MAKALAH INI DIBUAT
UNTUK MEMENUHI SALAH SATU TUGAS SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM
GURU: HENDRA GUNAWAN
Disusun oleh:
Ø Lilis Nurhayati
Ø Rheka Wilantara
Ø Tiara Fitria Nurul Huda
Ø Neng Reni Anggraeni
Ø Dewi Nurmeilinah
MADRASAH ALIYAH MANARUL HUDA
Sukasirna-Sukarame-Singaparna-Tasikmalaya
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat limpahan
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta
salam selalu kami limpahkan kepada junjungan kami Nabi Muhammad SAW beserta
keluarga dan para sahabatnya, atas jasa beliau kita sebagai ummat Islam bisa
melihat dunia ini dipenuhi akhlak yang mulia, rahmat dan kasih sayang yang
selalu tumbuh diantara ummatnya.
Ucapan
terimakasih kami berikan kepada Ibu Isti Anah Abu Bakar, M.Ag selaku dosen
pembimbing kami, teman-teman kelas PAI-C yang turut memberi motivasi kepada
kami, dan tak lupa kepada semua pihak yang tidak bisa kami sebutkan satu
persatu.
Kami
menyusun makalah Khalifah Utsman
bin Affan ini dalam rangka agar para pembaca dapat mengetahui dan memahami masa-masa pemerintahan Utsman bin Affan.
Di dunia
ini tidak ada yang sempurna, oleh karena itu kami memohon maaf apabila dalam
makalah kami terdapat kesalahan yang tidak kami sengaja. Dan kami mengharap
kritik serta saran dari para pembaca, agar kami dapat menjadi lebih baik lagi
dan makalah ini bisa lebih sempurna dan lebih bermanfaat bagi pendidikan kami
khususnya, dan pembaca umumnya.
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Biografi Usman Bin Affan
Usman bin Affan
lahir pada 574 Masehi dari
golongan Bani Umayyah.
Nama ibunya adalah Arwa binti Kuriz
bin Rabiah. ia masuk Islam atas ajakan Abu Bakar dan termasuk golongan As-Sabiqun al-Awwalun (golongan yang pertama-tama masuk Islam). Rasulullah Saw sendiri
menggambarkan Utsman bin Affan sebagai pribadi yang paling jujur dan rendah
hati di antara kaum muslimin.
Utsman bin Affan, yang mempunyai nama lengkap Utsman ibn
Affan ibn Abdil Ash ibn Umayyah,merupakan anak dari pasangan Affan dan Arwa.
Utsman lahir pada tahun 576 H di Taif dan merupakan keturunan keluarga besar
Bani Umayyah suku Quraisy
Pada saat seruan hijrah pertama oleh Rasullullah Saw ke
Habbasyiah karena meningkatnya tekanan kaum Quraisy terhadap umat Islam, Utsman
bersama istri dan kaum muslimin lainnya memenuhi seruan tersebut dan hijrah ke Habasyiah hingga tekanan dari kaum Quraisy reda. Tak
lama tinggal di Mekah, Utsman mengikuti Nabi Muhammad Saw untuk hijrah ke
Madinah. Pada peristiwa Hudaibiyah, Utsman dikirim oleh Rasullah untuk menemui
Abu Sofyan di Mekkah. Utsman diperintahkan Nabi untuk menegaskan bahwa
rombongan dari Madinah hanya akan beribadah di Ka'bah, lalu segera
kembali ke Madinah, bukan untuk memerangi penduduk Mekkah.
Pada saat Perang Dzatirriqa dan Perang Ghatfahan berkecamuk, dimana Rasullullah Saw memimpin
perang, Utsman dipercaya menjabat walikota Madinah. Saat Perang Tabuk, Utsman
mendermakan 950 ekor unta dan 70 ekor kuda, ditambah 1000 dirham sumbangan
pribadi untuk perang Tabuk, nilainya sama dengan sepertiga biaya perang
tersebut. Utsman bin Affan juga menunjukkan kedermawanannya tatkala membeli
mata air yang bernama Rumah dari seorang lelaki suku Ghifar seharga 35.000 dirham.
Mata air itu ia wakafkan untuk kepentingan rakyat umum.[2] Pada masa
pemerintahan Abu Bakar, Utsman juga
pernah memberikan gandum yang diangkut dengan 1000 unta untuk membantu kaum
miskin yang menderita di musim kering.
Setelah wafatnya Umar bin Khattab sebagai khalifah kedua, diadakanlah musyawarah untuk
memilih khalifah selanjutnya. Ada enam orang kandidat khalifah yang diusulkan
yaitu Ali bin Abi Thalib, Utsman bin Affan, Abdul Rahman bin Auf, Sa’ad bin Abi Waqas, Zubair bin Awwam dan Thalhah bin Ubaidillah. Selanjutnya Abdul Rahman bin
Auff, Sa’ad bin Abi Waqas, Zubair bin Awwam, dan Thalhah bin Ubaidillah
mengundurkan diri hingga hanya Utsman dan Ali yang tertinggal. Suara masyarakat
pada saat itu cenderung memilih Utsman menjadi khalifah ketiga. Maka
diangkatlah Utsman yang berumur 70 tahun menjadi khalifah ketiga dan yang
tertua, serta yang pertama dipilih dari beberapa calon. Peristiwa ini terjadi
pada bulan Muharram 24 H. Utsman menjadi khalifah di saat pemerintah Islam
telah betul-betul mapan dan terstruktur.
ia adalah khalifah kali pertama yang melakukan perluasan
masjid al-Haram (Mekkah) dan masjid Nabawi (Madinah) karena semakin ramai umat
Islam yang menjalankan rukun Islam kelima (haji). ia mencetuskan ide polisi
keamanan bagi rakyatnya; membuat bangunan khusus untuk mahkamah dan mengadili
perkara yang sebelumnya dilakukan di masjid; membangun pertanian, menaklukan
Syiria, Afrika Utara, Persia, Khurasan, Palestina, Siprus, Rodhes, dan juga
membentuk angkatan laut yang kuat. Jasanya yang paling besar adalah saat
mengeluarkan kebijakan untuk mengumpulkan Al-Quran dalam satu mushaf.
Utsman bin Affan (bahasa Arab: عثمان بن عفان, 574 – 656 / 12 Dzulhijjah 35 H; umur 81–82 tahun)[1] adalah
sahabat Nabi Muhammad SAW yang termasuk Khulafaur Rasyidin yang ke-3. Utsman adalah seorang yang
saudagar yang kaya tetapi sangatlah dermawan. Ia juga berjasa dalam hal
membukukan Al-Qur'an.
Ia adalah khalifah ketiga yang
memerintah dari tahun 644 (umur 69–70 tahun) hingga 656 (selama 11–12 tahun). Selain itu sahabat
nabi yang satu ini memiliki sifat yang sangat pemalu.
Utsman bin Affan adalah sahabat nabi dan juga khalifah
ketiga dalam Khulafaur Rasyidin. ia dikenal sebagai pedagang kaya raya dan ekonom
yang handal namun sangat dermawan. Banyak bantuan ekonomi yang diberikannya
kepada umat Islam di awal dakwah Islam. Ia mendapat julukan Dzunnurain yang
berarti yang memiliki dua cahaya. Julukan ini didapat karena Utsman telah
menikahi puteri kedua dan ketiga dari Rasullah Saw yaitu Ruqayah dan Ummu
Kaltsum.
Utsman bin Affan, yang mempunyai nama lengkap
Utsman ibn Affan ibn Abdil Ash ibn Umayyah,merupakan anak dari pasangan Affan
dan Arwa. Utsman lahir pada tahun 576 H di Taif dan merupakan keturunan keluarga
besar Bani Umayyah suku Quraisy.
Sebelum memeluk Islam, ia sudah dikenal
sebagai seorang pedagang yang kaya raya. Ia juga mempunyai sifat-sifat mulia
lainnya, seperti sederhana, jujur, cerdas, shaleh dan dermawan. Ketika telah
memeluk agama Islam, pada usia usia 34 tahun bersama Thalhah bin Ubaidilah,
selain dikenal sebagai salah seorang sahabat terdekat nabi, ia juga dikenal
sebagai seorang penulis wahyu. Ia selalu bersama Rasulullah SAW, dan selalu
mengikuti semua peperangan kecuali perang Badar karena Rasulullah SAW
memerintahkan Utsman untuk menunggui istrinya, Ruqoyyah, yang saat itu sedang
sakit keras.
Sebagai
seorang hartawan yang kaya raya, Utsman mempergunakan hartanya demi kejayaan
Islam. Ia tak segan-segan menyumbangkan hartanya untuk biaya perang, maupun
hal-hal lain yang berhubungan dengan penyebaran dan kehormatan agama Islam.
B. Proses Pengangkatan Usman Bin Affan
Menjelang
wafatnya Umar bin Khattab, beliau menunjuk 6 orang sahabatnya untuk dicalonkan
sebagai pengganti. Mereka adalah Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Zubair
bin Awwam, Sa’ad bin Abi Waqash, Abdurrahman bin Auf, dan Thalhah bin
Ubaidillah. Keenam orang tersebut disebut sebagai Ahlul Halli wal Aqdi.
Alasan
Umar menunjuk keenam orang tersebut karena ia merasa tidak sebaik Abu Bakar
dalam menunjuk penggantinya, juga tidak sebaik Rasulullah SAW untuk membiarkan
para sahabat memilih pengganti. Maka diambillah jalan tengah dengan membentuk
tim formatur untuk bermusyawarah menentukan pengganti dirinya.
Karena
kelompok tersebut beranggotakan 6 orang, maka untuk mencegah terjadinya
suara yang sama ketika diadakan voting, dimasukkanlah Abdullah bin Umar, putra
Umar bin Khattab. Abdullah bin Umar hanya berhak memilih, namun tak berhak
untuk dipilih sebagai khalifah. Dari hasil voting, terpilihlah Utsman bin Affan
sebagai khalifah selanjutnya. Ia dipilih pada bulan Dzulhidzah tahun 23 H dan
dilantik pada awal Muharram 24 H.
Setelah
disepakati bersama, mereka membai’at Utsman dan diikuti oleh umat islam. Pada
saat pembaiatan telah selesai, Utsman berpidato di depan kaum muslimin diantara
pidatonya adalah:
“ Alhamdulillah, wahai para manusia bertaqwalah
kalian kepada allah!, sesungguhnya dunia yang telah diberitahukan kepada kita
oleh Allah bahwa ia hanyalah permainan, hiburan,penghias, keangkuhan diantara
kalian dan memperbanyak harta dan anak. Seperti hujan lebat yang membuat orang
kafir terlena kepada tumbuhan yang tumbuh dan dikemudian hari berubah menguning
dan hancur (membusuk), di akhirat nanti ada tiga hal, siksa Allah yang sangat
pedih, pengampunan dan ridhoNya. Tiada kehidupan dunia kecuali hanyalah
kenikmatan yang menipu, hamba yang paling baik adalah orang yang menyerah dan
menyandarkan diri pada Allah dan kitabNya waktu di dunia”
C. Gaya Kepemimpinan
Utsman
bin affan dikenal sebagai seorang pemimpin yang familier dan humanis. Namun
gaya kepimimpinan yang familier berdampak kurang baik, yaitu munculnya
nepotisme dalam pemerintahan Ustman, sebab Utsman kemudian banyak mengangkat
pejabat-pejabat Negara dari kerabatnya sendiri dan kurang mengkomodir pejabat
di luar kerabat beliau. Inilah yang kemudian menyebabkan munculnya kerusuhan
dan pergolakan pemerintahannya. Namun demikian, semasa kepemimpinannya Kholifah
Utsman berhasil mengkodifikasikan mushaf Al-Qur’an
yang merupakan salah satu keberhasilan yang luar biasa.
D. Ekspansi Daerah Kekuasaan
Utsman
bin Affan Menjabat sebagai khalifah semenjak 23-35 H atau 644-656 Masehi. Ia
merupakan khalifah yang memerintah terlama, yaitu 12 tahun. Dari segi politik,
pada masa pemerintahannya ia banyak melakukan perluasan daerah islam dan
merupakan khalifah yang paling banyak melakukan perluasan. Hal ini sebanding
dengan lamanya ia menjabat sebagai khalifah. Pada masanya, Islam telah
berkembang pada seluruh daerah Persia, Tebristan, Azerbizan dan Armenia.
Pesatnya perkembangan wilayah Islam didasarkan karena tingginya semangat dakwah
menyebarkan agama Islam. Selain itu, sikap para pendakwah Islam yang santun dan
adil membuat Islam mudah untuk diterima para penduduk wilayah-wilayah tersebut.
selain
banyak melakukan perluasan daerah, dari segi politik, Utsman adalah khalifah
pertama yang membangun angkatan laut. Alasan pembuatan angkatan laut tersebut
masih berhubungan dengan keinginan untuk memperluas daerah Islam. Karena untuk
mencapai daerah-daerah yang akan ditaklukkan harus melalui perairan, Utsman
berinisiatif untuk membentuk angkatan laut. Selain itu, pada saat itu banyak
terjadi serangan-serangan dari laut. Hal ini semakin memperkuat alasan Utsman
untuk membentuk angkatan laut.
E. Perekonomian
Dari
segi ekonomi, yaitu tentang pelaksanaan baitul maal, Ustman hanya melanjutkan
pelaksanaan yang telah dilakukan pada masa sebelumnya, yaitu Abu Bakar dan
Umar. Namun, pada masa Utsman, Ia dianggap telah melakukan korupsi karena
terlalu banyak mengambil uang dari baitul maal untuk diberikan kepada
kerabat-kerabatnya. Padahal, tujuan dari pemberian uang tersebut karena Utsman
ingin menjaga tali silaturahim. Selain itu, disamping dari segi baitul maal,
Utsman juga meningkatkan pertanian. Ia memerintahkan untuk menggunakan
lahan-lahan yang tak terpakai sebagai lahan pertanian.
Dari
segi pajak, Utsman, sama seperti dari segi baitul maal, melanjutkan perpajakan
yang telah ada pada masa Umar. Namun sayangnya, pada masa Utsman pemberlakuan
pajak tidak berjalan baik sebagaimana ketika masa Umar. Pada masa Utsman, demi
memperlancar ekonomi dalam hal perdagangan, ia banyak melakukan perbaikan
fasilitas, seperti perbaikan jalan-jalan dan sebagainya.
F. Sosial Budaya dan Pendidikan
Dari
dimensi sosial budaya, ilmu pengetahuan berkembang dengan baik. Pertumbuhan dan
perkembangan ilmu pengetahuan erat kaitannya dengan perluasan wilayah
Islam[[6]]. Dengan adanya perluasan wilayah, maka banyak para sahabat yang
mendatangi wilayah tersebut dengan tujuan mengajarkan agama Islam. Selain itu,
adanya pertukaran pemikiran antara penduduk asli dengan para sahabat juga
menjadikan ilmu pengetahuan berkembang dengan baik. Dari segi sosial budaya,
Utsman juga membangun mahkamah peradilan. Hal ini merupakan sebuah terobosan,
karena sebelumnya peradilan dilakukan di mesjid. Utsman juga melakukan
penyeragaman bacaan Al Qur’an juga perluasan Mesjid Haram dan Mesjid Nabawi.
Penyeragaman
bacaan dilakukan karena pada masa Rasulullah Saw, Beliau memberikan kelonggaran
kepada kabilah-kabilah Arab untuk membaca dan menghafalkan Al Qur’an menurut
lahjah (dialek) masing-masing. Seiring bertambahnya wilayah Islam, dan
banyaknya bangsa-bangsa yang memeluk agama Islam, pembacaan pun menjadi semakin
bervariasi.Akhirnya sahabat Huzaifah bin Yaman mengusulkan kepada Utsman
untuk menyeragamkan bacaan. Utsman pun lalu membentuk panitia yang diketuai
oleh Zaid bin Tsabit untuk menyalin mushaf yang disimpan oleh Hafsah dan
menyeragamkan bacaan Qur’an. Perluasan Mesjid Haram dan Mesjid Nabawi sendiri
dilakukan karena semakin bertambah banyaknya umat muslim yang melaksanakan haji
setiap tahunnya.
G. Akhir Kekhalifahan
Para
pencatat sejarah membagi masa pemerintahan Utsman menjadi dua periode, enam
tahun pertama merupakan masa pemerintahan yang baik dan enam tahun terakhir
adalah merupakan masa pemerintahan yang buruk. Pada akhir pemerintahan Utsman,
terjadi banyak konflik, seperti tuduhan nepotisme dan tuduhan pemborosan uang
Negara. Tuduhan pemborosan uang Negara karena Utsman dianggap terlalu boros
mengambil uang baitul maal untuk diberikan kepada kerabatnya, dan tuduhan
nepotisme karena Utsman dianggap mengangkat pejabat-pejabat yang merupakan
kerabatnya. Padahal, tuduhan ini terbukti tidak benar karena tidak semuanya
pejabat yang diangkat merupakan kerabatnya. Selain itu, meski kerabatnya
sendiri, jika pejabat tersebut melakukan kesalahan, maka Utsman tidak
segan-segan untuk menghukum dan memecatnya.
Sayangnya,
tuduhan nepotisme itu terlalu kuat. Sehingga banyak yang beranggapan bahwa
Utsman melakukan nepotisme. Hal ini diperkuat dengan adanya golongan Syiah,
yaitu golongan yang sangat fanatik terhadap Ali dan berharap Ali yang menjadi
khalifah, bukan Utsman. Fitnah yang terus melanda Utsman inilah yang memicu
kekacauan dan akhirnya menyebabkan Utsman terbunuh
di rumahnya setelah dimasuki oleh sekelompok orang yang berdemonstrasi di depan
rumahnya. Setelah meninggalnya Utsman, Ali lalu ditunjuk menjadi penggantinya
untuk mencegah kekacauan yang lebih lanjut.
H. Terbunuhnya Khalifah Utsman
Utsman
bin Affan terbunuh di rumahnya sendiri pada saat penduduk mesir dan kuffah
beranggapan bahwa Utsman telah melakukan nepotisme dan didukungnya golongan
yang fanatik terhadap Ali bin Abi Thalib dan berharap Ali yang menjadi
kholifah. Anggapan tersebut muncul dari seorang berdarah yahudi yang bernama
Abdullah bin Saba’, hingga akhirnya mereka pergi ke Madinah untuk meminta
Utsaman memecat pejabat yang dianggap menyeleweng atau mengundurkan diri dari
kekholifahan, tetapi permitaan itu ditolak oleh Utsman.
Penolakan
tersebut mengakibatkan konflik yang sangat besar. Mereka mengepung rumah Utsman
dan menyusup kedalam. Utsman yang saat itu sedang membaca Al-Qur’an dan
berpuasa dibunuh oleh Hamron bin Sudan As Syaqy yang kemudian membuka pintu
perpecahan antara kaum muslimin.
Dari
sejarah peradaban pada masa kholifah Utsman, kita melihat berbagai pengetahuan
tentang bagaimana agama islam berkembang pada masa kekholifahan usman. Ada
berbagai perkembangan yang ada pada saat itu, diantaranya perkembangan dari
segi ekonomi, politik, pendidikan, dan lain sebagainya. Usman juga memiliki
gaya kepemimpinan yang tersendiri, hal itu sesuai dengan karakter dan pendirian
beliau.
Pada
masa Usman Bin Affan terjadi berbagai peristiwa yang menjadi sebuah sejarah
penting bagi umat setelahnya sebagai pelajaran yang berharga. Dari berbagai
peristiwa itu dia menyikapi dengan penuh ikhlas dan perjuangan. Walaupun hingga
akhirnya dia terbunuh karena agama Allah
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Terbunuhnya khalifah kedua, Umar Bin Khatab menandakan permukaan zaman
baru. Pada waktu itu kaum muslimin memang tidak bergeser dari janji-janji dan
prinsip mereka, tetapi mereka didesak oleh adanya hubungan-hubungan baru dan
adat istiadat yang melanda mereka juga oleh kesulitan sehingga mereka
meninggalkan hasrat dan kehendaknya dalam percaturan dunia.
Untuk menghadapi dan mengatasi semua itu, takdir Allah telah memanggil
Utsman bin Affan untuk memikul beban tanggung jawab yang mengerikan yaitu
tanggung jawab untuk memelihara dan mempertahankan jiwa dan kehidupan
periode kenabian, juga bertangung jawab dalam menanggulangi pengaruh zaman
kerajaan. Serta bertanggung jawab untuk memperluas wilayah kekuasaan islam.
1.2 Rumusan Masalah
1. Siapakah Ustman bin Affan itu?
2. Bagaimana peran Ustman bin affan pada masa
kekholifahannya?
3. Apa saja ibrah yang dapat kita ambil dari kholifah
Ustman bin affan?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui biografi Kholifah Ustman bin affan.
2. Untuk mengetahui kontribusi pada masa kekholifahan
Ustman bin affan.
3. Untuk mengetahui
Ibrah-ibrah yang dapat kita ambil dari sosok kholifah Ustma bin affan.
BAB II
PEMBAHASAN
Nasab dan Keturunan Ustman bin affan
Utsman bin Affan bin Abil ‘Ash bin Umayyah bin Abdusy Syams bin Abdu Manaf
bin Qushai bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin luwa’I bin Ghalib bin Fihr bin
Malik bin an-Nadhr bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar
bin Nizar bin Ma’addu bin Adnan.
Abu Amr, Abu Abdullah al Quraisy, al-Umawi Amirul mukminin Dzun
Nurain yang telah berhijrah dua kali dan suami dari dua putrid Rasulullah SAW.
Ibu beliau bernama Arwa binti Kuraiz bin Rabi’ah bin Hubaib bin Abdusy Syams
dan nenekya bernama Ummu Hakim Bidha’ binti Abdul Muthalib paman Rasulullah
SAW. Beliau salah seorang dari sepuluh sahabat yang diberitakan masuk surge dan
salah seorang anggota dari enam anggota Syura serta salah seorang dari tiga
orang kandidat khalifah dan akhirnya terpilih menjadi khalifah sesuai denga
kesepakatan kaum Muhajirin dan Anshar, juga merupakan khulafaur rasyidin yang
ketiga, imam mahdiyin yang diperintahkan megikuti jejak mereka.
Ciri-Ciri dan Akhlak Beliau
Beliau adalah seorang yang rupawan, lembut, mempunyai jenggot yang
lebat,berperawakan sedang, mempuyai tulang persendian yang besar, berbahu
biidang, berambut lebat, bentuk mulut bagus yag berwarna sawo matang. Beliau
memilki akhlak yang mulia, sangat pemalu, dermawan dan terhormat, mendahulukan
kebutuhan keluarga dan familinya dengan memberikan perhiasan dunia yang fana.
Mungkin beliau bermaksud untuk mendorog mereka agar lebih mendahulukan sesuatu
yang kekal dari pada sesuatu yag fana. Sebagaimana yang telah dilakukan
Rasulullah terkadang beliau memberikan harta kepaa suatu kaum dan tidak memberi
kaum yang lain karena khawatir mereka akan dimasukkan oleh Allah ke neraka.
Sebagian kaum memprotes beliau karena perlakuan tersebut sebagaimana yang telah
dilakukan oleh orang-orang Khawarij terhadap Rasulullah SAW atas pembagian
harta rampasan perang Hunain.
Islam dan Jihad Utsman bin
Affan
Utsman bin Affan masuk Islam melalui dakwah Abu Bakar ash-Shidiq. Beliau
adalah orang pertama yang hijrah ke negri Ethiopia bersama istrinya Ruqoyah
binti Rasulullah SAW, kemudian kembali ke Mekkah dan hijrah ke Madinah. Beliau
tidak data ikut serta dalam perang Badar karea sibuk mengurusi putri
Rasulullah SAW (istri beliau ) yang sedang sakit. Jadi beliau hanya tinggal di
Madinah. Rsaasulullah SAW memberikan bagian dari harta rampasan dan pahala
perang tersebut kepada beliau dan beliau dianggap ikutb serta dalam
peperangan. Ketika istri beliau meninggal, Rasulullah SAW menikahkan degan adik
istrinya yang bernama Ummu Kultsum yang pada akhirnya juga meninggal ketika
masih menjadi istri beliau. Beliau ikut serta dalam peperangan Uhud, khandaq,
perjanjian hudaibiyah yag pada waktu itu Rasulullah SAW membai’atkan untuk
Utsman dengan tangan beliau sendiri.
Rasulullah SAW pergi menunaikan haji wada’ bersama beliau. Rtasulullah SAW
wafat dalam keadaan ridho terhadap Utsma bin Affan. Kemudian beliau meemai Abu
Bakar dengan baik dan Abu Bakar wafat dalam keadaan ridho terhadap Utsman bin
Affan. Beliau menemani Umar dengan baik dan Umar wafat dalam keadaan ridho
terhadap Utsman bin Affan, serta menetapkan bahwa beliau adalah salah seorang
dari enam orang anggota Syura dan beliau sendiri adalah orang yang paling
istimewa di antara anggota lainnya.
Istri dan Putra-
Putri Beliau
Beliau meikahi Ruqoyah binti Rasulullah SAW dan di anugrahi seorang anak
yag bernama Abdullah dan menjadikannya sebagai kuniyah. Pada masa
jahiliyah beliau bernama Abu ‘Amr. Setelah Ruqoyah wafat, beliau menikahi
adiknya yang bernama Ummu Kultsum dan kemudian Ummu Kultsum pun wafat. Kemudian
beliau menikahi Fakhitah binti Ghazwan bin Jabir dan di anugrahi seorang anak
yang bernama Abdullah al-Ashghar. Lantas beliau menikahi Ummu ‘Amr binti Jundub
bin ‘Amr al-Azdyah dan dianugrahi beberapa orang anak yang bernama ‘Amr,
Khalid, Aban, Umar dan Maryam. Lalu beliau meikah dengan Fatimah binti al-Walid
bin Abdusy Syamsy bi al-Mughirah al-Makhzumiyah dan lahirlah al-Walid, Sa’id da
Ummu Utsman. Kemudian menikahi Ummu al-Banin bin ‘Uyainah bin Hish al-Fazariyah
dan dianugrahi seorang anak yag bernama Abdul Malik dan dikatakan ‘Utbah.
Lantas beliau menikahi Ramlah binti Syaiban bin Rabi’ah bin Abdusy Syamsy bin
Abdul Manaf bin Qushay dan lahir beberapa orag anakyang bernama Aisyah, Ummu
Aban, Ummu ‘Amr dan Banat Utsman. Lalu beliau menikah dengan a’ilah binti
al-Farafishah bin al-Ahwash bin ‘amr bin Tsa’labah bin al-Harits bin Hishn bin
Dhamdham bin ‘Ady bin Junab bin Kalb dan dianugrahi seorang anak yang
bernama Maryam dan dikatakan juga dengan ‘Anbasah. Ketika terbunuh beliau
memiliki empat orang istri : Na’ilah, Ramlah, Ummul Banin, dan Fakhitah.
Dikatakan beliau telah menceraikan Ummul Banin disaat beliau sedang terkepung.
Masa Kekhalifahan dan Umur
Beliau
Masa kekhalifahannya adalah sebelas tahun sebelas bulan dan tujuh belas
hari. Beliau di baiat pada awal bulan Muharam tahun dua puluh empat Hijriah dan
terbunuh pada tanggal delapan belas Dzulhijjah tahun tiga puluh lima Hijriah.
Adapun usia beliau telah mencapai lebih dari delapan puluh tahun. Shalih bin
Kaitsan berkata, “ beliau wafat pada usia delapan puluh tahun beberapa bulan.”
Dikatakan, “ delapan puluh empat tahun.” Qatadah berkata, “ beliau meninggal
pada usia delapan puluh delapan tahun atau Sembilan tahun.”
Proses Utsman memeluk
Islam
Masuknya utsman kedalam islam berawal dari sebuah suara dalam mimpinya di
bawah rindang pohon antara maan dan azzarqa yang menyarankan agar beliau segera
kembali ke mekkah sebab orang yang bernama Muhammad telah muncul membawa ajaran
baru yang kelak akan merubah dunia sebagai utusan tuhan. Setelah terbangun dari
mimpinya beliau bergegas kembali ke mekkah dan menanyakan hal ihwal ataupun
makna yang tersimpan dari kejadian yang menimpanya. Kemudian beliau bertemu
dengan Abu bakar dan mengajaknya untuk mengikuti langkahnya yang lebih dahulu
memeluk islam.
Lalu menghadaplah keduanya kepada rasulullah untuk menyatakan
keislamannya. Sungguh tak terbilang pengorbanannya terhadap islam, tak terbatas
pada hartanya saja yang selalu dibelanjakan di jalan Allah nyawanya pun teramat
sering terancam dengan berbagai pengucilan dan penyiksaan dari kerabat dan
pemuka Quraisy ketika mereka tahu keislamannya. Di sisi lain Allah serta
rasulnya begitu mencintainya sehingga pernah satu riwayat disebutkan bahwa
beliau adalah salah satu penghuni syurga yang akan menemani rasul kelak.
Kontribusi pada masa nabi
Utsman bin Affan masuk Islam melalui dakwah Abu Bakar ash-Shidiq. Beliau
adalah orang pertama yang hijrah ke negri Ethiopia bersama istrinya Ruqoyah
binti Rasulullah SAW, kemudian kembali ke Mekkah dan hijrah ke Madinah. Beliau
tidak data ikut serta dalam perang Badar karea sibuk mengurusi putri
Rasulullah SAW (istri beliau ) yang sedang sakit. Jadi beliau hanya tinggal di
Madinah. Rsaasulullah SAW memberikan bagian dari harta rampasan dan pahala
perang tersebut kepada beliau dan beliau dianggap ikutb serta dalam
peperangan. Ketika istri beliau meninggal, Rasulullah SAW menikahkan degan adik
istrinya yang bernama Ummu Kultsum yang pada akhirnya juga meninggal ketika
masih menjadi istri beliau. Beliau ikut serta dalam peperangan Uhud, khandaq,
perjanjian hudaibiyah yag pada waktu itu Rasulullah SAW membai’atkan untuk
Utsman dengan tangan beliau sendiri.
Rasulullah SAW pergi menunaikan haji wada’ bersama beliau. Rasulullah SAW
wafat dalam keadaan ridho terhadap Utsma bin Affan. Kemudian beliau menemani
Abu Bakar dengan baik dan Abu Bakar wafat dalam keadaan ridho terhadap Utsman
bin Affan. Beliau menemani Umar dengan baik dan Umar wafat dalam keadaan ridho
terhadap Utsman bin Affan, serta menetapkan bahwa beliau adalah salah seorang
dari enam orang anggota Syura dan beliau sendiri adalah orang yang paling
istimewa di antara anggota lainnya.
2.2 Bagaimana peran Ustman bin affan pada masa kekholifahannya?
Utsman menjadi khalifah
Pembai’atan Utsman sebagai khalifah berdasar kesepakatan enam orang sahabat
termasuk dirinya yang telah ditunjuk langsung oleh Umar ibn Khattab untuk
menjadi penggantinya yang akan melanjutkan kepemimpinan dan perjuangannya dalam
menyebarkan islam ke penjuru dunia. Dari masa inilah awal pengangkatan seorang
khalifah secara demokratis dengan jalan musyawarah yang diwakili oleh keenam
orang sahabat sepanjang sejarah manusia.
Pemilihan Ustman sebagai Khalifah
Pada masa pemerintahan Umar bin Khatab yang berlangsung selama 10 tahun,
Umar membentuk badan Syura untuk menentukan pengganti kekhalifahannya. Badan
Syura ini dia bentuk menjelang wafatnya, dan terdiri dari 6 orang calon yang
nantinya dipilih salah seorang dari mereka untuk diangkat menjadi khalifah
baru. Mereka ialah Ustman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Thalhah, Zubair bin
Awwam, Sa’ad bin Abi Waqqash, dan Abdullah bin Auf. Setelah Umar wafat,
badan Syura ini bermusyawarah dan berhasil menunjuk Utsman sebagai khalifah,
melalui persaingan yang agak ketat dengan Ali bin Abi Thalib.
Tanggal Pembai’atan Ustman bin Affan
Saif bin
Umar meriwayatkan dari Umar bin Syubbah dari ‘Amir asy-Sya’bi bahwa ia berkata,
“Dewan Syura bersepakat untuk memilih Ustman bin Affan pada tanggal tiga
Muharram tahun dua puluh empat Hijriyah. Ketika itu telah masuk waktu shalat
Ashar dan adzan dikumandangkan oleh Shuhaib. Berkumpullah manusia antara adzan
dan iqamat, kemudian beliau keluar dan mengimami mereka shalat. Kemudian beliau
menambahkan hadiah yang diberikan kepada masyarakat sebanyak seratus, lalu
mengutus delegasi keseluruh pelosok. Beliau adalah orang pertama yang melakukan
hal tersebut.”
Ibnu
Katsir berkata, “Dari konteks yang telah kita sebutkan bahwa bai’at tersebut
dilakukan sebelum tergelincirnya matahari dan pembai’atan belum selesai kecuali
setelah Zhuhur. Pada waktu itu Shuhaib bertindak sebagai imam shalat Zhuhur di
masjid Nabawi. Shalat pertama yang diimami oleh khalifah Utsman bin Affan
adalah shalat Ashar, sebagaimana yang telah disebutkan oleh asy-Syabi’I dan
lain-lain.
Masa pemerintahan Utsman adalah yang terpanjang dari semua khalifah di
zaman para Khalifah Rasyidah, yaitu 12 tahun, tetapi sejarah mencatat tidak
seluruh masa kekuasaannya menjadi saat yang baik dan sukses banginya. Para
penulis sejarah membagi zaman pemerintahan Utsman menjadi dua periode, yaitu
enam tahun pertama merupakan masa kejayaan masa pemerintahannya dan tahun
terakhir merupakan masa pemerintahan yang
buruk.
Khutbah Utsman bin Affan ketika dibai’at
Khutbah
pertama beliau dihadapan kaum muslimin, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Saif
bin Umar dari Badr bin Utsman dari pamanya berkata, “Ketika dewan syura
membai’at Utsman bin Affan , dengan keadaan orang yang paling sedih diantara
mereka, beliau keluar dan menaiki mimbar Rasulullah SAW dan memberikan
khutbahnya kepada orang banyak. Beliau memulai dengan memuji Allah dan
bershalawat kepada Nabi SAW dan berkata, “Sesungguhnya kalian berada di kampong
persinggahan dan sedang berada pada sisa-sisa usia maka segeralah melalukan
kebaikan yang mampu kalian lakukan. Kalian telah diberi waktu pagi dan sore.
Ketahuilah bahwa dunia dilapisi dengan tipu daya oleh karena itu maka janganlah
sekali-kali kehidupan dunia memperdayakan kalian, dan jangan (pula)
penipu (setan) memperdayakan kamu dalam (menaati) Allah. Ambillah pelajaran
dari kejadian masa lalu kemudian bersungguh-sungguhlah dan jangan lalai, karena
setan tidak pernah lalai terhadap kalian. Mana anak-anak dunia dan temannya
yang terpengaruh dengan dunia akan meghabiskan usianya untuk bersenag-senang.
Tidaklah mereka jauhi semua itu.
Konstitusi Pada zaman pemerintahan Utsman
Di zaman kholifah Ustman bin Affan, Islam mengalami perluasan yang lebih
pesat dari sebelumnya. Perluasan Islam di masa Utsman bin Affan, yaitu:
1. Menumpas pendurhakaan dan pemberontakan yang
terjadi dibeberapa negeri yang telah masuk kebawah kekuasaan Islam di zaman
Umar.
Setelah Umar berpulang kerahmatulllah ada daerah-daerah yang mendurhakai
kepada pemerintah Islam. Pendurhakaan itu ditimbulkan oleh pendukung-pendukung
pemerintahan yang lama. Terutama di daerah khurusan and iskandariah.
Pemberontakan di Khurasan dicetuskan oleh pendukung
pemerintahan yang lama. Adapun kota Iskandariyah telah diserang kembali oleh
bangsa romawi. Dikirimnya kembali tentara yang besar dibawah pimpinan seorang
panglima Armenia yang bernama manuel. Pemberontakan ini dapat ditumpas oleh Utsman
bin Affan. Utsman mengirimkan ke Khursan dan Iskandariyah tentara yang besar
jumlahnya dengan perlengkapan yang cukup . Balatentara ini dapat menghancurkan
kaum pemberontak serta dapat mengembalikan keamanan dan ketentraman di
daerah tersebut.
2. Mengatasi kaum Muhajirin
Ketika kaum muhajirin hijrah dari Mekkah ke Madinah. Mereka dihadapkan pada
masalah kesulitan air. Di sana memang ada sebuah sumur . tetapi sumur itu milik
seorang Yahudi dan sengaja airnya ia perdagangkan. Oleh karena itu Rasulullah SAW
amat berharap ada salah seorang yang mampu membeli sumur itu untuk meringankan
beban kaum muhajirin yang telah menderita. Karena harta bendanya mereka
tinggalkan di Mekkah. Mengetahui kejadian itu Utsman bin Affan pergi kerumah
orang Yahudi itu untuk membeli separuh sumur tersebut. Setelah tawar menawar
disepakati harga itu 12.000 dirham dan dengan perjanjian satu hari hak orang
Yahudi dan keesokan harinya untuk Utsman. Pada giliran Utsman, kaum muslimin
bergegas mengambil airnya untuk kebutuhan dua hari dengan demikian si Yahudi
merasa rugi, karena tidak ada yang membeli air pada gilirannya
Orang yahudi itu mengeluh kepada Utsman dan akhirnya dia menjual harga
sumur itu kepada Utsman dengan harga 8.000 dirham. Sumur “raumah” mengalirkan
air yang melimpah bagi kaum muslimin dengan gratis. Itulah kedermawanan Ustman
r.a. Setelah peristiwa tersebut Rasulullah menikahkan putrinya ummu kaltsum
dengan Ustman bin affan r.a. Oleh karena itulah Ustman bin affan mendapat
julukkan “Dzunnurain” yang memiliki dua cahaya. Yang dimaksud dua cahaya ialah
mengawinkan dua orang putra Rasulullah SAW.
3. Pengumpulan Mushaf
Ustman bin affan juga berperan dalam penulisan mushaf Al-Quran, dalam masa
pemerintahannya beliau telah menyatukan kaum muslimin pada satu qiro’ah
dan dituliskannya bacaan Al-Quran terakhir yang diajarkan oleh jibril kepada
Rasulullah SAW yakni ketika jibril mendiktekan Al-Quran kepada Rasulullah pada
tahun terakhir masa hidup beliau. Ustman bin affan mengumpulkan para sahabat
dan mengajak mereka untuk memusyawarahkan perkara tersebut. Beliau
berpendapat bahwa Al-Quran harus ditulis dalam satu Qiro’ah(bacaan) dan
menyatukan seluruh daerah pada satu bacaan saja untuk menghentikan
perselisihan dan menghindari perpecahan. Beliau meminta dan memerintahkan
Zaid bin Tsabit al-anshory untuk menuliskannya dengan didektekan oleh Sa’id bin
‘Ash al-Umawy dengan disaksikan oleh Abdullah bin Zubair al-asady dan Abdur
rahman bin harist bin hisyam al-Makhzumy. Dan jika masih ada perselisihan,
beliau memerintahkan agar mushaf tersebut ditulis dengan bahasa yang sesuai
dengan bahasa arab Quraisy.
Setelah ditulis dalam satu mushaf, beliau memerintahkan agar mushaf
tersebut ditulis sebanyak 7 buah untuk dikirim ke daerah penduduk syam,penduduk
mesir,penduduk basrah, kufah, begitu juga ke makkah dan yaman, serta ke
madinah. Mushaf-mushaf tersebut disebut dengan mushaf al-aimmah atau mushaf
Ustmaniyah, dikarenakan penulisan mushaf tersebut terjadi pada masa pemerinthan
kholifah Usman bin affan. Kemudian Ustmanbin affan mengumpulkan semua mushaf
yang beredar di kalangan masyarakat yang berbeda dengan mushaf tersebut lalu
membakarnya agar tidak lagi timbul perselisihan.
4. Perluasan Islam
Perluasan islam boleh dikatakan semua daerah yang telah dicapai Islam
dimasa umar. Perluasan Islam di masa Utsman telah bertambah dengan perluasan ke
laut, kaum muslimin telah mempunyai angkatan laut. Kemudian negeri-negeri
Armenia dan beberapa bagian thabaristan. Bahkan kemajuan tentara Islam telah
sampai dan melampaui sungai jihun (ama daria). Jadi daerah-daerah ma’waraan
nahri” (negeri-negeri seberang sungai jihun telah masuk di wilayah Negara
Islam. Negeri Harah, Kabul dan Ghazbah di Turkistan telah diduduki kaum
muslimin dengan mempergunakan angkatan laut yang dipimpin oleh Muawiyah
bin Abi Sofyan tahun 28 H.
Salah satu pertempuran yang paling penting dilaut pertempuran “Dzatis
Sawari” (Pertempuran tiang kapal). Pertempuran ini terjadi pada tahun 31H di
laut tengah dekat kota Iskandariyah antar tentara romawi dibawah pimpinan kaisar
Constantie dengan balatentara bawah islam dibawah pimpinan Abdullah ibn Abi
Sarah yang menjadi gubernur di Mesir. Pertempuran ini dinamakan “Dzatis sawar
(pertempuran tiang kapal) karena banyaknya kapal-kapal perang yang bertempur
dalam peperangan ini adalah 1200 buah kepunyaan kaum muslimin dan yang
selebihnya kepunyaan bangsa romawi dalam peperangan ini kaum muslimin telah
berhasil mengalahkan antara romawi.
5. Perluasan Masjid
Pada tahun 29 hijriyah tepatnya pada bulan robi’ul awal, kholifah Ustman
bin affan memperluas masjid nabi SAW dan membangunnya dengan batu kapur yang
diangkut dari daerah nakhl dan batu berukir, tiang-tiangnya dari batu bundar,
atapnya dari kayu jati, panjangnya seratus enam puluh hasta, lebar seratus lima
puluh hasta dan membuat enam pintu sebagaimana pada zaman Umar bin
Khaththab.
Pada tahun berikutnya, Ustman bin affan melepaskan al-walid bin’utbah dari
jabatan gubernur daerah kufah dan menggantinya dengan Sa’id bin ‘Ash. Pada
tahun ini pula terjadi perselisihan di negeri syam dengan muawiyyah
dan abu dzar yakni bahwa Abu Dzar mengkritik mu’awiyyah dalam beberapa
permasalahan.
Kesulitan yang dihadapi pada masa pemerintahan Ustman bin
affan
Pada masa kholifah Ustman bin affan banyak sekali pemberontakan yang terjadi
karena kholifah Ustman lebih banyak memasukkan anggota keluarga untuk menjadi
anggota pemerintahan. Yang pada akhirnya menjadikan mereka memusuhi beliau dan
akhirnya membunuh beliau.
Wafatnya Ustman bin Affan
Utsman menjabat sebagai Khalifah selama dua periode, pada periode pertama
ia populer, periode kedua ia menyedihkan. Disini keadaan politik berbalik
mundur. Timbul gejolak politik, huru-hara silih berganti, petisi dan intrik
merajalela yang kemudian membuahkan pembunuhan dirinya pada hari Jum’at,
tanggal 8 Dzulhijjah tahun 35 H. Pada saat itu Khalifah Utsman sedang membaca
Al-Qur’an, sehingga bajunya berlumuran darah.
Kerusuhan yang berlanjut dengan pembunuhan Utsman, nampaknya berawal dari
sistem kepemimpinan Khalifah Utsman sendiri yang dinilai tidak adil dan tidak
bijaksana. Diketahui bahwa selama Utsman berkuasa, ia banyak mengangkat
kerabatnya, seperti Marwan bin Hamka yang selanjutnya mengangkat pula
orang-orang Bani Umaiyyah lainnya sebagai pejabat tinggi dan penguasa negara.
Marwan telah tampil sebagai penyelenggara pemerintahan yang sebenarnya,
sedangkan Utsman tak lebih dari boneka ditangan. Marwanlah yang bertanggung
jawab atau menutupi tindakan-tindakan tak terpuji para pejabatnya. Terutama
Hisyam paman Utsman atau ayahanda Marwan. Kejujuran kedua orang ini diragukan.
Hisyam misalnya, pernah membocorkan rahasia negara pada zaman Rasulullah SAW.
Oleh karena itu, ia diasingkan dan dipecat oleh Rasulullah SAW. Tetapi pada
zaman Utsman, ia bukan saja dipanggil pulang untuk berkumpul, tetapi diberi
hadiah seratus ribu mata uang perak dan sebidang tanah milik negara. Sementara
Marwan diangkat sebagai sekretaris negara.
Selain itu Utsman mengangkat pula Muawiyah sebagai gubernur di Siria, dan
Sa’ad bin Surrah menjadi wali negeri Mesir. Muawiyah dikenal sebagai musuh
Rasululloh yang paling ganas pada perang Uhud. Sedangkan Abdullah bin Sa’ad
pernah mengubah kata-kata wahyu yang didiktekan Rasulullah pada saat ia menjadi
sekretaris Rasulullah. Orang yang demikian justru diberi kedudukan oleh Utsman.
Sebab-sebab lain yang menimbulkan kerusuhan dan membawa kematian Utsman,
disebutkan oleh Abu Zahrah sebagai berikut :
- Utsman tertalu baik hati kepada pembesar-pembesar Muhajirin dan para pejuang angkatan pertama dari kalangan kerabatnya.
- Utsman terlalu mempercayai kerabatnya – meskipun hal demikian tidak berdosa dan tercela sampai-sampai Usman menyerahkan urusan pemerintahan kepada mereka, termasuk meminta perndapat tentang permasalahan pemerintah yang tengah dihadapi. Sedangkan mereka bukan termasuk orang yang dapat dipercaya.
- Sebagai akibat Usman begitu banyak menyerahkan urusan pemerintahan kepada kaum kerabatnya itu, maka akhirnya yang menangani masalah-masalah penting pemerintahannya dalah orang-orang yang sama sekali belum kuat keislamannya.
- Utsman terlalu lemah kepada para bawahannya, sedangkan bawahannya itu sebagian tidak berlaku adil, yang menyebabkan rakyat merasa tidak puas.
- Sebagai sebab yang paling fatal adalah adanya orang-orang yang dendam atas Islam – mereka masuk Islam luarnya saja, sedangkan dalam hatinya kafir.
Sebagai akibat dari sistem politik yang dijalankan Utsman serupa itu
(nepotisme), maka timbul reaksi yang kurang menguntungkan bagi Khalifah Utsman
khususnya dan pelajaran bagi umat Islam pada umumnya. Sahabat-sahabat Nabi yang
pada mulanya menyokong Utsman, akhirnya berpaling menjadi lawannya.
Sementara itu pengaduan-pengaduan dari setiap wilayah kekuasaan Utsman
berdatangan ke Madinah. Namun pengaduan-pengaduan tersebut kurang diperhatikan,
bahkan banyak yang ditolak sambil mencarinya. Bersamaan dengan itu terdapat
gerakan masa yang terdiri dari 12.000 orang yang diketuai oleh Muhammad, putera
Khalifah Abu Bakar datang ke Ibukota untuk menyampaikan keberatan-keberatan
kepada khalifah Utsman. Menghadapi huru-hara dan gejolak politik seperti itu,
Utsman pernah meminta nasehat kepada Ali bin Abi Thalib dan Ali mengatakan
kepadanya agar berjanji untuk memperhatikan dan pengindahkan segala usul dan
protes mereka dengan sebaik-baiknya. Namun usul dan nasehat Ali tidak ia
hiraukan. Dari pihak Utsman malah mengirim surat kepada Kepala daerah di Mesir.
Abdullah bin Abi Sarah yang isinya memerintahkan agar membunuh toko-toko Mesir
dalam perjalanan mereka pulang dari Madinah. Tetapi seorang dari mereka
berhasil menangkap surat tersebut, kemudian kembali ke Madinah dan berhasil
membunuh Khalifah Utsman. Dalam pemberontakan sebagaimana disebutkan diatas,
terdapat peranan yang dimainkan oleh Abdullah bin Saba’ (seorang Yahudi yang
pura-pura masuk Islam). Pada zaman Khalifah Usman bin Affan. Ia memanfaatkan
suasana ketidakpuasan dikalangan kaum muslimin yang timbuk karena kelemahan
politik Khalifah Utsman.
6. Apa saja ibrah yang
dapat kita ambil dari kholifah Ustman bin affan?
Ustman bin Affan adalah seorang yang memilki akhlak mulia, sangat
pemalu, dermawan dan terhormat, mendahulukan kebutuhan keluarga dan familinya
dengan memberikan perhiasan dunia yang fana.
BAB III
KESIMPULAN
Keberhasilan Rasulullah dalam membangun peradaban dunia
dan kemudian ditambah lagi dengan kegemilangan generasi para sahabat yang
mewariskan sistem dan nilai luhur saat tampil memegang tongkat kepemimpinan
setelahnya merupakan torehan sejarah yang layak dicatat dengan tinta emas.
Khulafaur Rasyidin adalah bukti dari suksesnya pewarisan sistem dan nilai
tersebut, wafatnya nabi tidak serta-merta menjadikan islam kehilangan
peradabannya karena memang risalah ilahiyah ini tidak pernah bergantung pada
satu namapun. Ditangan salah satu kholifah yang bernama Ustman bin Affan inilah
islam mencapai puncak kejayaannya.
Utsman bin Affan adalah sahabat nabi dan juga khalifah
ketiga dalam Khulafaur Rasyidin. ia dikenal sebagai pedagang kaya raya dan
ekonom yang handal namun sangat dermawan. Banyak bantuan ekonomi yang
diberikannya kepada umat Islam di awal dakwah Islam. Ia mendapat julukan
Dzunnurain yang berarti yang memiliki dua cahaya. Julukan ini didapat karena
Utsman telah menikahi puteri kedua dan ketiga dari Rasullah. Usman bin Affan
lahir pada 574 Masehi dari golongan Bani Umayyah. Nama ibunya adalah Arwa binti
Kuriz bin Rabiah. ia masuk Islam atas ajakan Abu Bakar dan termasuk golongan
As-Sabiqun al-Awwalun (golongan yang pertama-tama masuk Islam). Rasulullah Saw
sendiri menggambarkan Utsman bin Affan sebagai pribadi yang paling jujur dan
rendah hati di antara kaum muslimin.
Pada saat seruan hijrah pertama oleh Rasullullah Saw ke
Habbasyiah karena meningkatnya tekanan kaum Quraisy terhadap umat Islam, Utsman
bersama istri dan kaum muslimin lainnya memenuhi seruan tersebut dan hijrah ke
Habasyiah hingga tekanan dari kaum Quraisy reda. Tak lama tinggal di Mekah,
Utsman mengikuti Nabi Muhammad Saw untuk hijrah ke Madinah. Pada peristiwa
Hudaibiyah, Utsman dikirim oleh Rasullah untuk menemui Abu Sofyan di Mekkah.
Utsman diperintahkan Nabi untuk menegaskan bahwa rombongan dari Madinah hanya
akan beribadah di Ka'bah, lalu segera kembali ke Madinah, bukan untuk memerangi
penduduk Mekkah.
Pada saat Perang Dzatirriqa dan Perang Ghatfahan
berkecamuk, dimana Rasullullah Saw memimpin perang, Utsman dipercaya menjabat
walikota Madinah. Saat Perang Tabuk, Utsman mendermakan 1000 ekor unta dan 70
ekor kuda, ditambah 1000 dirham sumbangan pribadi untuk perang Tabuk, nilainya
sama dengan sepertiga biaya perang tersebut. Utsman bin Affan juga menunjukkan
kedermawanannya tatkala membeli mata air yang bernama Rumah dari seorang lelaki
suku Ghifar seharga 35.000 dirham. Mata air itu ia wakafkan untuk kepentingan
rakyat umum. Pada masa pemerintahan Abu Bakar, Utsman juga pernah memberikan
gandum yang diangkut dengan 1000 unta untuk membantu kaum miskin yang menderita
di musim kering.
Setelah wafatnya Umar bin Khattab sebagai khalifah kedua,
diadakanlah musyawarah untuk memilik khalifah selanjutnya. Ada enam orang
kandidat khalifah yang diusulkan yaitu Ali bin Abi Thalib, Utsman bin Affan,
Abdul Rahman bin Auf, Sa’ad bin Abi Waqas, Zubair bin Awwam dan Thalhah bin
Ubaidillah. Selanjutnya Abdul Rahman bin Auff, Sa’ad bin Abi Waqas, Zubair bin
Awwam, dan Thalhah bin Ubaidillah mengundurkan diri hingga hanya Utsman dan Ali
yang tertinggal. Suara masyarakat pada saat itu cenderung memilih Utsman
menjadi khalifah ketiga. Maka diangkatlah Utsman yang berumur 70 tahun menjadi
khalifah ketiga dan yang tertua, serta yang pertama dipilih dari beberapa
calon. Peristiwa ini terjadi pada bulan Muharram 24 H. Utsman menjadi khalifah
di saat pemerintah Islam telah betul-betul mapan dan terstruktur.
Ia adalah khalifah kali pertama yang melakukan perluasan
masjid al-Haram (Mekkah) dan masjid Nabawi (Madinah) karena semakin ramai umat
Islam yang menjalankan rukun Islam kelima (haji). ia mencetuskan ide polisi
keamanan bagi rakyatnya; membuat bangunan khusus untuk mahkamah dan mengadili
perkara yang sebelumnya dilakukan di masjid; membangun pertanian, menaklukan
Syiria, Afrika Utara, Persia, Khurasan, Palestina, Siprus, Rodhes, dan juga
membentuk angkatan laut yang kuat. Jasanya yang paling besar adalah saat
mengeluarkan kebijakan untuk mengumpulkan Al-Quran dalam satu mushaf.
Selama masa jabatannya, Utsman banyak mengganti gubernur
wilayah yang tidak cocok atau kurang cakap dan menggantikaannya dengan
orang-orang yang lebih kredibel. Namun hal ini banyak membuat sakit hati
pejabat yang diturunkan sehingga mereka bersekongkol untuk membunuh khalifa.
Khalifah Utsman kemudian dikepung oleh pemberontak selama
40 hari dimulai dari bulan Ramadhan hingga Dzulhijah. Beliau diberi 2 ulimatum
oleh pemberontak, yaitu mengundurkan diri atau dibunuh. Meski Utsman mempunyai
kekuatan untuk menyingkirkan pemberontak, namun ia berprinsip untuk tidak
menumpahkan darah umat Islam. Utsman akhirnya wafat sebagai syahid pada bulan
Dzulhijah 35 H ketika para pemberontak berhasil memasuki rumahnya dan membunuh
Utsman saat sedang membaca Al-Quran. Persis seperti apa yang disampaikan
Rasullullah Saw perihal kematian Utsman yang syahid nantinya. peristiwa
pembunuhan usman berawal dari pengepungan rumah usman oleh para pemberontak
selama 40 hari. Usman wafat pada hari Jumat 18 Dzulhijjah 35 H. Ia dimakamkan
di kuburan Baqi di Madinah.aw yaitu Ruqayah dan Ummu Kaltsum.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar