TOKO 0SCAR CLASSER

Sabtu, 30 November 2013

contoh MAKALAH SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM

MAKALAH INI DIBUAT UNTUK MEMENUHI SALAH SATU TUGAS SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM
GURU: HENDRA GUNAWAN

 


Disusun oleh:
Ø Lilis Nurhayati
Ø Rheka Wilantara
Ø Tiara Fitria Nurul Huda
Ø Neng Reni Anggraeni
Ø Dewi Nurmeilinah

MADRASAH ALIYAH MANARUL HUDA
Sukasirna-Sukarame-Singaparna-Tasikmalaya
2013
KATA PENGANTAR


Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat limpahan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam selalu kami limpahkan kepada junjungan kami Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya, atas jasa beliau kita sebagai ummat Islam bisa melihat dunia ini dipenuhi akhlak yang mulia, rahmat dan kasih sayang yang selalu tumbuh diantara ummatnya.
            Ucapan terimakasih kami berikan kepada Ibu Isti Anah Abu Bakar, M.Ag selaku dosen pembimbing kami, teman-teman kelas PAI-C yang turut memberi motivasi kepada kami, dan tak lupa kepada semua pihak yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu.
            Kami menyusun makalah Khalifah Utsman bin Affan ini dalam rangka agar para pembaca dapat mengetahui dan memahami masa-masa pemerintahan Utsman bin Affan.
            Di dunia ini tidak ada yang sempurna, oleh karena itu kami memohon maaf apabila dalam makalah kami terdapat kesalahan yang tidak kami sengaja. Dan kami mengharap kritik serta saran dari para pembaca, agar kami dapat menjadi lebih baik lagi dan makalah ini bisa lebih sempurna dan lebih bermanfaat bagi pendidikan kami khususnya, dan pembaca umumnya.


BAB 1
PENDAHULUAN

A. Biografi Usman Bin Affan
Usman bin Affan lahir pada 574 Masehi dari golongan Bani Umayyah. Nama ibunya adalah Arwa binti Kuriz bin Rabiah. ia masuk Islam atas ajakan Abu Bakar dan termasuk golongan As-Sabiqun al-Awwalun (golongan yang pertama-tama masuk Islam). Rasulullah Saw sendiri menggambarkan Utsman bin Affan sebagai pribadi yang paling jujur dan rendah hati di antara kaum muslimin.
Utsman bin Affan, yang mempunyai nama lengkap Utsman ibn Affan ibn Abdil Ash ibn Umayyah,merupakan anak dari pasangan Affan dan Arwa. Utsman lahir pada tahun 576 H di Taif dan merupakan keturunan keluarga besar Bani Umayyah suku Quraisy
Pada saat seruan hijrah pertama oleh Rasullullah Saw ke Habbasyiah karena meningkatnya tekanan kaum Quraisy terhadap umat Islam, Utsman bersama istri dan kaum muslimin lainnya memenuhi seruan tersebut dan hijrah ke Habasyiah hingga tekanan dari kaum Quraisy reda. Tak lama tinggal di Mekah, Utsman mengikuti Nabi Muhammad Saw untuk hijrah ke Madinah. Pada peristiwa Hudaibiyah, Utsman dikirim oleh Rasullah untuk menemui Abu Sofyan di Mekkah. Utsman diperintahkan Nabi untuk menegaskan bahwa rombongan dari Madinah hanya akan beribadah di Ka'bah, lalu segera kembali ke Madinah, bukan untuk memerangi penduduk Mekkah.
Pada saat Perang Dzatirriqa dan Perang Ghatfahan berkecamuk, dimana Rasullullah Saw memimpin perang, Utsman dipercaya menjabat walikota Madinah. Saat Perang Tabuk, Utsman mendermakan 950 ekor unta dan 70 ekor kuda, ditambah 1000 dirham sumbangan pribadi untuk perang Tabuk, nilainya sama dengan sepertiga biaya perang tersebut. Utsman bin Affan juga menunjukkan kedermawanannya tatkala membeli mata air yang bernama Rumah dari seorang lelaki suku Ghifar seharga 35.000 dirham. Mata air itu ia wakafkan untuk kepentingan rakyat umum.[2] Pada masa pemerintahan Abu Bakar, Utsman juga pernah memberikan gandum yang diangkut dengan 1000 unta untuk membantu kaum miskin yang menderita di musim kering.
Setelah wafatnya Umar bin Khattab sebagai khalifah kedua, diadakanlah musyawarah untuk memilih khalifah selanjutnya. Ada enam orang kandidat khalifah yang diusulkan yaitu Ali bin Abi Thalib, Utsman bin Affan, Abdul Rahman bin Auf, Sa’ad bin Abi Waqas, Zubair bin Awwam dan Thalhah bin Ubaidillah. Selanjutnya Abdul Rahman bin Auff, Sa’ad bin Abi Waqas, Zubair bin Awwam, dan Thalhah bin Ubaidillah mengundurkan diri hingga hanya Utsman dan Ali yang tertinggal. Suara masyarakat pada saat itu cenderung memilih Utsman menjadi khalifah ketiga. Maka diangkatlah Utsman yang berumur 70 tahun menjadi khalifah ketiga dan yang tertua, serta yang pertama dipilih dari beberapa calon. Peristiwa ini terjadi pada bulan Muharram 24 H. Utsman menjadi khalifah di saat pemerintah Islam telah betul-betul mapan dan terstruktur.
ia adalah khalifah kali pertama yang melakukan perluasan masjid al-Haram (Mekkah) dan masjid Nabawi (Madinah) karena semakin ramai umat Islam yang menjalankan rukun Islam kelima (haji). ia mencetuskan ide polisi keamanan bagi rakyatnya; membuat bangunan khusus untuk mahkamah dan mengadili perkara yang sebelumnya dilakukan di masjid; membangun pertanian, menaklukan Syiria, Afrika Utara, Persia, Khurasan, Palestina, Siprus, Rodhes, dan juga membentuk angkatan laut yang kuat. Jasanya yang paling besar adalah saat mengeluarkan kebijakan untuk mengumpulkan Al-Quran dalam satu mushaf.
Utsman bin Affan (bahasa Arab: عثمان بن عفان, 574656 / 12 Dzulhijjah 35 H; umur 81–82 tahun)[1] adalah sahabat Nabi Muhammad SAW yang termasuk Khulafaur Rasyidin yang ke-3. Utsman adalah seorang yang saudagar yang kaya tetapi sangatlah dermawan. Ia juga berjasa dalam hal membukukan Al-Qur'an.
Ia adalah khalifah ketiga yang memerintah dari tahun 644 (umur 69–70 tahun) hingga 656 (selama 11–12 tahun). Selain itu sahabat nabi yang satu ini memiliki sifat yang sangat pemalu.
Utsman bin Affan adalah sahabat nabi dan juga khalifah ketiga dalam Khulafaur Rasyidin. ia dikenal sebagai pedagang kaya raya dan ekonom yang handal namun sangat dermawan. Banyak bantuan ekonomi yang diberikannya kepada umat Islam di awal dakwah Islam. Ia mendapat julukan Dzunnurain yang berarti yang memiliki dua cahaya. Julukan ini didapat karena Utsman telah menikahi puteri kedua dan ketiga dari Rasullah Saw yaitu Ruqayah dan Ummu Kaltsum.
Utsman bin Affan, yang mempunyai nama lengkap Utsman ibn Affan ibn Abdil Ash ibn Umayyah,merupakan anak dari pasangan Affan dan Arwa. Utsman lahir pada tahun 576 H di Taif dan merupakan keturunan keluarga besar Bani Umayyah suku Quraisy.

Sebelum memeluk Islam, ia sudah dikenal sebagai seorang pedagang yang kaya raya. Ia juga mempunyai sifat-sifat mulia lainnya, seperti sederhana, jujur, cerdas, shaleh dan dermawan. Ketika telah memeluk agama Islam, pada usia usia 34 tahun bersama Thalhah bin Ubaidilah, selain dikenal sebagai salah seorang sahabat terdekat nabi, ia juga dikenal sebagai seorang penulis wahyu. Ia selalu bersama Rasulullah SAW, dan selalu mengikuti semua peperangan kecuali perang Badar karena Rasulullah SAW memerintahkan Utsman untuk menunggui istrinya, Ruqoyyah, yang saat itu sedang sakit keras.
Sebagai seorang hartawan yang kaya raya, Utsman mempergunakan hartanya demi kejayaan Islam. Ia tak segan-segan menyumbangkan hartanya untuk biaya perang, maupun hal-hal lain yang berhubungan dengan penyebaran dan kehormatan agama Islam.

B. Proses Pengangkatan Usman Bin Affan
Menjelang wafatnya Umar bin Khattab, beliau menunjuk 6 orang sahabatnya untuk dicalonkan sebagai pengganti. Mereka adalah Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Zubair bin Awwam, Sa’ad bin Abi Waqash, Abdurrahman bin Auf, dan Thalhah bin Ubaidillah. Keenam orang tersebut disebut sebagai Ahlul Halli wal Aqdi.
                  
Alasan Umar menunjuk keenam orang tersebut karena ia merasa tidak sebaik Abu Bakar dalam menunjuk penggantinya, juga tidak sebaik Rasulullah SAW untuk membiarkan para sahabat memilih pengganti. Maka diambillah jalan tengah dengan membentuk tim formatur untuk bermusyawarah menentukan pengganti dirinya. 

Karena kelompok tersebut  beranggotakan 6 orang, maka untuk mencegah terjadinya suara yang sama ketika diadakan voting, dimasukkanlah Abdullah bin Umar, putra Umar bin Khattab. Abdullah bin Umar hanya berhak memilih, namun tak berhak untuk dipilih sebagai khalifah. Dari hasil voting, terpilihlah Utsman bin Affan sebagai khalifah selanjutnya. Ia dipilih pada bulan Dzulhidzah tahun 23 H dan dilantik pada awal Muharram 24 H.

Setelah disepakati bersama, mereka membai’at Utsman dan diikuti oleh umat islam. Pada saat pembaiatan telah selesai, Utsman berpidato di depan kaum muslimin diantara pidatonya adalah:
“ Alhamdulillah, wahai para manusia bertaqwalah kalian kepada allah!, sesungguhnya dunia yang telah diberitahukan kepada kita oleh Allah bahwa ia hanyalah permainan, hiburan,penghias, keangkuhan diantara kalian dan memperbanyak harta dan anak. Seperti hujan lebat yang membuat orang kafir terlena kepada tumbuhan yang tumbuh dan dikemudian hari berubah menguning dan hancur (membusuk), di akhirat nanti ada tiga hal, siksa Allah yang sangat pedih, pengampunan dan ridhoNya. Tiada kehidupan dunia kecuali hanyalah kenikmatan yang menipu, hamba yang paling baik adalah orang yang menyerah dan menyandarkan diri pada Allah dan kitabNya waktu di dunia”

C. Gaya Kepemimpinan
Utsman bin affan dikenal sebagai seorang pemimpin yang familier dan humanis. Namun gaya kepimimpinan yang familier berdampak kurang baik, yaitu munculnya nepotisme dalam pemerintahan Ustman, sebab Utsman kemudian banyak mengangkat pejabat-pejabat Negara dari kerabatnya sendiri dan kurang mengkomodir pejabat di luar kerabat beliau. Inilah yang kemudian menyebabkan munculnya kerusuhan dan pergolakan pemerintahannya. Namun demikian, semasa kepemimpinannya Kholifah Utsman berhasil mengkodifikasikan mushaf Al-Qur’an yang merupakan salah satu keberhasilan yang luar biasa.

D. Ekspansi Daerah Kekuasaan
Utsman bin Affan Menjabat sebagai khalifah semenjak 23-35 H atau 644-656 Masehi. Ia merupakan khalifah yang memerintah terlama, yaitu 12 tahun. Dari segi politik, pada masa pemerintahannya ia banyak melakukan perluasan daerah islam dan merupakan khalifah yang paling banyak melakukan perluasan. Hal ini sebanding dengan lamanya ia menjabat sebagai khalifah. Pada masanya, Islam telah berkembang pada seluruh daerah Persia, Tebristan, Azerbizan dan Armenia. Pesatnya perkembangan wilayah Islam didasarkan karena tingginya semangat dakwah menyebarkan agama Islam. Selain itu, sikap para pendakwah Islam yang santun dan adil membuat Islam mudah untuk diterima para penduduk wilayah-wilayah tersebut.

selain banyak melakukan perluasan daerah, dari segi politik, Utsman adalah khalifah pertama yang membangun angkatan laut. Alasan pembuatan angkatan laut tersebut masih berhubungan dengan keinginan untuk memperluas daerah Islam. Karena untuk mencapai daerah-daerah yang akan ditaklukkan harus melalui perairan, Utsman berinisiatif untuk membentuk angkatan laut. Selain itu, pada saat itu banyak terjadi serangan-serangan dari laut. Hal ini semakin memperkuat alasan Utsman untuk membentuk angkatan laut.

E. Perekonomian
Dari segi ekonomi, yaitu tentang pelaksanaan baitul maal, Ustman hanya melanjutkan pelaksanaan yang telah dilakukan pada masa sebelumnya, yaitu Abu Bakar dan Umar. Namun, pada masa Utsman, Ia dianggap telah melakukan korupsi karena terlalu banyak mengambil uang dari baitul maal untuk diberikan kepada kerabat-kerabatnya. Padahal, tujuan dari pemberian uang tersebut karena Utsman ingin menjaga tali silaturahim. Selain itu, disamping dari segi baitul maal, Utsman juga meningkatkan pertanian. Ia memerintahkan untuk menggunakan lahan-lahan yang tak terpakai sebagai lahan pertanian.

Dari segi pajak, Utsman, sama seperti dari segi baitul maal, melanjutkan perpajakan yang telah ada pada masa Umar. Namun sayangnya, pada masa Utsman pemberlakuan pajak tidak berjalan baik sebagaimana ketika masa Umar. Pada masa Utsman, demi memperlancar ekonomi dalam hal perdagangan, ia banyak melakukan perbaikan fasilitas, seperti perbaikan jalan-jalan dan sebagainya.

F. Sosial Budaya dan Pendidikan
Dari dimensi sosial budaya, ilmu pengetahuan berkembang dengan baik. Pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan erat kaitannya dengan perluasan wilayah Islam[[6]]. Dengan adanya perluasan wilayah, maka banyak para sahabat yang mendatangi wilayah tersebut dengan tujuan mengajarkan agama Islam. Selain itu, adanya pertukaran pemikiran antara penduduk asli dengan para sahabat juga menjadikan ilmu pengetahuan berkembang dengan baik. Dari segi sosial budaya, Utsman juga membangun mahkamah peradilan. Hal ini merupakan sebuah terobosan, karena sebelumnya peradilan dilakukan di mesjid. Utsman juga melakukan penyeragaman bacaan Al Qur’an juga perluasan Mesjid Haram dan Mesjid Nabawi.

Penyeragaman bacaan dilakukan karena pada masa Rasulullah Saw, Beliau memberikan kelonggaran kepada kabilah-kabilah Arab untuk membaca dan menghafalkan Al Qur’an menurut lahjah (dialek)  masing-masing. Seiring bertambahnya wilayah Islam, dan banyaknya bangsa-bangsa yang memeluk agama Islam, pembacaan pun menjadi semakin bervariasi.Akhirnya sahabat Huzaifah bin  Yaman mengusulkan kepada Utsman untuk menyeragamkan bacaan. Utsman pun lalu membentuk panitia yang diketuai oleh Zaid bin Tsabit untuk menyalin mushaf yang disimpan oleh Hafsah dan menyeragamkan bacaan Qur’an. Perluasan Mesjid Haram dan Mesjid Nabawi sendiri dilakukan karena semakin bertambah banyaknya umat muslim yang melaksanakan haji setiap tahunnya.

G. Akhir Kekhalifahan
Para pencatat sejarah membagi masa pemerintahan Utsman menjadi dua periode, enam tahun pertama merupakan masa pemerintahan yang baik dan enam tahun terakhir adalah merupakan masa pemerintahan yang buruk. Pada akhir pemerintahan Utsman, terjadi banyak konflik, seperti tuduhan nepotisme dan tuduhan pemborosan uang Negara. Tuduhan pemborosan uang Negara karena Utsman dianggap terlalu boros mengambil uang baitul maal untuk diberikan kepada kerabatnya, dan tuduhan nepotisme karena Utsman dianggap mengangkat pejabat-pejabat yang merupakan kerabatnya. Padahal, tuduhan ini terbukti tidak benar karena tidak semuanya pejabat yang diangkat merupakan kerabatnya. Selain itu, meski kerabatnya sendiri, jika pejabat tersebut melakukan kesalahan, maka Utsman tidak segan-segan untuk menghukum dan memecatnya.

Sayangnya, tuduhan nepotisme itu terlalu kuat. Sehingga banyak yang beranggapan bahwa Utsman melakukan nepotisme. Hal ini diperkuat dengan adanya golongan Syiah, yaitu golongan yang sangat fanatik terhadap Ali dan berharap Ali yang menjadi khalifah, bukan Utsman. Fitnah yang terus melanda Utsman inilah yang memicu kekacauan dan akhirnya menyebabkan Utsman terbunuh di rumahnya setelah dimasuki oleh sekelompok orang yang berdemonstrasi di depan rumahnya. Setelah meninggalnya Utsman, Ali lalu ditunjuk menjadi penggantinya untuk mencegah kekacauan yang lebih lanjut.

H. Terbunuhnya Khalifah Utsman
Utsman bin Affan terbunuh di rumahnya sendiri pada saat penduduk mesir dan kuffah beranggapan bahwa Utsman telah melakukan nepotisme dan didukungnya golongan yang fanatik terhadap Ali bin Abi Thalib dan berharap Ali yang menjadi kholifah. Anggapan tersebut muncul dari seorang berdarah yahudi yang bernama Abdullah bin Saba’, hingga akhirnya mereka pergi ke Madinah untuk meminta Utsaman memecat pejabat yang dianggap menyeleweng atau mengundurkan diri dari kekholifahan, tetapi permitaan itu ditolak oleh Utsman.

Penolakan tersebut mengakibatkan konflik yang sangat besar. Mereka mengepung rumah Utsman dan menyusup kedalam. Utsman yang saat itu sedang membaca Al-Qur’an dan berpuasa dibunuh oleh Hamron bin Sudan As Syaqy yang kemudian membuka pintu perpecahan antara kaum muslimin.

Dari sejarah peradaban pada masa kholifah Utsman, kita melihat berbagai pengetahuan tentang bagaimana agama islam berkembang pada masa kekholifahan usman. Ada berbagai perkembangan yang ada pada saat itu, diantaranya perkembangan dari segi ekonomi, politik, pendidikan, dan lain sebagainya. Usman juga memiliki gaya kepemimpinan yang tersendiri, hal itu sesuai dengan karakter dan pendirian beliau.

Pada masa Usman Bin Affan terjadi berbagai peristiwa yang menjadi sebuah sejarah penting bagi umat setelahnya sebagai pelajaran yang berharga. Dari berbagai peristiwa itu dia menyikapi dengan penuh ikhlas dan perjuangan. Walaupun hingga akhirnya dia terbunuh karena agama Allah







BAB I
PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang
Terbunuhnya khalifah kedua, Umar Bin Khatab menandakan permukaan zaman baru. Pada waktu itu kaum muslimin memang tidak bergeser dari janji-janji dan prinsip mereka, tetapi mereka didesak oleh adanya hubungan-hubungan baru dan adat istiadat yang melanda mereka juga oleh kesulitan sehingga mereka meninggalkan hasrat dan kehendaknya dalam percaturan dunia.
Untuk menghadapi dan mengatasi semua itu, takdir Allah telah memanggil Utsman bin Affan untuk memikul beban tanggung jawab yang mengerikan yaitu tanggung jawab untuk  memelihara dan mempertahankan jiwa dan kehidupan periode kenabian, juga bertangung jawab dalam menanggulangi pengaruh zaman kerajaan. Serta bertanggung jawab untuk memperluas wilayah kekuasaan islam.

1.2  Rumusan Masalah
1. Siapakah  Ustman bin Affan itu?
2. Bagaimana peran Ustman bin affan pada masa kekholifahannya?
3. Apa saja ibrah yang dapat kita ambil dari kholifah Ustman bin affan?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui biografi Kholifah Ustman bin affan.
2. Untuk mengetahui kontribusi pada masa kekholifahan Ustman bin affan.
3. Untuk mengetahui Ibrah-ibrah yang dapat kita ambil dari sosok kholifah Ustma bin affan.



BAB II
PEMBAHASAN

 Nasab dan Keturunan Ustman bin affan
Utsman bin Affan bin Abil ‘Ash bin Umayyah bin Abdusy Syams bin Abdu Manaf bin Qushai bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin luwa’I bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin an-Nadhr bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma’addu bin Adnan.
Abu Amr, Abu Abdullah al Quraisy, al-Umawi  Amirul mukminin Dzun Nurain yang telah berhijrah dua kali dan suami dari dua putrid Rasulullah SAW. Ibu beliau bernama Arwa binti Kuraiz bin Rabi’ah bin Hubaib bin Abdusy Syams dan nenekya bernama Ummu Hakim Bidha’ binti Abdul Muthalib paman Rasulullah SAW. Beliau salah seorang dari sepuluh sahabat yang diberitakan masuk surge dan salah seorang anggota dari enam anggota Syura serta salah seorang dari tiga orang kandidat khalifah dan akhirnya terpilih menjadi khalifah sesuai denga kesepakatan kaum Muhajirin dan Anshar, juga merupakan khulafaur rasyidin yang ketiga, imam mahdiyin yang diperintahkan megikuti jejak mereka.

Ciri-Ciri dan Akhlak Beliau

Beliau adalah seorang yang rupawan, lembut, mempunyai jenggot yang lebat,berperawakan sedang, mempuyai tulang persendian yang besar, berbahu biidang, berambut lebat, bentuk mulut bagus yag berwarna sawo matang. Beliau memilki akhlak yang mulia, sangat pemalu, dermawan dan terhormat, mendahulukan kebutuhan keluarga dan familinya dengan memberikan perhiasan dunia yang fana. Mungkin beliau bermaksud untuk mendorog mereka agar lebih mendahulukan sesuatu yang kekal dari pada sesuatu yag fana. Sebagaimana yang telah dilakukan Rasulullah terkadang beliau memberikan harta kepaa suatu kaum dan tidak memberi kaum yang lain karena khawatir mereka akan dimasukkan oleh Allah ke neraka. Sebagian kaum memprotes beliau karena perlakuan tersebut sebagaimana yang telah dilakukan oleh orang-orang Khawarij terhadap Rasulullah SAW atas pembagian harta rampasan perang Hunain.

Islam dan Jihad Utsman bin Affan

Utsman bin Affan masuk Islam melalui dakwah Abu Bakar ash-Shidiq. Beliau adalah orang pertama yang hijrah ke negri Ethiopia bersama istrinya Ruqoyah binti Rasulullah SAW, kemudian kembali ke Mekkah dan hijrah ke Madinah. Beliau tidak data ikut serta dalam perang Badar karea sibuk mengurusi  putri Rasulullah SAW (istri beliau ) yang sedang sakit. Jadi beliau hanya tinggal di Madinah. Rsaasulullah SAW memberikan bagian dari harta rampasan dan pahala perang tersebut  kepada beliau dan beliau dianggap ikutb serta dalam peperangan. Ketika istri beliau meninggal, Rasulullah SAW menikahkan degan adik istrinya yang bernama Ummu Kultsum yang pada akhirnya juga meninggal ketika masih menjadi istri beliau. Beliau ikut serta dalam peperangan Uhud, khandaq, perjanjian hudaibiyah yag pada waktu itu Rasulullah SAW membai’atkan untuk Utsman dengan tangan beliau sendiri.
Rasulullah SAW pergi menunaikan haji wada’ bersama beliau. Rtasulullah SAW wafat dalam keadaan ridho terhadap Utsma bin Affan. Kemudian beliau meemai Abu Bakar dengan baik dan Abu Bakar wafat dalam keadaan ridho terhadap Utsman bin Affan. Beliau menemani Umar dengan baik dan Umar wafat dalam keadaan ridho terhadap Utsman bin Affan, serta menetapkan bahwa beliau adalah salah seorang dari enam orang anggota Syura dan beliau sendiri adalah orang yang paling istimewa di antara anggota lainnya.


Istri dan Putra- Putri  Beliau

Beliau meikahi Ruqoyah binti Rasulullah SAW dan di anugrahi seorang anak yag bernama Abdullah dan menjadikannya sebagai kuniyah. Pada masa  jahiliyah beliau bernama Abu ‘Amr. Setelah Ruqoyah wafat, beliau menikahi adiknya yang bernama Ummu Kultsum dan kemudian Ummu Kultsum pun wafat. Kemudian beliau menikahi Fakhitah binti Ghazwan bin Jabir dan di anugrahi seorang anak yang bernama Abdullah al-Ashghar. Lantas beliau menikahi Ummu ‘Amr binti Jundub bin ‘Amr al-Azdyah dan dianugrahi beberapa orang anak yang bernama ‘Amr, Khalid, Aban, Umar dan Maryam. Lalu beliau meikah dengan Fatimah binti al-Walid bin Abdusy Syamsy bi al-Mughirah al-Makhzumiyah dan lahirlah al-Walid, Sa’id da Ummu Utsman. Kemudian menikahi Ummu al-Banin bin ‘Uyainah bin Hish al-Fazariyah dan dianugrahi seorang anak yag bernama Abdul Malik dan dikatakan ‘Utbah. Lantas beliau menikahi Ramlah binti Syaiban bin Rabi’ah bin Abdusy Syamsy bin Abdul Manaf bin Qushay dan lahir beberapa orag anakyang bernama Aisyah, Ummu Aban, Ummu ‘Amr dan Banat Utsman. Lalu beliau menikah dengan a’ilah binti al-Farafishah bin al-Ahwash bin ‘amr bin Tsa’labah bin al-Harits bin Hishn bin Dhamdham bin ‘Ady  bin Junab bin Kalb dan dianugrahi seorang anak yang bernama Maryam dan dikatakan juga dengan ‘Anbasah. Ketika terbunuh beliau memiliki empat orang istri : Na’ilah, Ramlah, Ummul Banin, dan Fakhitah. Dikatakan beliau telah menceraikan Ummul Banin disaat beliau sedang terkepung.

Masa Kekhalifahan dan Umur Beliau

Masa kekhalifahannya adalah sebelas tahun sebelas bulan dan tujuh belas hari. Beliau di baiat pada awal bulan Muharam tahun dua puluh empat Hijriah dan terbunuh pada tanggal delapan belas Dzulhijjah tahun tiga puluh lima Hijriah. Adapun usia beliau telah mencapai lebih dari delapan puluh tahun. Shalih bin Kaitsan berkata, “ beliau wafat pada usia delapan puluh tahun beberapa bulan.” Dikatakan, “ delapan puluh empat tahun.” Qatadah berkata, “ beliau meninggal pada usia delapan puluh delapan tahun atau Sembilan tahun.”

Proses Utsman memeluk Islam
Masuknya utsman kedalam islam berawal dari sebuah suara dalam mimpinya di bawah rindang pohon antara maan dan azzarqa yang menyarankan agar beliau segera kembali ke mekkah sebab orang yang bernama Muhammad telah muncul membawa ajaran baru yang kelak akan merubah dunia sebagai utusan tuhan. Setelah terbangun dari mimpinya beliau bergegas kembali ke mekkah dan menanyakan hal ihwal ataupun makna yang tersimpan dari kejadian yang menimpanya. Kemudian beliau bertemu dengan Abu bakar dan mengajaknya untuk mengikuti langkahnya yang lebih dahulu memeluk islam.
 Lalu menghadaplah keduanya kepada rasulullah untuk menyatakan keislamannya. Sungguh tak terbilang pengorbanannya terhadap islam, tak terbatas pada hartanya saja yang selalu dibelanjakan di jalan Allah nyawanya pun teramat sering terancam dengan berbagai pengucilan dan penyiksaan dari kerabat dan pemuka Quraisy ketika mereka tahu keislamannya. Di sisi lain Allah serta rasulnya begitu mencintainya sehingga pernah satu riwayat disebutkan bahwa beliau adalah salah satu penghuni syurga yang akan menemani rasul kelak.

Kontribusi pada masa nabi
Utsman bin Affan masuk Islam melalui dakwah Abu Bakar ash-Shidiq. Beliau adalah orang pertama yang hijrah ke negri Ethiopia bersama istrinya Ruqoyah binti Rasulullah SAW, kemudian kembali ke Mekkah dan hijrah ke Madinah. Beliau tidak data ikut serta dalam perang Badar karea sibuk mengurusi  putri Rasulullah SAW (istri beliau ) yang sedang sakit. Jadi beliau hanya tinggal di Madinah. Rsaasulullah SAW memberikan bagian dari harta rampasan dan pahala perang tersebut  kepada beliau dan beliau dianggap ikutb serta dalam peperangan. Ketika istri beliau meninggal, Rasulullah SAW menikahkan degan adik istrinya yang bernama Ummu Kultsum yang pada akhirnya juga meninggal ketika masih menjadi istri beliau. Beliau ikut serta dalam peperangan Uhud, khandaq, perjanjian hudaibiyah yag pada waktu itu Rasulullah SAW membai’atkan untuk Utsman dengan tangan beliau sendiri.
Rasulullah SAW pergi menunaikan haji wada’ bersama beliau. Rasulullah SAW wafat dalam keadaan ridho terhadap Utsma bin Affan. Kemudian beliau menemani Abu Bakar dengan baik dan Abu Bakar wafat dalam keadaan ridho terhadap Utsman bin Affan. Beliau menemani Umar dengan baik dan Umar wafat dalam keadaan ridho terhadap Utsman bin Affan, serta menetapkan bahwa beliau adalah salah seorang dari enam orang anggota Syura dan beliau sendiri adalah orang yang paling istimewa di antara anggota lainnya.


2.2  Bagaimana peran Ustman bin affan pada masa kekholifahannya?
Utsman menjadi khalifah

Pembai’atan Utsman sebagai khalifah berdasar kesepakatan enam orang sahabat termasuk dirinya yang telah ditunjuk langsung oleh Umar ibn Khattab untuk menjadi penggantinya yang akan melanjutkan kepemimpinan dan perjuangannya dalam menyebarkan islam ke penjuru dunia. Dari masa inilah awal pengangkatan seorang khalifah secara demokratis dengan jalan musyawarah yang diwakili oleh keenam orang sahabat sepanjang sejarah manusia.
Pemilihan Ustman sebagai Khalifah
Pada masa pemerintahan Umar bin Khatab yang berlangsung selama 10 tahun, Umar membentuk badan Syura untuk menentukan pengganti kekhalifahannya. Badan Syura ini dia bentuk menjelang wafatnya, dan terdiri dari 6 orang calon yang nantinya dipilih salah seorang dari mereka untuk diangkat menjadi khalifah baru. Mereka ialah Ustman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Thalhah, Zubair bin Awwam, Sa’ad bin Abi Waqqash, dan Abdullah bin Auf.  Setelah Umar wafat, badan Syura ini bermusyawarah dan berhasil menunjuk Utsman sebagai khalifah, melalui persaingan yang agak ketat dengan Ali bin Abi Thalib.
Tanggal Pembai’atan Ustman bin Affan
            Saif bin Umar meriwayatkan dari Umar bin Syubbah dari ‘Amir asy-Sya’bi bahwa ia berkata, “Dewan Syura bersepakat untuk memilih Ustman bin Affan pada tanggal tiga Muharram tahun dua puluh empat Hijriyah. Ketika itu telah masuk waktu shalat Ashar dan adzan dikumandangkan oleh Shuhaib. Berkumpullah manusia antara adzan dan iqamat, kemudian beliau keluar dan mengimami mereka shalat. Kemudian beliau menambahkan hadiah yang diberikan kepada masyarakat sebanyak seratus, lalu mengutus delegasi keseluruh pelosok. Beliau adalah orang pertama yang melakukan hal tersebut.”
            Ibnu Katsir berkata, “Dari konteks yang telah kita sebutkan bahwa bai’at tersebut dilakukan sebelum tergelincirnya matahari dan pembai’atan belum selesai kecuali setelah Zhuhur. Pada waktu itu Shuhaib bertindak sebagai imam shalat Zhuhur di masjid Nabawi. Shalat pertama yang diimami oleh khalifah Utsman bin Affan adalah shalat Ashar, sebagaimana yang telah disebutkan oleh asy-Syabi’I dan lain-lain.
Masa pemerintahan Utsman adalah yang terpanjang dari semua khalifah di zaman para Khalifah Rasyidah, yaitu 12 tahun, tetapi sejarah mencatat tidak seluruh masa kekuasaannya menjadi saat yang baik dan sukses banginya. Para penulis sejarah membagi zaman pemerintahan Utsman menjadi dua periode, yaitu enam tahun pertama merupakan masa kejayaan masa pemerintahannya dan tahun terakhir merupakan masa pemerintahan yang buruk. 



Khutbah Utsman bin Affan ketika dibai’at
            Khutbah pertama beliau dihadapan kaum muslimin, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Saif bin Umar dari Badr bin Utsman dari pamanya berkata, “Ketika dewan syura membai’at Utsman bin Affan , dengan keadaan orang yang paling sedih diantara mereka, beliau keluar dan menaiki mimbar Rasulullah SAW dan memberikan khutbahnya kepada orang banyak. Beliau memulai dengan memuji Allah dan bershalawat kepada Nabi SAW dan berkata, “Sesungguhnya kalian berada di kampong persinggahan dan sedang berada pada sisa-sisa usia maka segeralah melalukan kebaikan yang mampu kalian lakukan. Kalian telah diberi waktu pagi dan sore. Ketahuilah bahwa dunia dilapisi dengan tipu daya oleh karena itu maka janganlah sekali-kali kehidupan dunia memperdayakan  kalian, dan jangan (pula) penipu (setan) memperdayakan kamu dalam (menaati) Allah. Ambillah pelajaran dari kejadian masa lalu kemudian bersungguh-sungguhlah dan jangan lalai, karena setan tidak pernah lalai terhadap kalian. Mana anak-anak dunia dan temannya yang terpengaruh dengan dunia akan meghabiskan usianya untuk bersenag-senang. Tidaklah mereka jauhi semua itu.
Konstitusi Pada zaman pemerintahan Utsman
Di zaman kholifah Ustman bin Affan, Islam mengalami perluasan yang lebih pesat dari sebelumnya. Perluasan Islam di masa Utsman bin Affan, yaitu:

1.    Menumpas pendurhakaan dan pemberontakan yang terjadi dibeberapa negeri yang telah masuk kebawah kekuasaan Islam di zaman Umar.

Setelah Umar berpulang kerahmatulllah ada daerah-daerah yang mendurhakai kepada pemerintah Islam. Pendurhakaan itu ditimbulkan oleh pendukung-pendukung pemerintahan yang lama. Terutama di daerah khurusan and iskandariah.
Pemberontakan  di Khurasan  dicetuskan oleh pendukung pemerintahan yang lama. Adapun kota Iskandariyah telah diserang kembali oleh bangsa romawi. Dikirimnya kembali tentara yang besar dibawah pimpinan seorang panglima Armenia yang bernama manuel. Pemberontakan ini dapat ditumpas oleh Utsman bin Affan. Utsman mengirimkan ke Khursan dan Iskandariyah tentara yang besar jumlahnya dengan perlengkapan yang cukup . Balatentara ini dapat menghancurkan kaum pemberontak serta dapat mengembalikan keamanan dan ketentraman di daerah  tersebut.

2.  Mengatasi kaum Muhajirin
Ketika kaum muhajirin hijrah dari Mekkah ke Madinah. Mereka dihadapkan pada masalah kesulitan air. Di sana memang ada sebuah sumur . tetapi sumur itu milik seorang Yahudi dan sengaja airnya ia perdagangkan. Oleh karena itu Rasulullah SAW amat berharap ada salah seorang yang mampu membeli sumur itu untuk meringankan beban kaum muhajirin yang telah menderita. Karena harta bendanya mereka tinggalkan di Mekkah. Mengetahui kejadian itu Utsman bin Affan pergi kerumah orang Yahudi itu untuk membeli separuh sumur tersebut. Setelah tawar menawar disepakati harga itu 12.000 dirham dan dengan perjanjian satu hari hak orang Yahudi dan keesokan harinya untuk Utsman. Pada giliran Utsman, kaum muslimin bergegas mengambil airnya untuk kebutuhan dua hari dengan demikian si Yahudi merasa rugi, karena tidak ada yang membeli air pada gilirannya
Orang yahudi itu mengeluh kepada Utsman dan akhirnya dia menjual harga sumur itu kepada Utsman dengan harga 8.000 dirham. Sumur “raumah” mengalirkan air yang melimpah bagi kaum muslimin dengan gratis. Itulah kedermawanan Ustman r.a. Setelah peristiwa tersebut Rasulullah menikahkan putrinya ummu kaltsum dengan Ustman bin affan r.a. Oleh karena itulah Ustman bin affan mendapat julukkan “Dzunnurain” yang memiliki dua cahaya. Yang dimaksud dua cahaya ialah mengawinkan dua orang putra Rasulullah SAW.

3. Pengumpulan Mushaf
Ustman bin affan juga berperan dalam penulisan mushaf Al-Quran, dalam masa pemerintahannya beliau telah menyatukan  kaum muslimin pada satu qiro’ah dan dituliskannya bacaan Al-Quran terakhir yang diajarkan oleh jibril kepada Rasulullah SAW yakni ketika jibril mendiktekan Al-Quran kepada Rasulullah pada tahun terakhir masa hidup beliau. Ustman bin affan mengumpulkan para sahabat dan mengajak mereka untuk memusyawarahkan  perkara tersebut. Beliau berpendapat bahwa Al-Quran harus ditulis dalam satu Qiro’ah(bacaan) dan  menyatukan seluruh daerah  pada satu bacaan saja untuk  menghentikan perselisihan dan menghindari perpecahan. Beliau meminta dan  memerintahkan Zaid bin Tsabit al-anshory untuk menuliskannya dengan didektekan oleh Sa’id bin ‘Ash al-Umawy dengan disaksikan oleh Abdullah bin Zubair al-asady dan Abdur rahman bin harist bin hisyam al-Makhzumy. Dan jika masih ada perselisihan, beliau memerintahkan agar mushaf tersebut ditulis dengan bahasa yang sesuai dengan bahasa arab Quraisy.
Setelah ditulis dalam satu mushaf, beliau memerintahkan agar mushaf tersebut ditulis sebanyak 7 buah untuk dikirim ke daerah penduduk syam,penduduk mesir,penduduk basrah, kufah, begitu juga ke makkah dan yaman, serta ke madinah. Mushaf-mushaf tersebut disebut dengan mushaf al-aimmah atau mushaf Ustmaniyah, dikarenakan penulisan mushaf tersebut terjadi pada masa pemerinthan kholifah Usman bin affan. Kemudian Ustmanbin affan mengumpulkan semua mushaf yang beredar di kalangan masyarakat yang berbeda dengan mushaf tersebut lalu membakarnya agar tidak lagi timbul perselisihan.


4.  Perluasan Islam
Perluasan islam boleh dikatakan semua daerah yang telah dicapai Islam dimasa umar. Perluasan Islam di masa Utsman telah bertambah dengan perluasan ke laut, kaum muslimin telah mempunyai angkatan laut. Kemudian negeri-negeri Armenia dan beberapa bagian thabaristan. Bahkan kemajuan tentara Islam telah sampai dan melampaui sungai jihun (ama daria). Jadi daerah-daerah ma’waraan nahri” (negeri-negeri seberang sungai jihun telah masuk di wilayah Negara Islam. Negeri Harah, Kabul dan Ghazbah di Turkistan telah diduduki kaum muslimin  dengan mempergunakan angkatan laut yang dipimpin oleh Muawiyah bin Abi Sofyan tahun 28 H.
Salah satu pertempuran yang paling penting dilaut pertempuran “Dzatis Sawari” (Pertempuran tiang kapal). Pertempuran ini terjadi pada tahun 31H di laut tengah dekat kota Iskandariyah antar tentara romawi dibawah pimpinan kaisar Constantie dengan balatentara bawah islam dibawah pimpinan Abdullah ibn Abi Sarah yang menjadi gubernur di Mesir. Pertempuran ini dinamakan “Dzatis sawar (pertempuran tiang kapal) karena banyaknya kapal-kapal perang yang bertempur dalam peperangan ini adalah 1200 buah kepunyaan kaum muslimin dan yang selebihnya kepunyaan bangsa romawi dalam peperangan ini kaum muslimin telah berhasil  mengalahkan antara romawi.

5.  Perluasan Masjid

Pada tahun 29 hijriyah tepatnya pada bulan robi’ul awal, kholifah Ustman bin affan memperluas masjid nabi SAW dan membangunnya dengan batu kapur yang diangkut dari daerah nakhl dan batu berukir, tiang-tiangnya dari batu bundar, atapnya dari kayu jati, panjangnya seratus enam puluh hasta, lebar seratus lima puluh hasta dan membuat enam pintu sebagaimana pada zaman  Umar bin Khaththab.
Pada tahun berikutnya, Ustman bin affan melepaskan al-walid bin’utbah dari jabatan gubernur daerah kufah dan menggantinya dengan Sa’id bin ‘Ash. Pada tahun ini pula terjadi perselisihan  di negeri syam dengan muawiyyah  dan abu dzar yakni bahwa Abu Dzar mengkritik mu’awiyyah dalam beberapa permasalahan.

Kesulitan yang dihadapi pada masa pemerintahan Ustman bin affan

Pada masa kholifah Ustman bin affan banyak sekali pemberontakan yang terjadi karena kholifah Ustman lebih banyak memasukkan anggota keluarga untuk menjadi anggota pemerintahan. Yang pada akhirnya menjadikan mereka memusuhi beliau dan akhirnya membunuh beliau.

Wafatnya Ustman bin Affan
Utsman menjabat sebagai Khalifah selama dua periode, pada periode pertama ia populer, periode kedua ia menyedihkan. Disini keadaan politik berbalik mundur. Timbul gejolak politik, huru-hara silih berganti, petisi dan intrik merajalela yang kemudian membuahkan pembunuhan dirinya pada hari Jum’at, tanggal 8 Dzulhijjah tahun 35 H. Pada saat itu Khalifah Utsman sedang membaca Al-Qur’an, sehingga bajunya berlumuran darah.
Kerusuhan yang berlanjut dengan pembunuhan Utsman, nampaknya berawal dari sistem kepemimpinan Khalifah Utsman sendiri yang dinilai tidak adil dan tidak bijaksana. Diketahui bahwa selama Utsman berkuasa, ia banyak mengangkat kerabatnya, seperti Marwan bin Hamka yang selanjutnya mengangkat pula orang-orang Bani Umaiyyah lainnya sebagai pejabat tinggi dan penguasa negara. Marwan telah tampil sebagai penyelenggara pemerintahan yang sebenarnya, sedangkan Utsman tak lebih dari boneka ditangan. Marwanlah yang bertanggung jawab atau menutupi tindakan-tindakan tak terpuji para pejabatnya. Terutama Hisyam paman Utsman atau ayahanda Marwan. Kejujuran kedua orang ini diragukan. Hisyam misalnya, pernah membocorkan rahasia negara pada zaman Rasulullah SAW. Oleh karena itu, ia diasingkan dan dipecat oleh Rasulullah SAW. Tetapi pada zaman Utsman, ia bukan saja dipanggil pulang untuk berkumpul, tetapi diberi hadiah seratus ribu mata uang perak dan sebidang tanah milik negara. Sementara Marwan diangkat sebagai sekretaris negara.
Selain itu Utsman mengangkat pula Muawiyah sebagai gubernur di Siria, dan Sa’ad bin Surrah menjadi wali negeri Mesir. Muawiyah dikenal sebagai musuh Rasululloh yang paling ganas pada perang Uhud. Sedangkan Abdullah bin Sa’ad pernah mengubah kata-kata wahyu yang didiktekan Rasulullah pada saat ia menjadi sekretaris Rasulullah. Orang yang demikian justru diberi kedudukan oleh Utsman.
Sebab-sebab lain yang menimbulkan kerusuhan dan membawa kematian Utsman, disebutkan oleh Abu Zahrah sebagai berikut :
    1. Utsman tertalu baik hati kepada pembesar-pembesar Muhajirin dan para pejuang angkatan pertama dari kalangan kerabatnya.
    2. Utsman terlalu mempercayai kerabatnya – meskipun hal demikian tidak berdosa dan tercela sampai-sampai Usman menyerahkan urusan pemerintahan kepada mereka, termasuk meminta perndapat tentang permasalahan pemerintah yang tengah dihadapi. Sedangkan mereka bukan termasuk orang yang dapat dipercaya.
    3. Sebagai akibat Usman begitu banyak menyerahkan urusan pemerintahan kepada kaum kerabatnya itu, maka akhirnya yang menangani masalah-masalah penting pemerintahannya dalah orang-orang yang sama sekali belum kuat keislamannya.
    4. Utsman terlalu lemah kepada para bawahannya, sedangkan bawahannya itu sebagian tidak berlaku adil, yang menyebabkan rakyat merasa tidak puas.
    5. Sebagai sebab yang paling fatal adalah adanya orang-orang yang dendam atas Islam – mereka masuk Islam luarnya saja, sedangkan dalam hatinya kafir.
Sebagai akibat dari sistem politik yang dijalankan Utsman serupa itu (nepotisme), maka timbul reaksi yang kurang menguntungkan bagi Khalifah Utsman khususnya dan pelajaran bagi umat Islam pada umumnya. Sahabat-sahabat Nabi yang pada mulanya menyokong Utsman, akhirnya berpaling menjadi lawannya.
Sementara itu pengaduan-pengaduan dari setiap wilayah kekuasaan Utsman berdatangan ke Madinah. Namun pengaduan-pengaduan tersebut kurang diperhatikan, bahkan banyak yang ditolak sambil mencarinya. Bersamaan dengan itu terdapat gerakan masa yang terdiri dari 12.000 orang yang diketuai oleh Muhammad, putera Khalifah Abu Bakar datang ke Ibukota untuk menyampaikan keberatan-keberatan kepada khalifah Utsman. Menghadapi huru-hara dan gejolak politik seperti itu, Utsman pernah meminta nasehat kepada Ali bin Abi Thalib dan Ali mengatakan kepadanya agar berjanji untuk memperhatikan dan pengindahkan segala usul dan protes mereka dengan sebaik-baiknya. Namun usul dan nasehat Ali tidak ia hiraukan. Dari pihak Utsman malah mengirim surat kepada Kepala daerah di Mesir. Abdullah bin Abi Sarah yang isinya memerintahkan agar membunuh toko-toko Mesir dalam perjalanan mereka pulang dari Madinah. Tetapi seorang dari mereka berhasil menangkap surat tersebut, kemudian kembali ke Madinah dan berhasil membunuh Khalifah Utsman. Dalam pemberontakan sebagaimana disebutkan diatas, terdapat peranan yang dimainkan oleh Abdullah bin Saba’ (seorang Yahudi yang pura-pura masuk Islam). Pada zaman Khalifah Usman bin Affan. Ia memanfaatkan suasana ketidakpuasan dikalangan kaum muslimin yang timbuk karena kelemahan politik Khalifah Utsman.

6. Apa saja ibrah yang dapat kita ambil dari kholifah Ustman bin affan?

Ustman bin Affan adalah seorang yang  memilki akhlak mulia, sangat pemalu, dermawan dan terhormat, mendahulukan kebutuhan keluarga dan familinya dengan memberikan perhiasan dunia yang fana.
BAB III
KESIMPULAN


Keberhasilan Rasulullah dalam membangun peradaban dunia dan kemudian ditambah lagi dengan kegemilangan generasi para sahabat yang mewariskan sistem dan nilai luhur saat tampil memegang tongkat kepemimpinan setelahnya merupakan torehan sejarah yang layak dicatat dengan tinta emas. Khulafaur Rasyidin adalah bukti dari suksesnya pewarisan sistem dan nilai tersebut, wafatnya nabi tidak serta-merta menjadikan islam kehilangan peradabannya karena memang risalah ilahiyah ini tidak pernah bergantung pada satu namapun. Ditangan salah satu kholifah yang bernama Ustman bin Affan inilah islam mencapai puncak kejayaannya.
Utsman bin Affan adalah sahabat nabi dan juga khalifah ketiga dalam Khulafaur Rasyidin. ia dikenal sebagai pedagang kaya raya dan ekonom yang handal namun sangat dermawan. Banyak bantuan ekonomi yang diberikannya kepada umat Islam di awal dakwah Islam. Ia mendapat julukan Dzunnurain yang berarti yang memiliki dua cahaya. Julukan ini didapat karena Utsman telah menikahi puteri kedua dan ketiga dari Rasullah. Usman bin Affan lahir pada 574 Masehi dari golongan Bani Umayyah. Nama ibunya adalah Arwa binti Kuriz bin Rabiah. ia masuk Islam atas ajakan Abu Bakar dan termasuk golongan As-Sabiqun al-Awwalun (golongan yang pertama-tama masuk Islam). Rasulullah Saw sendiri menggambarkan Utsman bin Affan sebagai pribadi yang paling jujur dan rendah hati di antara kaum muslimin.
Pada saat seruan hijrah pertama oleh Rasullullah Saw ke Habbasyiah karena meningkatnya tekanan kaum Quraisy terhadap umat Islam, Utsman bersama istri dan kaum muslimin lainnya memenuhi seruan tersebut dan hijrah ke Habasyiah hingga tekanan dari kaum Quraisy reda. Tak lama tinggal di Mekah, Utsman mengikuti Nabi Muhammad Saw untuk hijrah ke Madinah. Pada peristiwa Hudaibiyah, Utsman dikirim oleh Rasullah untuk menemui Abu Sofyan di Mekkah. Utsman diperintahkan Nabi untuk menegaskan bahwa rombongan dari Madinah hanya akan beribadah di Ka'bah, lalu segera kembali ke Madinah, bukan untuk memerangi penduduk Mekkah.
Pada saat Perang Dzatirriqa dan Perang Ghatfahan berkecamuk, dimana Rasullullah Saw memimpin perang, Utsman dipercaya menjabat walikota Madinah. Saat Perang Tabuk, Utsman mendermakan 1000 ekor unta dan 70 ekor kuda, ditambah 1000 dirham sumbangan pribadi untuk perang Tabuk, nilainya sama dengan sepertiga biaya perang tersebut. Utsman bin Affan juga menunjukkan kedermawanannya tatkala membeli mata air yang bernama Rumah dari seorang lelaki suku Ghifar seharga 35.000 dirham. Mata air itu ia wakafkan untuk kepentingan rakyat umum. Pada masa pemerintahan Abu Bakar, Utsman juga pernah memberikan gandum yang diangkut dengan 1000 unta untuk membantu kaum miskin yang menderita di musim kering.
Setelah wafatnya Umar bin Khattab sebagai khalifah kedua, diadakanlah musyawarah untuk memilik khalifah selanjutnya. Ada enam orang kandidat khalifah yang diusulkan yaitu Ali bin Abi Thalib, Utsman bin Affan, Abdul Rahman bin Auf, Sa’ad bin Abi Waqas, Zubair bin Awwam dan Thalhah bin Ubaidillah. Selanjutnya Abdul Rahman bin Auff, Sa’ad bin Abi Waqas, Zubair bin Awwam, dan Thalhah bin Ubaidillah mengundurkan diri hingga hanya Utsman dan Ali yang tertinggal. Suara masyarakat pada saat itu cenderung memilih Utsman menjadi khalifah ketiga. Maka diangkatlah Utsman yang berumur 70 tahun menjadi khalifah ketiga dan yang tertua, serta yang pertama dipilih dari beberapa calon. Peristiwa ini terjadi pada bulan Muharram 24 H. Utsman menjadi khalifah di saat pemerintah Islam telah betul-betul mapan dan terstruktur.
Ia adalah khalifah kali pertama yang melakukan perluasan masjid al-Haram (Mekkah) dan masjid Nabawi (Madinah) karena semakin ramai umat Islam yang menjalankan rukun Islam kelima (haji). ia mencetuskan ide polisi keamanan bagi rakyatnya; membuat bangunan khusus untuk mahkamah dan mengadili perkara yang sebelumnya dilakukan di masjid; membangun pertanian, menaklukan Syiria, Afrika Utara, Persia, Khurasan, Palestina, Siprus, Rodhes, dan juga membentuk angkatan laut yang kuat. Jasanya yang paling besar adalah saat mengeluarkan kebijakan untuk mengumpulkan Al-Quran dalam satu mushaf.
Selama masa jabatannya, Utsman banyak mengganti gubernur wilayah yang tidak cocok atau kurang cakap dan menggantikaannya dengan orang-orang yang lebih kredibel. Namun hal ini banyak membuat sakit hati pejabat yang diturunkan sehingga mereka bersekongkol untuk membunuh khalifa.
Khalifah Utsman kemudian dikepung oleh pemberontak selama 40 hari dimulai dari bulan Ramadhan hingga Dzulhijah. Beliau diberi 2 ulimatum oleh pemberontak, yaitu mengundurkan diri atau dibunuh. Meski Utsman mempunyai kekuatan untuk menyingkirkan pemberontak, namun ia berprinsip untuk tidak menumpahkan darah umat Islam. Utsman akhirnya wafat sebagai syahid pada bulan Dzulhijah 35 H ketika para pemberontak berhasil memasuki rumahnya dan membunuh Utsman saat sedang membaca Al-Quran. Persis seperti apa yang disampaikan Rasullullah Saw perihal kematian Utsman yang syahid nantinya. peristiwa pembunuhan usman berawal dari pengepungan rumah usman oleh para pemberontak selama 40 hari. Usman wafat pada hari Jumat 18 Dzulhijjah 35 H. Ia dimakamkan di kuburan Baqi di Madinah.aw yaitu Ruqayah dan Ummu Kaltsum.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar