BAB
I
PENDAHULUAN
I.I.
Latar Belakang
Pendidikan sebagai suatu kegiatan yang didalamnya melibatkan
banyak orang, diantaranya peserta didik, pendidik administror, masyarakat dan
orang tua peserta didik. Oleh karena itu agar tujuan pendidikan dapat tercapai
secara efektif dan efisien maka setiap orang yang terlibat dalam pendidikan
tersebut seyogyanya dapat memahami tentang perilaku individu sekaligus menunjukkan
perilaku secara efektif. Perilaku individu dipelajari dalam suatu ilmu yang disebut sebagai
psikologi.
Psikologi memberikan wawasan bagaimana memahami perilaku
individu dalam proses pendidikan. Terutama dizaman kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi sekarang ini. Para ahli berusaha untuk meningkatkan mengajar itu
menjadi suatu ilmu. Teknologi pendidikan memberikan pendekatan sistematis dan
kritis tentang proses belajar mengajar.
I.2.
Perumusan Masalah
Dengan memahami psikologi yang memadai diharapkan guru akan
dapat lebih tepat dalam menentukkan bentuk perubahan perilaku yang dikehendaki
sebagai tujuan pembelajaran. Untuk menjawab persoalan tersebut, makalah ini
mencoba menghadirkan penerapan teknologi pendidikan sebagai peningkatan mutu pembelajaran.
Adapun masalah yang dirumuskan adalah
1.
apa landasan psikologi dalam
teknologi pendidikan
2.
penerapan landasan psikologi dalam
pengembangan teknologi pendidikan dalam upaya peningkatan mutu pembelajaran .
I.3.
TUJUAN
Penulisan makalah ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui landasan teori psikologi
dalam teknologi pendidikan.
2. Mengetahui penerapan landasan
psikologi dalam pengembangan teknologi pendidikan dalam upaya peningkatan mutu
pembelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN
II.1.
Pengertian Psikologi
Psikologi adalah ilmu pengetahuan tentang tingkah laku dan
kehidupan jiwa manusia. Menurut Plato( dalam Karton, 1984.hal 2) Psikologi berasal dari kata yunani psyche adalah jiwa dan logos adalah ilmu pengetahuan maka psikologi
berarti ilmu pengetahuan yang mempelajari sifat, hakekat dan jiwa manusia.
Psikologi terbagi atas psikologi umum yang mengkaji perilaku umumnya dan
psikologi khusus yang mengkaji perilaku individu dalam situasi khusus
diantaranya psikologi perkembangan, psikologi pendidikan, psikologi sosial dan
masih terdapat berbagai jenis psikologi lainnya.
II.2.
Landasan Teori Psikologi
Menurut
AECT dalam teknologi pendidikan adalah proses yang kompleks dan terpadu yang
melibatkan orang, prosedur, ide, peralatan, dan organisasi untuk menganalisis
masalah, mencari jalan pemecahan, melaksanakan, mengevaluasi, dan mengelola
pemecahan masalah yang menyangkut semua aspek belajar manusia((Miarso, 2011).
Proses belajar merupakan orientasi
teknologi pendidikan. aplikasi pengembangan teknologi pendidikan dalam proses
belajar sangat dipengaruhi oleh ilmu perilaku(teori psikologi) adapun yang menjadi
landasan teori psikologi antara lain psikologi perkembangan, psikologi
pendidikan dan psikologi sosial yang berkaitan erat dalam proses pengembangan
teknologi pendidikan.
II.2.
1. Psikologi Perkembangan
Dalam psikologi perkembangan dikaji tentang hakekat
perkembangan ,pentahapan perkembangan, aspek-aspek perkembangan yang dijadikan
sebagai bahan pertimbangan mendasari pengembangan teknologi pendidikan.
Menurut
Crijins(dalam Pidarta, 2009.hal 196) periode atau tahap perkembangan manusia
secara umum adalah sebagai berikut :
1.
Umur 0-2 tahun disebut masa bayi,
pada masa ini sibayi sebagian bayi besar memanfaatkan hidupnya untuk tidur,
memandang, mendengarkan, kemudian belajar merangkak dan berbicara
2.
Umur 2-4 tahun disebut masa
kanak-kanak. Pada masa ini anak- sudah mulai berjalan, menyebut nama. bisa
melihat struktur, permainanan.
3.
Umur 5-8 tahun disebut masa dongen.
Anak-anak mulai bermain, kesadaran akan lingkungannya sudah muncul
4.
Umur 9-13 tahun. Pada masa ini mulai
berkembang pemikiran kritis, nafsu persaingan, minat-minat dan bakat
5.
Umur 13 tahun disebut pubertas
6.
Umur 14-18 tahun disebut masa puber.
Mereka kini mulai sadar akan pribadinya sebagai seorang yang bertanggung jawab.
7.
Umur 19-21 tahun disebut masa
adolesen. Mereka sudah mempunyai rencana hidup tertentu dengan nilai-nilai yang
sudah dipastikannya.
8.
Umur 21 tahun ke atas disebut masa
dewasa. Pada masa ini remaja mulai insaf bahwa pekerjaan manusia tidak mudah
dan selalu ada cacatnya. Mereka mulai hati-hati.
Konsep perkembangan ini pula yang
membuat para pendidik masa lampau memisahkan pendidikan anak-anak laki-laki
dengan anak perempuan namun berjalan waktu berdasarkan penelitian pendidikan terpisah
ini dapat merugikan anak-anak. Konsep perkembangan yang lainnya yaitu teori
perkembangan Piaget yang bermanfaat bagi pendidikan dalam mengoorganisasikan
materi pelajaran dan proses belajar yang berkaitan dengan upaya mengembangkan
kognisi anak. Konsep ini ada pertaliannya dengan perkembangan kognisi menurut
Bruner(Toeti Soekamto dalam Pidarta, 2009.hal 202) :
Ø Tahap enaktif, anak melakukan aktivitas-aktibitas dalam
upaya memahami lingkungan
Ø Tahap ikonit, anak memahami dunia melalui gambaran-gambaran
dan visualisasi verbal
Ø Tahap simbolik, anak telah memiliki gagasan abstrak yang
banyak dipengaruhi oleh bahasa dan logika
Pembahasan tentang psikologi
perkembangan ini yang mencakup perkembangan umum, kognisi, afeksi dan kemampuan
belajar dapat member petunjuk bagi para pendidik dalam mengoperasikan
pendidikannya.
II.2.2.
Psikologi Pendidikan
Psikologi
pendidikan dapat diartikan sebagai salah satu cabang psikologi yang secara
khusus mengkaji perilaku individu dalam konteks situasi pendidikan dengan
tujuan untuk menemukan berbagai fakta, generalisasi dan teori-teori psikologi
berkaitan dengan pendidikan yang diperoleh melalui metode ilmiah tertentu dalam
rangka pencapaian afektivitas proses pendidikan.Guru dalam menjalankan perannya
sebagai pembimbing, pendidik dan pelatih bagi para peserta didiknya tentunya
dituntut memahami tentang berbagai aspek perilaku dirinya maupun perilaku
orang-orang yang terkait dengan tugasnya, terutama perilaku peserta didik
dengan segala aspeknya sehingga dapat menjalankan tugas dan perannya secara
efektif yang berguna untuk mencapai tujuan pendidikan di sekolah. Aplikasi
Psikologi Pendidikan dalam Teknologi Pendidikan adalah yang menyangkut dengan
aspek-aspek perilaku dalam ruang lingkup belajar mengajar.
Belajar adalah
perubahan perilaku yang relatif permanen sebagai hasil pengalaman(bukan hasil
perkembangan, pengaruh obat, atau kecelakaan) dan bisa melaksanakannya pada
pengetahuan lain serta mampu mengomunikasikannya kepada orang lain.
Menurut
Lumsdain berpendapat bahwa ilmu perilaku khususnya teori belajar merupakan ilmu
yang utama untuk mengembangkan teknologi pembelajaran. Bahkan Deterlini
berpendapat bahwa teknologi pendidikan merupakan aplikasi teknologi perilaku
yaitu untk menghasilkan perilaku tertentu secara sistematik guna keperluan
belajar(dalam Miarso, 2011.hal 111).
Kajian ahli-ahli psikologi dalam pendidikan berlangsung
selama ini membawa pengaruh terhadap penyelenggaraan pembelajaran terutama
dalam menetapkan tujuan pengajaran, memahami peserta didik, pemilihan sumber
belajar dan penilaian. Kemudian berkembang beberapa kajian yang berkaitan
dengan hubungan antara media audiovisual dengan pembelajaran yang difokuskan
pada persepsi peserta didik, penyajian pesan dan pengembangan model
pembelajaran. Studi masa itu kebanyakan diwarnai oleh aliran psikologi behavior
sebagai contoh operant behavioral conditioning yang ditemukan BF skinner 1953.
Teori belajar dan psikologi behavior ini mempengaruhi teknologi pendidikan pada
masa itu dalam tiga hal yaitu :
1.
Pengembangan dan penggunaan teaching
machine dan program pembelajaran
2.
Spesifikasi tujuan pendidikan kearah
behavioral objectives dan
3.
Pencocokan konsep operant
conditioning dengan konsep komunikasi
Dalam dunia pendidikan begitu banyak
teori tingkah laku diantaranya yang sangat terkenal adalah teori classical
Conditioning sebagai berikut :
Ø Classical
Conditioning(Ivan Pavlov)
Ivan Pablo adalah seorang psikologi
refleksologi dari Rusia yang mengadakan percobaan pada seekor anjing., ia
memperhatikan tingkah laku anjing. Hasil percobaan mengatakana bahwa gerakan
reflex itu dapat dipelajari dan dapat berubah. Teori ini disebut juga
contemporary behaviorist yang
berpendapat bahwa tingkah laku manusia dikendalikan oleh ganjaran(reward) atau
penguatan(reinforcement) dari lingkungan. Jadi tingkah laku belajar terdapat
jalinan yang erat antara reaksi behavioral dengan stimulasinya. Guru yang
menganut pandangan ini masa lalu dan pada masa sekarang dan segenap tingkah
laku merupakan reaksi terhadap lingkungan mereka hasil belajar.
Ø Teori Operant Conditioning (Skinner)
Skiner dengan teori pembiasaan
perilaku responnya. Didalam karya tulisnya yang berjudul about behaviorist.
Didalam karyanya, tingkah laku terbentuk doleh konsekuensi yang
ditimbulkan oleh tingkah laku itu
sendiri.Menurut skinner ada dua respon yaitu
v Respondent respond(reflexive
response)
Respondent response merupakan respon
yang ditimbulkan oleh perangsang tertentu. Misalnya keluar air liur setelah
melihat makanan tertentu dan umunnya perangsang yang demikian itu mendahului
respon yang ditimbulkannya.
v Operant Response(Instrument
response)
v Operant Response yaitu respon yang
timbul dan berkembangnya diikuti oleh perangsang tertentu. Respons yang
mengikuti sesuatu tingkah laku tertentu yang telah dilakukan. Misalnya seorang
anak yang belajar melakukan perbuatan lalu mendapat hadiah maka ia menjadi
lebih giat(responya menjadi lebih intensif/kuat.
Kenyataan
bahwa jenis respon pertama(reflexive response) sangat terbatas pada manusia,
jenis respon kedua(operant response) merupakan bagian terbesar dari tingkah
laku manusia . Oleh karena itu skinner lebih memfokuskan pada tingkah laku
jenis kedua. Asas-asas skinner tentang conditioning operant memberikan pengaruh
beru studi dan ananlisa tingkah laku. Landasan bagi skinner tentang
conditioning operant adalah kepercayaan tentang hakekat ilmu perilaku dan
cirri-ciri tingkah laku hasil belajar. Sehingga ia mendefinisikan belajar itu
merupakan tingkah laku dimana ketika subjek belajar, responnya meningkah dan
bila terjadi sebaliknya responnya menurun. Skiner menyatakan bahwa unsure
terpenting dalam belajar adalah penguatan(reinforcement). Maksudnya adalah
pengetahuan yang terbentuk melalui ikatan stimulus respon akan semakin kuat
bila diberi penguatan. Jenis penguatan skinner memjadi dua yaitu penguatan
positif sebagai stimulus yang dapat meningkatkan terjadinya pengulangan tingkah
laku itu sedangkan penguatan negative dapat mengakibatkan berkurangnya atau
menghilang . Bentuk-bentuk penguatan posyif adalah berupa hadiah(permen,kado,
makanan, dll), perilaku(senyum, menganggu kepala untuk menyetujui, bertepuk
tangan, mengacungkan jompol, atau penghargaan(nilai A, juara I dan sebagainya).
Bentuk penguatan negative antara lain: menunda/tidak memberi penghargaan,
memberikan tugas tambahan atau tidak menunjukan perilaku tidak
senang(menggelng, kening berkerut, muka kecewa dan lain-lain).
Gagasan
Skiner bermaksud bahwa guru bisa menyatakan seberapa baik siswa menampilkan
respon spesifik, atau perilaku. Para guru akan bisa mengamati kinerja para
siswa dan menakarnya berdasarkan criteria yang telah ditetapkan. Skiner
menyakini bahwa di dalam ruang kelas adalah penting untuk menciptakan iklim
kelas yang positif. Ia menyakinin bahwa perilaku dalam kelas bisa diubah untuk
mendekati apa yang dianggap sebagai perilaku ruang kelas yang baik. Skiner
berpendapat guru bisa menciptakan perekonomian mata uang di mana para siswa
yang berperilaku sesuai dengan aturan ruang kelas akan menerima ganjaran kecil
atau mata uang yang bisa ditukar nantinya dengan hadiah. Sering kali hadiah
berupa keistimewaan khusus atau jenis benda-benda yang tidak nyata ,seperti
waktu tambahan di arena bermain. Para siswa yang tidak berperilaku baik akan
kehilangan sebuah mata uang. Skiner kemudian berpindah untuk mengembangkan
materi belajar sendiri yang tidak membutuhkan pengajaran langsung guru sama
kali. Ia merasa jika bahan-bahan tersebut dirancang dalam tahapan yang cukup
kecil,siswa manapun bisa menggunakannya untuk mempelajari material yang
dibutuhkan secara mandiri. Material dirancang sedemikian rupa sehingga jumlah
imformasi yang minimum diperkenalkan di tiap tahapan. Para siswa diminta untuk
mengulang informasi di tahapan selanjutnya di sepanjang prosesnya, menerima
respon yang benar saat mereka melewati setiap tahapan.
Ø Teori Sitematic(Clark C.Hull)
Teori ini menggunakan prinsip-prinsip yang mirip dengan yang
dikemukakan behaviouris lainnya yaitu stimulus respons dan adanya reforcement.
Teori ini juga dalam usahanya mengembangkan teori belajar. Menurut Hull suatu
kebutuhan harus ada dalam diri seseorang yang belajar. Sebelum respon dapat
diperkuat atas dasar pengurangan kebutuhan itu. Dalam hal ini efisiensi belajar
tergantung pada besarnya pengurangan dan kepuasaan motif yang menyebabkan
timbulnya usaha belajar oleh respon yang dibuat individu. Prinsip
penguatan(reforcer) menggunakan seluruh situasi yang memotivasi, mulai dari
dorongan bilogis yang merupakan kebutuhan utama seorang sampai pada hasil-hasil
yang memberikan ganjaran bagi seorang, misal uang, perhatian, afeksi dan
aspirasi sosial. Jadi prinsip utama adalah suatu kebutuhan atau motif pada
seorang sebelum belajar itu terjadi; dan bahwa apa yang dipelajari itu harus
diamati oleh orang yang belajar sebagai kekuatan atau memuaskan kebutuhannya.
Dua hal yang sangat penting dalam proses belajar dari Hull yaitu adanya motif
atau motivation(mativasi insentif), dan drive stimulus reduction(pengurangan
stimulus pendorong). Kecepatan meresponya berubah bila besar hadiah(reward)
berubah.
Ø Teori Belajar
Connectionism(Thorndike)
Teori Thorndike di Amerika Serikat terkenal dengan nama
teori belajar Connectionism karena belajar merupakan pembentukan koneksi antara
stimuls dan respon.Teori ini disebut Trial and error learning. Individu yang
belajar melakukan kegiatan belajarnya melalui trial and error. Dalam teori ini,
objek mencoba berbagai cara reaksi sehingga menemukan keberhasilan dalam
membuat koneksi suatu reaksi dengan stimulusnya. Ciri-ciri belajar dengan Trial
and Error adalah motif pendorong aktivitas, ada berbagai respons terhadap
situasi, ada eliminasi respons yang gagal/salah dan ada kemajuan reaksi
mencapai tujuan.
Berdasarkan hasil penelitiannya, Thorndike menemukan hukum-hukum sebagai berikut:
v Law of readines : jika reaksi terhadap stimulus didukung
oleh kesiapan untuk bertindak atau bereaksi maka reaksi menjadi memuaskan
v Law of exercise: Semakin banyak dipraktikan atau
digunakannya hubungan stimulus-respon makin kuat hubungan itu. Praktik perlu
disertai dengan reward
v Law of effect; apabila terjadi hubungan antara stimulus dan
respond an diikuti dengan state of affairs yang memuaskan, maka hubungan itu
menjadi kuat
Ø Teori Belajar Kognitif(Piaget)
Dalam teori ini, Piaget memandang bahwa proses
berpikir merupakan aktivitas gradual dari fungsi intelektual, yaitu dari
berpikir konkret menuju abstrak. Teorinya memberikan banyak konsep utama dalam
lapangan psikologi perkembangan dan berpengaruh terhadap perkembangan konsep
kecerdasan, yang bagi Piaget, berarti kemampuan untuk secara lebih tepat
merepresentasikan dunia dan melakukan operasi logis dalam representasi konsep
yang berdasar pada kenyataan. Teori ini membahas munculnya dan diperolehnya schemata
(skema) tentang bagaimana seseorang mempersepsi lingkungannya dalam
tahapan-tahapan perkembangan, saat seseorang memperoleh cara baru dalam
merepresentasikan informasi secara mental. Menurut piaget ada empat tingkat
perkembangan kongnisi yaitu :
·
Periode sensorimotor (usia 0–2
tahun)
·
Periode praoperasional (usia 2–7
tahun)
·
Periode operasional konkrit (usia
7–11 tahun)
·
Periode operasional formal (usia 11
tahun sampai dewasa)
II.2.3. Psikologi Sosial
Psikologi sosial adalah psikologi
yang mempelajari psikolgi seseorang dalam masyarakat, yang mengombinasikan
ciri-ciri psikologi dengan ilmu sosial untuk
mempelajari pengaruh masyarakat terhadap individu( Hollander dalam
Pidarta, 2009.hal 219).
Penelitian awal dibidang psikologi
sosial oleh Badura. Menurut A,Badura, belajar lebih sekedar perubahan perilaku.
Belajar adalah pencapaian pengetahuan dan perilaku yang didasari oleh
pengetahuan tersebut. Lewat teori observational learning, Badura beranggapan bahwa
proses psikologi terlau dianggap penting atau sebaliknya hanya ditelaan
sebagian aja. Prinsip belajar menurut Badura adalah usaha menjelaskan belajar
dalam situasi alami. Hal ini berbeda dengan situasi di laboratorium atau pada
lingkungan sosial yang banyak memerlukan pengamatan tentang pola perilaku
beserta konsekuensinya. Diperoleh perilaku yang kompleks bukan hanya disebabkan
oleh hubungan dua arah antara pribadi dengan lingkungan melainkan hubungan tiga
arah antara perilaku-lingkungan-peristiwa batinia. Contohnya seorang yang telah
berlatih akan timbul perasaan percaya diri. Perilakunya menimbulkan reaksi
baru, yang pada akhirnya mempengaruhi kepercayaan dirinya yang kemudian
menimbulkan perilaku berikutnya dan dapat melukiskan perilaku yang baru itu,
meskipun dia tidak melakukannya.
Badura meyakini bahwa belajar
membutuhkan situasi alami natural. Ia berpendapat bahwa anak kecil meniru apa
yang ada disekitar mereka sebagai bagian dari proses belajar mereka. Melalui
penerapan, pengetahuan atau kemampuan ini menjadi bagian dari kode internal.
Didalam ruang kelas, perspektif psikologi sosial mungkin terlihat sebagai
konskuensi dari perilaku tertentu yang ditampilkan oleh kelompok. Sebagai misal
jika seseorang berbicara melebihi gilirannya maka aturan kelas mengingatkan
bahwa siswa tersebut akan melampaui periode jeda. Atau, contoh lainnya adalah
“Tingkatan Bintang Emas”, didalam ruang kelas yang menampilkan nama-nama siswa
dengan bintang-bintang karena keberhasilan menyelesaikan tugas. Kedua jenis
situasi ini membantu para siswa untuk mengamati perilaku yang tepat yang
diharapkan atas diri mereka dalam situasi belajar.
Penelitian awal dibidang psikologi
sosial oleh Badura dan Vygotsky mengindikasikan mereka mengalami kesulitan
memahami bagaimana behavioris bisa mengabaikan keadaan sosial atau lingkungan
di sekitar pembelajar. Keduanya berpendapat pembelajar tidak belajar dalam
lingkungan yang terisolasi atau terpisah dari pembelajar lainnya. Vygotsky
menyakini bahwa proses kognitif terus berubah dan mempengaruhi perkembangan
pemikiran yang lebih tinggi pada individu. Ia menyakini bahwa tingkat pemikiran
ini merupakan bentuk penalaran kultur atau berpikir seperti orang-orang yang
ada disekitar para siswa. Dengan kata lain orang-orang masyarakat mempengaruhi
cara berpikir dan belajar para siswa dan pengaruh ini berbeda-beda menurut
masyarakat dan kelompok kulturnya.
Salah satu contoh bagaimana gagasan
badura cocok dengan situasi ruang kelas adalah seorang guru mencontohkan
penggunaan fitur “Tracking” dan “Insert comments” dari MS Word untuk menyunting
makalah siswa. Guru berbicara tentang apa yang sedang ia dikerjakan sementara
para siswa menyimak keterampilan yang sedang dicontohkan untuk mereka. Setelah
menampilkan kepada para siswa proses menambahkan perubahan dan menyelipkan
komentar, para siswa kemudian diberikan pengalaman langsung di mana bisa mempraktikkan keterampilan ini sambil
dipandu oleh guru. Guru bisa memeriksa suntingan makalah ini para siswa dan
memberikan umpan balik tambahan terkait dengan seberapa baik pekerjaan para
siswa dalam mempelajari keterampilan baru ini.
BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan
pembahasan dapat disimpulkan bahwa :
1.
Landasan psikologi, khususnya teori
belajar merupakan ilmu yang utama dalam mengembangkan teknologi pembelajaran
dimana teknologi pembelajaran merupakan aplikasi teknologi perilaku yaitu
mengasilkan perilaku tertentu secara sistematik guna keperluan pembelajaran
2.
Pengaplikasian psikologi
pendidikan,psikologi perkembangan serta psikologi sosial terhadap teknologi
pendidikan sangat erat karena dalam membuat strategi belajar, metode
pembelajaran, jenis belajar, dan gaya belajar dan tingkat perkembangan yang
sedang dialami siswanya
DAFTAR
PUSTAKA
Djaali,
H. 2011. Psikologi Pendidikan.
Jakarta:Bumi Aksara.
Kartono,
K. 1984. Psikologi Umum.Bandung:Alumni
Miarso, YusufHadi. 2011. Menyemai
Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta: Pustekom Diknas bekerjasama dengan
Kencana
Pidarta, Made. 2009. Landasan
Kependidikan.Jakarta:Rineka Cipta
Smaldino,Sharon E., Deborah L/Lowther, dan James
D.Russel.(2011). Instructional Technologi
& Media for Learning(edisi kesembilan). Terjemahan.Jakarta: Kencana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar