TOKO 0SCAR CLASSER

Selasa, 18 Februari 2014

Psikologi pendidikan

 BAB I
PENDAHULUAN

I.I. Latar Belakang
Pendidikan sebagai suatu kegiatan yang didalamnya melibatkan banyak orang, diantaranya peserta didik, pendidik administror, masyarakat dan orang tua peserta didik. Oleh karena itu agar tujuan pendidikan dapat tercapai secara efektif dan efisien maka setiap orang yang terlibat dalam pendidikan tersebut seyogyanya dapat memahami tentang perilaku individu sekaligus menunjukkan perilaku secara efektif. Perilaku individu dipelajari  dalam suatu ilmu yang disebut sebagai psikologi.
Psikologi memberikan wawasan bagaimana memahami perilaku individu dalam proses pendidikan. Terutama dizaman kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang ini. Para ahli berusaha untuk meningkatkan mengajar itu menjadi suatu ilmu. Teknologi pendidikan memberikan pendekatan sistematis dan kritis tentang proses belajar mengajar.


I.2. Perumusan Masalah
Dengan memahami psikologi yang memadai diharapkan guru akan dapat lebih tepat dalam menentukkan bentuk perubahan perilaku yang dikehendaki sebagai tujuan pembelajaran. Untuk menjawab persoalan tersebut, makalah ini mencoba menghadirkan penerapan teknologi pendidikan sebagai peningkatan mutu pembelajaran. Adapun masalah yang dirumuskan adalah
1.         apa landasan psikologi dalam teknologi pendidikan
2.         penerapan landasan psikologi dalam pengembangan teknologi pendidikan dalam upaya peningkatan mutu pembelajaran .

I.3. TUJUAN
Penulisan makalah ini bertujuan untuk:
1.      Mengetahui landasan teori psikologi dalam teknologi pendidikan.
2.      Mengetahui penerapan landasan psikologi dalam pengembangan teknologi pendidikan dalam upaya peningkatan mutu pembelajaran.




BAB II
PEMBAHASAN

II.1. Pengertian Psikologi
Psikologi adalah ilmu pengetahuan tentang tingkah laku dan kehidupan jiwa manusia. Menurut Plato( dalam Karton, 1984.hal 2) Psikologi  berasal dari kata yunani psyche  adalah jiwa dan logos  adalah ilmu pengetahuan maka psikologi berarti ilmu pengetahuan yang mempelajari sifat, hakekat dan jiwa manusia. Psikologi terbagi atas psikologi umum yang mengkaji perilaku umumnya dan psikologi khusus yang mengkaji perilaku individu dalam situasi khusus diantaranya psikologi perkembangan, psikologi pendidikan, psikologi sosial dan masih terdapat berbagai jenis psikologi lainnya.

II.2. Landasan Teori Psikologi
Menurut AECT dalam teknologi pendidikan adalah proses yang kompleks dan terpadu yang melibatkan orang, prosedur, ide, peralatan, dan organisasi untuk menganalisis masalah, mencari jalan pemecahan, melaksanakan, mengevaluasi, dan mengelola pemecahan masalah yang menyangkut semua aspek belajar manusia((Miarso, 2011).

            Proses belajar merupakan orientasi teknologi pendidikan. aplikasi pengembangan teknologi pendidikan dalam proses belajar sangat dipengaruhi oleh ilmu perilaku(teori psikologi) adapun yang menjadi landasan teori psikologi antara lain psikologi perkembangan, psikologi pendidikan dan psikologi sosial yang berkaitan erat dalam proses pengembangan teknologi pendidikan.

II.2. 1. Psikologi Perkembangan
Dalam psikologi perkembangan dikaji tentang hakekat perkembangan ,pentahapan perkembangan, aspek-aspek perkembangan yang dijadikan sebagai bahan pertimbangan mendasari pengembangan teknologi pendidikan.
            Menurut Crijins(dalam Pidarta, 2009.hal 196) periode atau tahap perkembangan manusia secara umum adalah sebagai berikut :
1.        Umur 0-2 tahun disebut masa bayi, pada masa ini sibayi sebagian bayi besar memanfaatkan hidupnya untuk tidur, memandang, mendengarkan, kemudian belajar merangkak dan berbicara
2.        Umur 2-4 tahun disebut masa kanak-kanak. Pada masa ini anak- sudah mulai berjalan, menyebut nama. bisa melihat struktur, permainanan.
3.        Umur 5-8 tahun disebut masa dongen. Anak-anak mulai bermain, kesadaran akan lingkungannya sudah muncul
4.        Umur 9-13 tahun. Pada masa ini mulai berkembang pemikiran kritis, nafsu persaingan, minat-minat dan bakat
5.        Umur 13 tahun disebut pubertas
6.        Umur 14-18 tahun disebut masa puber. Mereka kini mulai sadar akan pribadinya sebagai seorang yang bertanggung jawab.
7.        Umur 19-21 tahun disebut masa adolesen. Mereka sudah mempunyai rencana hidup tertentu dengan nilai-nilai yang sudah dipastikannya.
8.        Umur 21 tahun ke atas disebut masa dewasa. Pada masa ini remaja mulai insaf bahwa pekerjaan manusia tidak mudah dan selalu ada cacatnya. Mereka mulai hati-hati.
Konsep perkembangan ini pula yang membuat para pendidik masa lampau memisahkan pendidikan anak-anak laki-laki dengan anak perempuan namun berjalan waktu berdasarkan penelitian pendidikan terpisah ini dapat merugikan anak-anak. Konsep perkembangan yang lainnya yaitu teori perkembangan Piaget yang bermanfaat bagi pendidikan dalam mengoorganisasikan materi pelajaran dan proses belajar yang berkaitan dengan upaya mengembangkan kognisi anak. Konsep ini ada pertaliannya dengan perkembangan kognisi menurut Bruner(Toeti Soekamto dalam Pidarta, 2009.hal 202) :
Ø  Tahap enaktif, anak melakukan aktivitas-aktibitas dalam upaya memahami lingkungan
Ø  Tahap ikonit, anak memahami dunia melalui gambaran-gambaran dan visualisasi verbal
Ø  Tahap simbolik, anak telah memiliki gagasan abstrak yang banyak dipengaruhi oleh bahasa dan logika
Pembahasan tentang psikologi perkembangan ini yang mencakup perkembangan umum, kognisi, afeksi dan kemampuan belajar dapat member petunjuk bagi para pendidik dalam mengoperasikan pendidikannya.

II.2.2. Psikologi Pendidikan
            Psikologi pendidikan dapat diartikan sebagai salah satu cabang psikologi yang secara khusus mengkaji perilaku individu dalam konteks situasi pendidikan dengan tujuan untuk menemukan berbagai fakta, generalisasi dan teori-teori psikologi berkaitan dengan pendidikan yang diperoleh melalui metode ilmiah tertentu dalam rangka pencapaian afektivitas proses pendidikan.Guru dalam menjalankan perannya sebagai pembimbing, pendidik dan pelatih bagi para peserta didiknya tentunya dituntut memahami tentang berbagai aspek perilaku dirinya maupun perilaku orang-orang yang terkait dengan tugasnya, terutama perilaku peserta didik dengan segala aspeknya sehingga dapat menjalankan tugas dan perannya secara efektif yang berguna untuk mencapai tujuan pendidikan di sekolah. Aplikasi Psikologi Pendidikan dalam Teknologi Pendidikan adalah yang menyangkut dengan aspek-aspek perilaku dalam ruang lingkup belajar mengajar.
            Belajar adalah perubahan perilaku yang relatif permanen sebagai hasil pengalaman(bukan hasil perkembangan, pengaruh obat, atau kecelakaan) dan bisa melaksanakannya pada pengetahuan lain serta mampu mengomunikasikannya kepada orang lain. 
Menurut Lumsdain berpendapat bahwa ilmu perilaku khususnya teori belajar merupakan ilmu yang utama untuk mengembangkan teknologi pembelajaran. Bahkan Deterlini berpendapat bahwa teknologi pendidikan merupakan aplikasi teknologi perilaku yaitu untk menghasilkan perilaku tertentu secara sistematik guna keperluan belajar(dalam Miarso, 2011.hal 111).

Kajian ahli-ahli psikologi dalam pendidikan berlangsung selama ini membawa pengaruh terhadap penyelenggaraan pembelajaran terutama dalam menetapkan tujuan pengajaran, memahami peserta didik, pemilihan sumber belajar dan penilaian. Kemudian berkembang beberapa kajian yang berkaitan dengan hubungan antara media audiovisual dengan pembelajaran yang difokuskan pada persepsi peserta didik, penyajian pesan dan pengembangan model pembelajaran. Studi masa itu kebanyakan diwarnai oleh aliran psikologi behavior sebagai contoh operant behavioral conditioning yang ditemukan BF skinner 1953. Teori belajar dan psikologi behavior ini mempengaruhi teknologi pendidikan pada masa itu dalam tiga hal yaitu :
1.        Pengembangan dan penggunaan teaching machine dan program pembelajaran
2.        Spesifikasi tujuan pendidikan kearah behavioral objectives dan
3.        Pencocokan konsep operant conditioning dengan konsep komunikasi
Dalam dunia pendidikan begitu banyak teori tingkah laku diantaranya yang sangat terkenal adalah teori classical Conditioning sebagai berikut :
Ø      Classical Conditioning(Ivan Pavlov)
Ivan Pablo adalah seorang psikologi refleksologi dari Rusia yang mengadakan percobaan pada seekor anjing., ia memperhatikan tingkah laku anjing. Hasil percobaan mengatakana bahwa gerakan reflex itu dapat dipelajari dan dapat berubah. Teori ini disebut juga contemporary behaviorist  yang berpendapat bahwa tingkah laku manusia dikendalikan oleh ganjaran(reward) atau penguatan(reinforcement) dari lingkungan. Jadi tingkah laku belajar terdapat jalinan yang erat antara reaksi behavioral dengan stimulasinya. Guru yang menganut pandangan ini masa lalu dan pada masa sekarang dan segenap tingkah laku merupakan reaksi terhadap lingkungan mereka hasil belajar.
Ø    Teori Operant Conditioning (Skinner)
Skiner dengan teori pembiasaan perilaku responnya. Didalam karya tulisnya yang berjudul about behaviorist. Didalam karyanya, tingkah laku terbentuk doleh konsekuensi yang ditimbulkan  oleh tingkah laku itu sendiri.Menurut skinner ada dua respon yaitu
v    Respondent respond(reflexive response)
Respondent response merupakan respon yang ditimbulkan oleh perangsang tertentu. Misalnya keluar air liur setelah melihat makanan tertentu dan umunnya perangsang yang demikian itu mendahului respon yang ditimbulkannya.

v    Operant Response(Instrument response)
v    Operant Response yaitu respon yang timbul dan berkembangnya diikuti oleh perangsang tertentu. Respons yang mengikuti sesuatu tingkah laku tertentu yang telah dilakukan. Misalnya seorang anak yang belajar melakukan perbuatan lalu mendapat hadiah maka ia menjadi lebih giat(responya menjadi lebih intensif/kuat.
Kenyataan bahwa jenis respon pertama(reflexive response) sangat terbatas pada manusia, jenis respon kedua(operant response) merupakan bagian terbesar dari tingkah laku manusia . Oleh karena itu skinner lebih memfokuskan pada tingkah laku jenis kedua. Asas-asas skinner tentang conditioning operant memberikan pengaruh beru studi dan ananlisa tingkah laku. Landasan bagi skinner tentang conditioning operant adalah kepercayaan tentang hakekat ilmu perilaku dan cirri-ciri tingkah laku hasil belajar. Sehingga ia mendefinisikan belajar itu merupakan tingkah laku dimana ketika subjek belajar, responnya meningkah dan bila terjadi sebaliknya responnya menurun. Skiner menyatakan bahwa unsure terpenting dalam belajar adalah penguatan(reinforcement). Maksudnya adalah pengetahuan yang terbentuk melalui ikatan stimulus respon akan semakin kuat bila diberi penguatan. Jenis penguatan skinner memjadi dua yaitu penguatan positif sebagai stimulus yang dapat meningkatkan terjadinya pengulangan tingkah laku itu sedangkan penguatan negative dapat mengakibatkan berkurangnya atau menghilang . Bentuk-bentuk penguatan posyif adalah berupa hadiah(permen,kado, makanan, dll), perilaku(senyum, menganggu kepala untuk menyetujui, bertepuk tangan, mengacungkan jompol, atau penghargaan(nilai A, juara I dan sebagainya). Bentuk penguatan negative antara lain: menunda/tidak memberi penghargaan, memberikan tugas tambahan atau tidak menunjukan perilaku tidak senang(menggelng, kening berkerut, muka kecewa dan lain-lain).
Gagasan Skiner bermaksud bahwa guru bisa menyatakan seberapa baik siswa menampilkan respon spesifik, atau perilaku. Para guru akan bisa mengamati kinerja para siswa dan menakarnya berdasarkan criteria yang telah ditetapkan. Skiner menyakini bahwa di dalam ruang kelas adalah penting untuk menciptakan iklim kelas yang positif. Ia menyakinin bahwa perilaku dalam kelas bisa diubah untuk mendekati apa yang dianggap sebagai perilaku ruang kelas yang baik. Skiner berpendapat guru bisa menciptakan perekonomian mata uang di mana para siswa yang berperilaku sesuai dengan aturan ruang kelas akan menerima ganjaran kecil atau mata uang yang bisa ditukar nantinya dengan hadiah. Sering kali hadiah berupa keistimewaan khusus atau jenis benda-benda yang tidak nyata ,seperti waktu tambahan di arena bermain. Para siswa yang tidak berperilaku baik akan kehilangan sebuah mata uang. Skiner kemudian berpindah untuk mengembangkan materi belajar sendiri yang tidak membutuhkan pengajaran langsung guru sama kali. Ia merasa jika bahan-bahan tersebut dirancang dalam tahapan yang cukup kecil,siswa manapun bisa menggunakannya untuk mempelajari material yang dibutuhkan secara mandiri. Material dirancang sedemikian rupa sehingga jumlah imformasi yang minimum diperkenalkan di tiap tahapan. Para siswa diminta untuk mengulang informasi di tahapan selanjutnya di sepanjang prosesnya, menerima respon yang benar saat mereka melewati setiap tahapan.
Ø    Teori Sitematic(Clark C.Hull)
Teori ini menggunakan prinsip-prinsip yang mirip dengan yang dikemukakan behaviouris lainnya yaitu stimulus respons dan adanya reforcement. Teori ini juga dalam usahanya mengembangkan teori belajar. Menurut Hull suatu kebutuhan harus ada dalam diri seseorang yang belajar. Sebelum respon dapat diperkuat atas dasar pengurangan kebutuhan itu. Dalam hal ini efisiensi belajar tergantung pada besarnya pengurangan dan kepuasaan motif yang menyebabkan timbulnya usaha belajar oleh respon yang dibuat individu. Prinsip penguatan(reforcer) menggunakan seluruh situasi yang memotivasi, mulai dari dorongan bilogis yang merupakan kebutuhan utama seorang sampai pada hasil-hasil yang memberikan ganjaran bagi seorang, misal uang, perhatian, afeksi dan aspirasi sosial. Jadi prinsip utama adalah suatu kebutuhan atau motif pada seorang sebelum belajar itu terjadi; dan bahwa apa yang dipelajari itu harus diamati oleh orang yang belajar sebagai kekuatan atau memuaskan kebutuhannya. Dua hal yang sangat penting dalam proses belajar dari Hull yaitu adanya motif atau motivation(mativasi insentif), dan drive stimulus reduction(pengurangan stimulus pendorong). Kecepatan meresponya berubah bila besar hadiah(reward) berubah.
Ø    Teori Belajar Connectionism(Thorndike)
Teori Thorndike di Amerika Serikat terkenal dengan nama teori belajar Connectionism karena belajar merupakan pembentukan koneksi antara stimuls dan respon.Teori ini disebut Trial and error learning. Individu yang belajar melakukan kegiatan belajarnya melalui trial and error. Dalam teori ini, objek mencoba berbagai cara reaksi sehingga menemukan keberhasilan dalam membuat koneksi suatu reaksi dengan stimulusnya. Ciri-ciri belajar dengan Trial and Error adalah motif pendorong aktivitas, ada berbagai respons terhadap situasi, ada eliminasi respons yang gagal/salah dan ada kemajuan reaksi mencapai tujuan.
Berdasarkan hasil penelitiannya, Thorndike  menemukan hukum-hukum sebagai berikut:
v  Law of readines : jika reaksi terhadap stimulus didukung oleh kesiapan untuk bertindak atau bereaksi maka reaksi menjadi memuaskan
v  Law of exercise: Semakin banyak dipraktikan atau digunakannya hubungan stimulus-respon makin kuat hubungan itu. Praktik perlu disertai dengan reward
v  Law of effect; apabila terjadi hubungan antara stimulus dan respond an diikuti dengan state of affairs yang memuaskan, maka hubungan itu menjadi kuat

Ø    Teori Belajar Kognitif(Piaget)
 Dalam teori ini, Piaget memandang bahwa proses berpikir merupakan aktivitas gradual dari fungsi intelektual, yaitu dari berpikir konkret menuju abstrak. Teorinya memberikan banyak konsep utama dalam lapangan psikologi perkembangan dan berpengaruh terhadap perkembangan konsep kecerdasan, yang bagi Piaget, berarti kemampuan untuk secara lebih tepat merepresentasikan dunia dan melakukan operasi logis dalam representasi konsep yang berdasar pada kenyataan. Teori ini membahas munculnya dan diperolehnya schemata (skema) tentang bagaimana seseorang mempersepsi lingkungannya dalam tahapan-tahapan perkembangan, saat seseorang memperoleh cara baru dalam merepresentasikan informasi secara mental. Menurut piaget ada empat tingkat perkembangan kongnisi yaitu :
·                      Periode sensorimotor (usia 0–2 tahun)
·                      Periode praoperasional (usia 2–7 tahun)
·                      Periode operasional konkrit (usia 7–11 tahun)
·                      Periode operasional formal (usia 11 tahun sampai dewasa)
II.2.3. Psikologi Sosial
Psikologi sosial adalah psikologi yang mempelajari psikolgi seseorang dalam masyarakat, yang mengombinasikan ciri-ciri psikologi dengan ilmu sosial untuk  mempelajari pengaruh masyarakat terhadap individu( Hollander dalam Pidarta, 2009.hal 219).
Penelitian awal dibidang psikologi sosial oleh Badura. Menurut A,Badura, belajar lebih sekedar perubahan perilaku. Belajar adalah pencapaian pengetahuan dan perilaku yang didasari oleh pengetahuan tersebut. Lewat teori observational learning, Badura beranggapan bahwa proses psikologi terlau dianggap penting atau sebaliknya hanya ditelaan sebagian aja. Prinsip belajar menurut Badura adalah usaha menjelaskan belajar dalam situasi alami. Hal ini berbeda dengan situasi di laboratorium atau pada lingkungan sosial yang banyak memerlukan pengamatan tentang pola perilaku beserta konsekuensinya. Diperoleh perilaku yang kompleks bukan hanya disebabkan oleh hubungan dua arah antara pribadi dengan lingkungan melainkan hubungan tiga arah antara perilaku-lingkungan-peristiwa batinia. Contohnya seorang yang telah berlatih akan timbul perasaan percaya diri. Perilakunya menimbulkan reaksi baru, yang pada akhirnya mempengaruhi kepercayaan dirinya yang kemudian menimbulkan perilaku berikutnya dan dapat melukiskan perilaku yang baru itu, meskipun dia tidak melakukannya.
Badura meyakini bahwa belajar membutuhkan situasi alami natural. Ia berpendapat bahwa anak kecil meniru apa yang ada disekitar mereka sebagai bagian dari proses belajar mereka. Melalui penerapan, pengetahuan atau kemampuan ini menjadi bagian dari kode internal. Didalam ruang kelas, perspektif psikologi sosial mungkin terlihat sebagai konskuensi dari perilaku tertentu yang ditampilkan oleh kelompok. Sebagai misal jika seseorang berbicara melebihi gilirannya maka aturan kelas mengingatkan bahwa siswa tersebut akan melampaui periode jeda. Atau, contoh lainnya adalah “Tingkatan Bintang Emas”, didalam ruang kelas yang menampilkan nama-nama siswa dengan bintang-bintang karena keberhasilan menyelesaikan tugas. Kedua jenis situasi ini membantu para siswa untuk mengamati perilaku yang tepat yang diharapkan atas diri mereka dalam situasi belajar.
Penelitian awal dibidang psikologi sosial oleh Badura dan Vygotsky mengindikasikan mereka mengalami kesulitan memahami bagaimana behavioris bisa mengabaikan keadaan sosial atau lingkungan di sekitar pembelajar. Keduanya berpendapat pembelajar tidak belajar dalam lingkungan yang terisolasi atau terpisah dari pembelajar lainnya. Vygotsky menyakini bahwa proses kognitif terus berubah dan mempengaruhi perkembangan pemikiran yang lebih tinggi pada individu. Ia menyakini bahwa tingkat pemikiran ini merupakan bentuk penalaran kultur atau berpikir seperti orang-orang yang ada disekitar para siswa. Dengan kata lain orang-orang masyarakat mempengaruhi cara berpikir dan belajar para siswa dan pengaruh ini berbeda-beda menurut masyarakat dan kelompok kulturnya.
Salah satu contoh bagaimana gagasan badura cocok dengan situasi ruang kelas adalah seorang guru mencontohkan penggunaan fitur “Tracking” dan “Insert comments” dari MS Word untuk menyunting makalah siswa. Guru berbicara tentang apa yang sedang ia dikerjakan sementara para siswa menyimak keterampilan yang sedang dicontohkan untuk mereka. Setelah menampilkan kepada para siswa proses menambahkan perubahan dan menyelipkan komentar, para siswa kemudian diberikan pengalaman langsung di mana  bisa mempraktikkan keterampilan ini sambil dipandu oleh guru. Guru bisa memeriksa suntingan makalah ini para siswa dan memberikan umpan balik tambahan terkait dengan seberapa baik pekerjaan para siswa dalam mempelajari keterampilan baru ini.
















BAB III
KESIMPULAN

   Berdasarkan pembahasan dapat disimpulkan bahwa :
1.        Landasan psikologi, khususnya teori belajar merupakan ilmu yang utama dalam mengembangkan teknologi pembelajaran dimana teknologi pembelajaran merupakan aplikasi teknologi perilaku yaitu mengasilkan perilaku tertentu secara sistematik guna keperluan pembelajaran
2.        Pengaplikasian psikologi pendidikan,psikologi perkembangan serta psikologi sosial terhadap teknologi pendidikan sangat erat karena dalam membuat strategi belajar, metode pembelajaran, jenis belajar, dan gaya belajar dan tingkat perkembangan yang sedang dialami siswanya













DAFTAR PUSTAKA
Djaali, H. 2011. Psikologi Pendidikan. Jakarta:Bumi Aksara.
Kartono, K. 1984. Psikologi Umum.Bandung:Alumni
Miarso, YusufHadi. 2011. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta: Pustekom Diknas bekerjasama dengan Kencana
Pidarta, Made. 2009. Landasan Kependidikan.Jakarta:Rineka Cipta
Smaldino,Sharon E., Deborah L/Lowther, dan James D.Russel.(2011). Instructional Technologi & Media for Learning(edisi kesembilan). Terjemahan.Jakarta: Kencana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar