BAB I
PENDAHULUAN
filasafat menjadi sebuah ilmu yang pada sisi-sisi
tertentu berciri eksak di samping nuansa khas filsafat, yaitu spekulasi,
keraguan, rasa penasaran dan ketertarikan. Filsafat juga bisa berarti perjalanan menuju sesuatu yang paling dalam,
sesuatu yang biasanya tidak tersentuh oleh disiplin ilmu lain dengan sikap
skeptis yang mempertanyakan segala hal.
Filsafat adalah studi tentang seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran
manusia secara kritis dan dijabarkan dalam konsep mendasar. Filsafat tidak
didalami dengan melakukan eksperimen-eksperimen dan percobaan-percobaan, tetapi
dengan mengutarakan masalah secara persis, mencari solusi untuk itu, memberikan
argumentasi dan alasan yang tepat untuk solusi tertentu. Akhir dari
proses-proses itu dimasukkan ke dalam sebuah proses dialektika. Untuk studi falsafi, mutlak diperlukan logika berpikir dan logika bahasa.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN FILSAFAT
Filsafat adalah berpikir dan mersa sedalam-dalamnya
terhadap segala sesuatu. Filsafat juga melakukan hubungan erat dengan penyelidikan
terhadap nilai atau martabat dan tindakan manusia. Tidak hanya itu, filsafat
juga menelaah hal-hal yang menjadi objeknya dari sudut intinya yang mutlak,
mendalam tapi tidak berubah. Karena begitu luasnya kajian filsafat, maka banyak
filosof yang berbeda dalam mengertikan filsafat.
a.
Arti filsafat
Apakah filsafat itu?
Bagaimana definisinya? Demikianlah pertanyaan pertama yang kita hadapi tatkala akan mempelajari ilmu filsafat.
Istilah "filsafat" dapat ditinjau dari dua segi, yakni:
·
Segi semantik: perkataan
filsafat berasal dari bahasa Arab 'falsafah', yang berasal dari bahasa Yunani,
'philosophia', yang berarti 'philos' = cinta, suka (loving), dan 'sophia' =
pengetahuan, hikmah(wisdom). Jadi 'philosophia' berarti cinta kepada
kebijaksanaan atau cinta kepada kebenaran. Maksudnya, setiap orang yang
berfilsafat akan menjadi bijaksana. Orang yang cinta kepada pengetahuan disebut
'philosopher', dalam bahasa Arabnya 'failasuf". Pecinta pengetahuan ialah
orang yang menjadikan pengetahuan sebagai tujuan hidupnya, atau perkataan lain,
mengabdikan dirinya kepada pengetahuan.
.
·
Segi praktis : dilihat dari
pengertian praktisnya, filsafat bererti 'alam pikiran' atau 'alam berpikir'.
Berfilsafat artinya berpikir. Namun tidak semua berpikir bererti berfilsafat.
Berfilsafat adalah berpikir secara mendalam dan sungguh-sungguh. Sebuah
semboyan mengatakan bahwa "setiap manusia adalah filsuf". Semboyan
ini benar juga, sebab semua manusia berpikir. Akan tetapi secara umum semboyan
itu tidak benar, sebab tidak semua manusia yang berpikir adalah filsuf. Filsuf
hanyalah orang yang memikirkan hakikat segala sesuatu dengan sungguh-sungguh
dan mendalam. Tegasnya: Filsafat adalah hasil akal seorang manusia yang mencari
dan memikirkan suatu kebenaran dengan sedalam-dalamnya. Dengan kata lain:
Filsafat adalah ilmu yang mempelajari dengan sungguh-sungguh hakikat kebenaran segala sesuatu.
b.
Beberapa definisi
Kerana luasnya lingkungan
pembahasan ilmu filsafat, maka tidak mustahil kalau banyak di antara para
filsafat memberikan definisinya secara berbeda-beda. Coba perhatikan
definisi-definisi ilmu filsafat dari filsuf Barat dan Timur di bawah ini:
·
Plato (427SM - 347SM) seorang filsuf Yunani yang termasyhur
murid Socrates dan guru Aristoteles, mengatakan: Filsafat adalah pengetahuan
tentang segala yang ada (ilmu pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran yang
asli).
·
Aristoteles (384 SM - 322SM) mengatakan :
Filsafat adalah ilmua pengetahuan yang meliputi kebenaran, yang di dalamnya
terkandung ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan
estetika (filsafat menyelidiki sebab dan asas segala benda).
·
Marcus Tullius Cicero (106 SM - 43SM) politikus dan ahli
pidato Romawi, merumuskan: Filsafat adalah pengetahuan tentang sesuatu yang
mahaagung dan usaha-usaha untuk mencapainya.
·
Al-Farabi (meninggal 950M), filsuf Muslim terbesar sebelum
Ibnu Sina, mengatakan : Filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang alam maujud
dan bertujuan menyelidiki hakikat yang sebenarnya.
·
Immanuel Kant (1724 -1804), yang sering
disebut raksasa pikir Barat, mengatakan : Filsafat itu ilmu pokok dan pangkal
segala pengetahuan yang mencakup di dalamnya empat persoalan, yaitu:
" apakah yang dapat kita ketahui? (dijawab oleh metafisika)
" apakah yang dapat kita kerjakan? (dijawab oleh etika)
" sampai di manakah pengharapan kita? (dijawab oleh antropologi)
·
Prof. Dr. Fuad Hasan, guru besar
psikologi UI, menyimpulkan: Filsafat adalah suatu ikhtiar untuk berpikir
radikal, artinya mulai dari radiksnya suatu gejala, dari akarnya suatu hal yang
hendak dimasalahkan. Dan dengan jalan
penjajakan yang radikal itu filsafat berusaha untuk sampai kepada
kesimpulan-kesimpulan yang universal.
Drs H. Hasbullah Bakry merumuskan: ilmu filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam mengenai ketuhanan, alam semesta dan manusia, sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana hakikatnya sejauh yang dapat dicapai oleh akal manusia, dan bagaimana sikap manusia itu seharusnya setelah mencapai pengetahuan itu.
Drs H. Hasbullah Bakry merumuskan: ilmu filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam mengenai ketuhanan, alam semesta dan manusia, sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana hakikatnya sejauh yang dapat dicapai oleh akal manusia, dan bagaimana sikap manusia itu seharusnya setelah mencapai pengetahuan itu.
.
Mengapa Manusia Berfilsafat
Apabila seseorang bertanya
tentang sesuatu, maka sebenarnya dia sudah berfilsafat, karena bertanya berarti
ingin tahu dan keingintahuan itu merupakan esensi dari filsafat. Akan tetapi
pertanyaan kefilsafatan yang sesungguhnya adalah pertanyaan yang sangat mendalam
dan serius. Pertanyaan kefilsatan memerlukan jawaban yang hakiki, dan setelah
mendapatkan jawaban, apabila meragukan maka jawaban itu akan dipertanyakan
kembali untuk mendapatkan jawaban yang lebih mendalam (hakiki). Jadi filsafat
adalah upaya pemikiran dan penyelidikan secara mendalam atau radikal (sampai ke
akar persoalan). Dengan demikian pertanyaan filsuf tidaklah sembarangan. Oleh
karena itu pertanyaan seperti apa rasa gula tidak akan melahirkan
filsafat, sebab hal itu bisa dijawab dengan mudah oleh lidah atau berapa
tahun durian dapat berbuah juga tidak melahirkan filsafat, karena dapat
dijawab oleh sains dengan melalui riset (penelitian).
Contoh
pertanyaan kefilsafatan adalah seperti diutarakan oleh Thales, “apakah bahan
alam semesta ini?”. Pertanyaan ini tidak dapat dijawab dengan sembarangan,
karena yang dipertanyakan adalah masalah esensi atau hakikat alam semesta. Jadi
perlu pemikiran dan penyelidikan yang mendalam (radikal).
Pancaindera
jelas tidak mampu menjawab pertanyaan tersebut, sebab pancaindera hanya sekedar
menyaksikan benda alam yang ada secara lahiriyah.
Sains juga
tidak sanggup menjawab, karena hanya menyelidiki secara empiris benda yang ada.
Tetapi
filsafat mampu mengungkapkan jawaban yang lumayan dapat memuaskan. Seperti jawaban
dari Thales sendiri bahwa bahan alam semesta adalah air, dengan alasan bahwa
air itu dapat berubah menjadi berbagai wujud. Jika air dimasukkan ke dalam
ember maka dia akan membentuk seperti ember, dst. Selain itu air amat
dibutuhkan dalam kehidupan, bahkan bumi ini menurutnya terapung di atas air.
Pertanyaan
tersebut pertamakali muncul pada zaman permulaan (Yunani Kuno), yang
dilatarbelakangi oleh keta’juban (keheranan) terhadap alam semesta.
Ketakjuban ini menurut Jan Hendrik Rapar (2001 : 16) menunjuk kepada dua hal
penting, yaitu subyek dan obyek. Jika ada ketakjuban pasti ada
yang takjub (subyek) dan yang menakjubkan (obyek). Subyek ketakjuban adalah
manusia, sebab manusia satu-satunya makhluk yang memiliki perasaan dan akal
budi. Hal ini karena ketakjuban hanya dapat dirasakan dan dialami oleh makhluk
yang berperasaan dan berakal budi. Adapun obyek ketakjuban adalah segala
sesuatu yang ada, baik di alam nyata maupun di alam metafisik (abstrak)
Selain ketakjuban, yang mendorong
manusia berfilsafat adalah karena adanya aporia (kesangsian, keraguan,
ketidakpastian atau kebingungan). Pertanyaan yang timbul akibat aporia ini
menurut Ahmad Tafsir muncul di zaman modern. Aporia ini berada di antara percaya
dan tidak percaya. Ketika manusia bersikap percaya atau mengambil tidak
percaya, maka pikiran tidak lagi bekerja atas hal itu, akan tetapi jika dia
berada antara percaya dan tidak percaya maka pikiran mulai bergerak dan
berjalan untuk mencari kepastian. Sangsi atau keraguan akan menimbulkan
pertanyaan, pertanyaan membuat pikiran bekerja, dan pikiran bekerja akan
melahirkan filsafat. Jadi sikap keingintahuan atau ingin kepastian terhadap
sesuatu dapat melahirkan filsafat.
Ada juga yang mengatakan bahwa
filsafat dilahirkan atas dasar adanya ketidakpuasan. Sebelum filsafat
lahir, berbagai mitos memainkan peranan penting dalam kehidupan manusia. Mitos
tersebut beupaya memberikan penjelasan terhadap manusia tentang asal mula dan
peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam semesta, akan tetapi penjelasan dan
keterangan tersebut makin lama semakin tidak memuaskan manusia. Mitos tersebut
antara lain membawa ajaran bahwa alam semesta beserta fenomina yang ada tidak
mungkin dapat dipikirkan secara ratio, akan tetapi harus diterima secara
intuisi (perasaan dan keimanan). Mereka ketika itu sangat meyakini ajaran agama
(Dewa). Jawaban yang diberikan oleh Thales (mendapat gelar bapak filsafat,
karena dianggap orang yang pertama kali berfilsafat) bahwa bahan baku alam semesta
alam air, jelas tidak diterima oleh dogmatis atau mitos ketika itu. Dalam hal
ini Henri Bergson (penganut intuitisme) mengatakan bahwa akal sangat terbatas.
Akal hanya memapu menjangkau atau memahami suatu obyek apabila
mengkonsentrasi-kan kepada obyek tersebut. Ketika itu maka manusia harus tunduk
kepada intuisi.
c. Objek filsafat
·
Objek Material filsafat yaitu suatu bahan yang menjadi tinjauan penelitian
atau pembentukan pengetahuan ituatau hal yang di selidiki, di Pandang atau di
sorot oleh suatu disiplin ilmu yang mencakup apa saja baik hal-hal yang konkrit
ataupun yang abstrak.
Menurut Drs.
H.A.Dardiri bahwa objek material adalah segala sesuatu yang ada, baik yangada
dalam pikiran, ada dalam kenyataan maupun ada dalam kemungkinan. Segala
sesuatuyang ada itu di bagi dua, yaitu: Ada yang bersifat umum (ontologi),
yakni ilmu yang menyelidiki tentang hal yang ada pada umumnya. Ada yang
bersifat khusus yang terbagi dua yaitu ada secara mutlak (theodicae) dan tidak
mutlak yang terdiri dari manusia (antropologi metafisik) dan alam (kosmologi).
·
Objek Formal
filsafat yaitu sudut pandangan yang ditujukan pada bahan dari penelitian atau
pembentukanpengetahuan itu, atau sudut dari mana objek material itu di
sorot.Contoh : Objek materialnya adalah manusia dan manusia ini di tinjau dari
sudut pandanganyang berbeda-beda sehingga ada beberapa ilmu yang mempelajari
manusia di antaranyapsikologi, antropologi, sosiologi dan lain sebagainya.
B. Subtansi Filsafat
Telaah tentang substansi Filsafat Ilmu, Ismaun (2001)
Memaparkannya dalam empat bagian, yaitu substansi yang berkenaan dengan, fakta
atau kenyataan.
a)
Fakta dan
kenyataan
Fakta atau
kenyataan Fakta atau kenyataan memiliki pengertian yang beragam, bergantung
dari sudut pandangfilosofis yang melandasinya. Positivistik berpandangan bahwa
sesuatu yang nyata bila ada korespondensi antara yang sensual satu dengan
sensual lainnya. Fenomenologik memiliki dua arah perkembangan mengenai
pengertian kenyataan ini. Pertama, menjurus ke arah teori korespondensi yaitu
adanya korespondensi antara ide dengan fenomena. Kedua, menjurus ke arah
koherensi moralitas, kesesuaian antara fenomena dengan sistem nilai.
Rasionalistik menganggap suatu sebagai nyata, bila ada koherensi antara empirik
dengan skema rasional, dan Realisme-metafisik berpendapat bahwa sesuatu yang
nyata bila ada koherensi antara empiri dengan obyektif. Pragmatisme memiliki
pandangan bahwa yang ada itu yang berfungsi.
Di sisi lain,
Lorens Bagus (1996) memberikan penjelasan tentang fakta obyektif dan
faktailmiah. Fakta obyektif yaitu peristiwa, fenomen atau bagian realitas yang
merupakan obyekkegiatan atau pengetahuan praktis manusia. Sedangkan fakta
ilmiah merupakan refleksiterhadap fakta obyektif dalam kesadaran manusia. Yang
dimaksud refleksi adalah deskripsifakta obyektif dalam bahasa tertentu. Fakta
ilmiah merupakan dasar bagi bangunan teoritis.Tanpa fakta-fakta ini bangunan
teoritis itu mustahil. Fakta ilmiah tidak terpisahkan daribahasa yang
diungkapkan dalam istilah-istilah dan kumpulan fakta ilmiah membentuksuatu
deskripsi ilmiah.
b) Kebenaran (Truth)
Kebenaran
(truth) Sesungguhnya, terdapat berbagai teori tentang rumusan kebenaran. Namun
secara tradisional. Kita mengenal lima teori kebenaran yaitu Koherensi,
Korespondensi dan Pragmatic, Proposisi dan Paradikmatic diantarannya:
·
Kebenaran Koherensi kebenaran koherensi yaitu adanya kesesuaian atau
keharmonisan antara sesuatu yang laindengan sesuatu yang memiliki hirarki yang
lebih tinggi dari sesuatu unsur tersebut, baikberupa skema, sistem, atau pun
nilai. Koherensi ini bisa pada tatanan sensual rasional maupun
pada dataran transendental.
·
Kebenaran
Korespondensi Berfikir benar korespondensial adalah berfikir tentang
terbuktinya sesuatu itu relevandengan sesuatu lain. Koresponsdensi relevan
dibuktikan adanya kejadian sejalan atauberlawanan arah antara fakta dengan
fakta yang diharapkan, antara fakta dengan belief yang diyakini, yang sifatnya
spesifik.
·
Kebenaran
pragmatic Yang benar adalah yang konkret, yang individual dan yang spesifik dan
memiliki kegunaan praktis.
·
Kebenaran
Proposisi adalah suatu pernyataan yang berisi banyak konsep kompleks, yang
merentangdari yang subyektif individual sampai yang obyektif. Suatu kebenaran
dapat diperoleh bilaproposisi-proposisinya benar. Dalam logika Aristoteles,
proposisi benar adalah bila sesuaidengan persyaratan formal suatu proposisi.
Pendapat lain yaitu dari Euclides, bahwaproposisi benar tidak dilihat dari
benar formalnya, melainkan dilihat dari benarmaterialnya.
·
Kebenaran
struktural paradigmatic sesungguhnya kebenaran struktural paradigmatik ini
merupakan perkembangan darikebenaran korespondensi. Sampai sekarang analisis
regresi, analisis faktor, dan analisisstatistik lanjut lainnya masih dimaknai
pada korespondensi unsur satu dengan lainnya.Padahal semestinya keseluruhan
struktural tata hubungan itu yang dimaknai, karena akanmampu memberi eksplanasi
atau inferensi yang lebih menyeluruh..
Konfirmasi
Fungsi ilmu adalah menjelaskan, memprediksi proses dan produk yang akan datang,
ataumemberikan pemaknaan. Pemaknaan tersebut dapat ditampilkan sebagai
konfirmasi absolut atau probalistik. Menampilkan konfirmasi absolut biasanya
menggunakan asumsi,postulat, atau axioma yang sudah dipastikan benar. Tetapi
tidak salah bilamengeksplisitkan asumsi dan postulatnya. Sedangkan untuk
membuat penjelasan, prediksiatau pemaknaan untuk mengejar kepastian
probabilistik dapat ditempuh secara induktif,deduktif, ataupun reflektif.,
Logika inferensi yang berpengaruh lama sampai perempat
akhir abad XX adalah logika matematika, yang menguasai positivisme.
Positivistik menampilkan kebenaran korespondensi antara fakta. Fenomenologi
Russel menampilkan korespondensi antara yangdipercaya dengan fakta. Belief pada
Russel memang memuat moral, tapi masih bersifat spesifik, belum ada skema moral
yang jelas, tidak general sehingga inferensi penelitian berupa kesimpulan kasus
atau kesimpulan ideografik. Post-positivistik dan rasionalistik menampilkan
kebenaran koheren antara rasional, koheren antara fakta dengan skema rasio,
Fenomena Bogdan dan Guba menampilkan kebenaran koherensi antara fakta dengan
skema moral.
Realisme
metafisik Popper menampilkan kebenaran struktural paradigmatik rasional
universal dan Noeng Muhadji rmengenalkan realisme metafisik dengan menampilkan
kebenaranan structural paradigmatik moral transensden. Di lain pihak, Jujun
Suriasumantri (1982) menjelaskan bahwa penarikan kesimpulanbaru dianggap sahih
kalau penarikan kesimpulan tersebut dilakukan menurut cara tertentu,yakni
berdasarkan logika. Secara garis besarnya, logika terbagi ke dalam 2 bagian,
yaitu logika induksi dan logika deduksi.
C.
PERANAN
FILSAFAT
a.
PERAN
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Sebagai ilmu, pendidikan Islam
bertugas untuk memberikan penganalisaan secara mendalam dan terinci tentang
problema-problema kependidikan Islam sampai kepada penyelesaiannya. Pendidikan
Islam sebagai ilmu, tidak melandasi tugasnya pada teori-teori saja, akan tetapi
memperhatikan juga fakta-fakta empiris atau praktis yang berlangsung dalam
masyarakat sebagai bahan analisa.
Oleh sebab itu, masalah pendidikan akan dapat diselasaikan bilamana didasarkan keterkaitan hubungan antara teori dan praktek, karena pendidikan akan mampu berkembang bilamana benar-benar terlibat dalam dinamika kehidupan masyarakat. Antara pendidikan dan masyarakat selalu terjadi interaksi (saling mempengaruhi) atau saling mengembangkan sehingga satu sama lain dapat mendorong perkembangan untuk memperkokoh posisi dan fungsi serta idealisasi kehidupannya. Ia memerlukan landasan ideal dan rasional yang memberikan pandangan mendasar, menyeluruh dan sistematis tentang hakikat yang ada dibalik masalah pendidikan yang dihadapi.
Oleh sebab itu, masalah pendidikan akan dapat diselasaikan bilamana didasarkan keterkaitan hubungan antara teori dan praktek, karena pendidikan akan mampu berkembang bilamana benar-benar terlibat dalam dinamika kehidupan masyarakat. Antara pendidikan dan masyarakat selalu terjadi interaksi (saling mempengaruhi) atau saling mengembangkan sehingga satu sama lain dapat mendorong perkembangan untuk memperkokoh posisi dan fungsi serta idealisasi kehidupannya. Ia memerlukan landasan ideal dan rasional yang memberikan pandangan mendasar, menyeluruh dan sistematis tentang hakikat yang ada dibalik masalah pendidikan yang dihadapi.
Dengan demikian filsafat
pendidikan menyumbangkan analisanya kepada ilmu pendidikan Islam tentang
hakikat masalah yang nyata dan rasional yang mengandung nilai-nilai dasar yang
dijadikan landasan atau petunjuk dalam proses kependidikan. Selanjutnya, tugas
filsafat adalah melaksanakan pemikiran rasional analisis dan teoritis (bahkan
spekulatif) secara mendalam dan memdasar melalui proses pemikiran yang
sistematis, logis, dan radikal (sampai keakar-akarnya), tentang problema hidup
dan kehidupan manusia. Produk pemikirannya merupakan pandangan dasar yang
berintikan kepada “trichotomi” (tiga kekuatan rohani pokok) yang berkembang
dalam pusat kemanusiaan manusia (natropologi centra) yang meliputi:
(1.Induvidualisme
(2)Sosialitas
(3)Moralitas.
Ketiga kemampuan tersebut berkembang dalam pola hubungan tiga arah yang kita namakan dengan “trilogi hubungan” pengimplementasinya berupa:
Ketiga kemampuan tersebut berkembang dalam pola hubungan tiga arah yang kita namakan dengan “trilogi hubungan” pengimplementasinya berupa:
- Hubungan dengan Tuhan, karena ia sebagai makhluk ciptaan-Nya.
- Hubungan dengan masyarakat karena ia sebagai masyarakat.
- Hubungan dengan alam sekitar karena ia makhluk Allah yang harus mengelola, mengatur, memanfaatkan kekayaan alam sekitar yang terdapat diatas, di bawah dan di dalam perut bumi ini.
b.
PERANAN
FILSAFAT ILMU
Filsafat ilmu merupakan sebuah disiplin ilmu
penegetahuan, dalam hal ini filsafat ilmu berperan sebagai pengkajian berbagai
hakikat keilmuan, dalam mengembangkan
berbagai ilmu pengetahuan filsafat ilmu mempunyai beberapa macam cara di
antaranya yaitu:
·
Ontologi
·
Terminologi
·
Aksiologi.
Dari beberapa cara tersebut masing – masing mempunyai
peran dan fungsi yang berbeda ontologi berfungsi untuk mengetahui apa yang
dikaji dalam pengetahuan tersebut, sedangkan terminolgi berfugsi untuk mengetahui
bagaimana kita memproleh ilmu pengetahuan
tersebut, dan yang terakhir aksiologi berfungsi untuk mengetahui
bagaimana hakikat ilmu pengetahuan tersebut.
Manusia dengean segenap kemampuan kemanusiaannya seperti
perasaan, pengalaman, panca indra dan intuisi mampu menangkap alam kehidupannya
mengabtrasikan tangkapan tersebut dalam dirinya dalam berbagai ilmu pengetahuan
seperti kebiasaan , akal sehat , seni, sejarah dan filsafat. Terminology ilmu pengetahuan ini ini
adalah atrifical yang bersifat sementara
sebagai alat analisis yang pada pokoknya diartikan sabagai keseluruhan bentuk
dari prodok kegiatan manusia dalam usaha untuk mengetahui sesuatu , dalam
bahasa inggris cara memproleh pengetahuan ini dinamakan dengan knowledge.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pada tahap awal kelahiran
filsafat sesungguhnya mencakup seluruh ilmu pengetahuan, kamudian berkembang
sedemikian rupa menjadi semakin rasional dan sistematis. Seiring dengan
perkembangan itu, wilayah pengetahuan manusia semakin luas dan bertambah
banyak, tetapi juga semakin mengkhusus atau spesifik. Lalu lahirlah berbagai
disiplin ilmu pengetahuan yang satu persatu mulai memisahkan diri dari
filsafat. Namun kendati pun demikian, tidak berarti filsafat telah menjadi
begitu miskin sehingga tinggal terarah hanya kepada satu permasalahan pokok,
dengan wilayah pengetahuan yang semakin sempit dan pada suatu saat akan lenyap
sama sekali. Kenyataannya, masalah-masalah pokok yang dihadapi filsafat tak
pernah berkurang. Karena banyaknya masalah pokok yang harus dibahas dan
dipecahkan, diantara tugas filsafat antara
lain termasuk melaksanakan pemikiran rasional analisis dan teoritis (bahkan
spekulatif) secara mendalam dan mendasar melalui proses pemikiran yang
sistematis, logis, dan radikal (sampai keakar-akarnya), tentang problema hidup
dan kehidupan manusia.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Tafsir, Filsafat Umum,
PT. Remaja Rosdakarya Bandung, 2000.
Amsal Bakhtiar, Filsafat Agama,
Jakarta : Logos Wacana Ilmu, Cet. II 1999.
Amsal Bakhtiar, Filsafat Agama,
Jakarta : 1999.
Muhammad Amien, Epistemologi
Islam Pengantar Filsafat Pengetahaun Islam, UI Press, Jakarta, 1983.
Jan Hendrik RaSuparlan Suhartono,
Dasar-dasar Filsafat, Ar-Ruzz, Jogyakarta, 2004.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah
Swt yang telah melimpahkan rahmat dan karunian-Nya kepada penulis sehingga
makalah ini dapat diselesaikan dengan baik. Didalam makalah ini penulis
membahas tentang “PENGERTIAN FILSAFAT DAN PERANAN ” .
Dalam penyusunan makalah ini penulis
menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan baik dari segi isi maupun
dalam penyajian materinya. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
sifstnya membangun dari pembaca demi perbaikan makalah ini.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.
Amin.....
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR ................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
BAB II
PEMBAHASAN ............................................................................... 2
A.
PENGERTIAN
FILSAFAT .............................................................. 2
B.
SUBSTANSI
FILSAFAT .................................................................. 6
C.
PERAN
FILSAFAT ......................................................................... 9
BAB III
PENUTUP........................................................................................ 11
A. Kesimpulan
................................................................................ 11
DAFTAR PUSTAKA
.................................................................................. 12
“MAKALAH”
PENGERTIAN
FILSAFAT DAN PERANAN
” tugas ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah filsafat”
Di Susun Oleh :
Ilham Syawalludin
Taofik mubarok
Lia Parlia
Neneng Latifah
Kelas:I A
Fak / Jur:Tarbiyah / PAI
INSTITUT AGAMA ISLAM CIPASUNG
(IAIC)
SINGAPARNA-TASIKMALAYA
2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar