
·         Untuk N lilitan                    :              E = -N

11.   Fluks magnetik dapat di rumuskan sebagai berikut :
                                                F = B . A Cos

12.   GGL Induksi akibat laju perubahan arus dirumuskan sebagai berikut:
                        E = -L              

13.   Arti induktansi diri :
 
                           E = -N  = -L
                            L = N              

14.   Persamaan transformator ideal adalah sebagai berikut :
                        P2 = P1
                        V2 . I2 = V1 . I1    =

15.   Efisiensi daya pada transformator
Ƞ =  x 100%   0  h  1
DAFTAR PUSTAKA


Giancolli, Dauglas C.2001.Fisika Edisi v jilid II. Jakarta: Erlangga
Halliday dan Resnick dkk.1997. Fisika jilid 2 Edisi 3. Jakarta : Erlangga
http//.www.google.sifat kemagnetan bahan.co.id
Zaelani, Ahmad. 2006. Fisika Until SMA/MA.Bandung:  CV.YRAMAWIDYA





Tidak ada komentar:

Posting Komentar