TOKO 0SCAR CLASSER

Kamis, 23 Januari 2014

“MAKALAH” makalah PENGERTIAN FILSAFAT DAN PERANAN



                                                            BAB I
    PENDAHULUAN


filasafat menjadi sebuah ilmu yang pada sisi-sisi tertentu berciri eksak di samping nuansa khas filsafat, yaitu spekulasi, keraguan, rasa penasaran dan ketertarikan. Filsafat juga bisa berarti perjalanan menuju sesuatu yang paling dalam, sesuatu yang biasanya tidak tersentuh oleh disiplin ilmu lain dengan sikap skeptis yang mempertanyakan segala hal.

Filsafat adalah studi tentang seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis dan dijabarkan dalam konsep mendasar. Filsafat tidak didalami dengan melakukan eksperimen-eksperimen dan percobaan-percobaan, tetapi dengan mengutarakan masalah secara persis, mencari solusi untuk itu, memberikan argumentasi dan alasan yang tepat untuk solusi tertentu. Akhir dari proses-proses itu dimasukkan ke dalam sebuah proses dialektika. Untuk studi falsafi, mutlak diperlukan logika berpikir dan logika bahasa.






















                                                                      BAB II 
                                                              PEMBAHASAN

A.    PENGERTIAN FILSAFAT
Filsafat adalah berpikir dan mersa sedalam-dalamnya terhadap segala sesuatu. Filsafat juga melakukan hubungan erat dengan penyelidikan terhadap nilai atau martabat dan tindakan manusia. Tidak hanya itu, filsafat juga menelaah hal-hal yang menjadi objeknya dari sudut intinya yang mutlak, mendalam tapi tidak berubah. Karena begitu luasnya kajian filsafat, maka banyak filosof yang berbeda dalam mengertikan filsafat.


a.      Arti filsafat

Apakah filsafat itu? Bagaimana definisinya? Demikianlah pertanyaan pertama yang kita hadapi tatkala akan mempelajari ilmu filsafat. Istilah "filsafat" dapat ditinjau dari dua segi, yakni:

·         Segi semantik: perkataan filsafat berasal dari bahasa Arab 'falsafah', yang berasal dari bahasa Yunani, 'philosophia', yang berarti 'philos' = cinta, suka (loving), dan 'sophia' = pengetahuan, hikmah(wisdom). Jadi 'philosophia' berarti cinta kepada kebijaksanaan atau cinta kepada kebenaran. Maksudnya, setiap orang yang berfilsafat akan menjadi bijaksana. Orang yang cinta kepada pengetahuan disebut 'philosopher', dalam bahasa Arabnya 'failasuf". Pecinta pengetahuan ialah orang yang menjadikan pengetahuan sebagai tujuan hidupnya, atau perkataan lain, mengabdikan dirinya kepada pengetahuan.

.
·         Segi praktis : dilihat dari pengertian praktisnya, filsafat bererti 'alam pikiran' atau 'alam berpikir'. Berfilsafat artinya berpikir. Namun tidak semua berpikir bererti berfilsafat. Berfilsafat adalah berpikir secara mendalam dan sungguh-sungguh. Sebuah semboyan mengatakan bahwa "setiap manusia adalah filsuf". Semboyan ini benar juga, sebab semua manusia berpikir. Akan tetapi secara umum semboyan itu tidak benar, sebab tidak semua manusia yang berpikir adalah filsuf. Filsuf hanyalah orang yang memikirkan hakikat segala sesuatu dengan sungguh-sungguh dan mendalam. Tegasnya: Filsafat adalah hasil akal seorang manusia yang mencari dan memikirkan suatu kebenaran dengan sedalam-dalamnya. Dengan kata lain: Filsafat adalah ilmu yang mempelajari dengan sungguh-sungguh hakikat kebenaran segala sesuatu.
b.      Beberapa definisi

Kerana luasnya lingkungan pembahasan ilmu filsafat, maka tidak mustahil kalau banyak di antara para filsafat memberikan definisinya secara berbeda-beda. Coba perhatikan definisi-definisi ilmu filsafat dari filsuf Barat dan Timur di bawah ini:

·         Plato (427SM - 347SM) seorang filsuf Yunani yang termasyhur murid Socrates dan guru Aristoteles, mengatakan: Filsafat adalah pengetahuan tentang segala yang ada (ilmu pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran yang asli).

·          Aristoteles (384 SM - 322SM) mengatakan : Filsafat adalah ilmua pengetahuan yang meliputi kebenaran, yang di dalamnya terkandung ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika (filsafat menyelidiki sebab dan asas segala benda).

·         Marcus Tullius Cicero (106 SM - 43SM) politikus dan ahli pidato Romawi, merumuskan: Filsafat adalah pengetahuan tentang sesuatu yang mahaagung dan usaha-usaha untuk mencapainya.



·         Al-Farabi (meninggal 950M), filsuf Muslim terbesar sebelum Ibnu Sina, mengatakan : Filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang alam maujud dan bertujuan menyelidiki hakikat yang sebenarnya.

·          Immanuel Kant (1724 -1804), yang sering disebut raksasa pikir Barat, mengatakan : Filsafat itu ilmu pokok dan pangkal segala pengetahuan yang mencakup di dalamnya empat persoalan, yaitu:


" apakah yang dapat kita ketahui? (dijawab oleh metafisika)

" apakah yang dapat kita kerjakan? (dijawab oleh etika)

" sampai di manakah pengharapan kita?
(dijawab oleh antropologi)

·          Prof. Dr. Fuad Hasan, guru besar psikologi UI, menyimpulkan: Filsafat adalah suatu ikhtiar untuk berpikir radikal, artinya mulai dari radiksnya suatu gejala, dari akarnya suatu hal yang hendak dimasalahkan. Dan dengan jalan penjajakan yang radikal itu filsafat berusaha untuk sampai kepada kesimpulan-kesimpulan yang universal.

 Drs H. Hasbullah Bakry merumuskan: ilmu filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam mengenai ketuhanan, alam semesta dan manusia, sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana hakikatnya sejauh yang dapat dicapai oleh akal manusia, dan bagaimana sikap manusia itu seharusnya setelah mencapai pengetahuan itu.

.    Mengapa Manusia Berfilsafat

Apabila seseorang bertanya tentang sesuatu, maka sebenarnya dia sudah berfilsafat, karena bertanya berarti ingin tahu dan keingintahuan itu merupakan esensi dari filsafat. Akan tetapi pertanyaan kefilsafatan yang sesungguhnya adalah pertanyaan yang sangat mendalam dan serius. Pertanyaan kefilsatan memerlukan jawaban yang hakiki, dan setelah mendapatkan jawaban, apabila meragukan maka jawaban itu akan dipertanyakan kembali untuk mendapatkan jawaban yang lebih mendalam (hakiki). Jadi filsafat adalah upaya pemikiran dan penyelidikan secara mendalam atau radikal (sampai ke akar persoalan). Dengan demikian pertanyaan filsuf tidaklah sembarangan. Oleh karena itu pertanyaan seperti apa rasa gula tidak akan melahirkan filsafat, sebab hal itu bisa dijawab dengan mudah oleh lidah atau berapa tahun durian dapat berbuah juga tidak melahirkan filsafat, karena dapat dijawab oleh sains dengan melalui riset (penelitian).
Contoh pertanyaan kefilsafatan adalah seperti diutarakan oleh Thales, “apakah bahan alam semesta ini?”. Pertanyaan ini tidak dapat dijawab dengan sembarangan, karena yang dipertanyakan adalah masalah esensi atau hakikat alam semesta. Jadi perlu pemikiran dan penyelidikan yang mendalam (radikal).

Pancaindera jelas tidak mampu menjawab pertanyaan tersebut, sebab pancaindera hanya sekedar menyaksikan benda alam yang ada secara lahiriyah.
Sains juga tidak sanggup menjawab, karena hanya menyelidiki secara empiris benda yang ada.
Tetapi filsafat mampu mengungkapkan jawaban yang lumayan dapat memuaskan. Seperti jawaban dari Thales sendiri bahwa bahan alam semesta adalah air, dengan alasan bahwa air itu dapat berubah menjadi berbagai wujud. Jika air dimasukkan ke dalam ember maka dia akan membentuk seperti ember, dst. Selain itu air amat dibutuhkan dalam kehidupan, bahkan bumi ini menurutnya terapung di atas air.
Pertanyaan tersebut pertamakali muncul pada zaman permulaan (Yunani Kuno), yang dilatarbelakangi oleh keta’juban (keheranan) terhadap alam semesta. Ketakjuban ini menurut Jan Hendrik Rapar (2001 : 16) menunjuk kepada dua hal penting, yaitu subyek dan obyek. Jika ada ketakjuban pasti ada yang takjub (subyek) dan yang menakjubkan (obyek). Subyek ketakjuban adalah manusia, sebab manusia satu-satunya makhluk yang memiliki perasaan dan akal budi. Hal ini karena ketakjuban hanya dapat dirasakan dan dialami oleh makhluk yang berperasaan dan berakal budi. Adapun obyek ketakjuban adalah segala sesuatu yang ada, baik di alam nyata maupun di alam metafisik (abstrak)
Selain ketakjuban, yang mendorong manusia berfilsafat adalah karena adanya aporia (kesangsian, keraguan, ketidakpastian atau kebingungan). Pertanyaan yang timbul akibat aporia ini menurut Ahmad Tafsir muncul di zaman modern. Aporia ini berada di antara percaya dan tidak percaya. Ketika manusia bersikap percaya atau mengambil tidak percaya, maka pikiran tidak lagi bekerja atas hal itu, akan tetapi jika dia berada antara percaya dan tidak percaya maka pikiran mulai bergerak dan berjalan untuk mencari kepastian. Sangsi atau keraguan akan menimbulkan pertanyaan, pertanyaan membuat pikiran bekerja, dan pikiran bekerja akan melahirkan filsafat. Jadi sikap keingintahuan atau ingin kepastian terhadap sesuatu dapat melahirkan filsafat.
Ada juga yang mengatakan bahwa filsafat dilahirkan atas dasar adanya ketidakpuasan. Sebelum filsafat lahir, berbagai mitos memainkan peranan penting dalam kehidupan manusia. Mitos tersebut beupaya memberikan penjelasan terhadap manusia tentang asal mula dan peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam semesta, akan tetapi penjelasan dan keterangan tersebut makin lama semakin tidak memuaskan manusia. Mitos tersebut antara lain membawa ajaran bahwa alam semesta beserta fenomina yang ada tidak mungkin dapat dipikirkan secara ratio, akan tetapi harus diterima secara intuisi (perasaan dan keimanan). Mereka ketika itu sangat meyakini ajaran agama (Dewa). Jawaban yang diberikan oleh Thales (mendapat gelar bapak filsafat, karena dianggap orang yang pertama kali berfilsafat) bahwa bahan baku alam semesta alam air, jelas tidak diterima oleh dogmatis atau mitos ketika itu. Dalam hal ini Henri Bergson (penganut intuitisme) mengatakan bahwa akal sangat terbatas. Akal hanya memapu menjangkau atau memahami suatu obyek apabila mengkonsentrasi-kan kepada obyek tersebut. Ketika itu maka manusia harus tunduk kepada intuisi.

c.       Objek filsafat
·         Objek Material filsafat yaitu suatu bahan yang menjadi tinjauan penelitian atau pembentukan pengetahuan ituatau hal yang di selidiki, di Pandang atau di sorot oleh suatu disiplin ilmu yang mencakup apa saja baik hal-hal yang konkrit ataupun yang abstrak.
Menurut Drs. H.A.Dardiri bahwa objek material adalah segala sesuatu yang ada, baik yangada dalam pikiran, ada dalam kenyataan maupun ada dalam kemungkinan. Segala sesuatuyang ada itu di bagi dua, yaitu: Ada yang bersifat umum (ontologi), yakni ilmu yang menyelidiki tentang hal yang ada pada umumnya. Ada yang bersifat khusus yang terbagi dua yaitu ada secara mutlak (theodicae) dan tidak mutlak yang terdiri dari manusia (antropologi metafisik) dan alam (kosmologi).
·         Objek Formal filsafat yaitu sudut pandangan yang ditujukan pada bahan dari penelitian atau pembentukanpengetahuan itu, atau sudut dari mana objek material itu di sorot.Contoh : Objek materialnya adalah manusia dan manusia ini di tinjau dari sudut pandanganyang berbeda-beda sehingga ada beberapa ilmu yang mempelajari manusia di antaranyapsikologi, antropologi, sosiologi dan lain sebagainya.

B.     Subtansi Filsafat
  Telaah tentang substansi Filsafat Ilmu, Ismaun (2001) Memaparkannya dalam empat bagian, yaitu substansi yang berkenaan dengan, fakta atau kenyataan.



a)      Fakta dan kenyataan
Fakta atau kenyataan Fakta atau kenyataan memiliki pengertian yang beragam, bergantung dari sudut pandangfilosofis yang melandasinya. Positivistik berpandangan bahwa sesuatu yang nyata bila ada korespondensi antara yang sensual satu dengan sensual lainnya. Fenomenologik memiliki dua arah perkembangan mengenai pengertian kenyataan ini. Pertama, menjurus ke arah teori korespondensi yaitu adanya korespondensi antara ide dengan fenomena. Kedua, menjurus ke arah koherensi moralitas, kesesuaian antara fenomena dengan sistem nilai. Rasionalistik menganggap suatu sebagai nyata, bila ada koherensi antara empirik dengan skema rasional, dan Realisme-metafisik berpendapat bahwa sesuatu yang nyata bila ada koherensi antara empiri dengan obyektif. Pragmatisme memiliki pandangan bahwa yang ada itu yang berfungsi.
Di sisi lain, Lorens Bagus (1996) memberikan penjelasan tentang fakta obyektif dan faktailmiah. Fakta obyektif yaitu peristiwa, fenomen atau bagian realitas yang merupakan obyekkegiatan atau pengetahuan praktis manusia. Sedangkan fakta ilmiah merupakan refleksiterhadap fakta obyektif dalam kesadaran manusia. Yang dimaksud refleksi adalah deskripsifakta obyektif dalam bahasa tertentu. Fakta ilmiah merupakan dasar bagi bangunan teoritis.Tanpa fakta-fakta ini bangunan teoritis itu mustahil. Fakta ilmiah tidak terpisahkan daribahasa yang diungkapkan dalam istilah-istilah dan kumpulan fakta ilmiah membentuksuatu deskripsi ilmiah.
b)     Kebenaran (Truth)
Kebenaran (truth) Sesungguhnya, terdapat berbagai teori tentang rumusan kebenaran. Namun secara tradisional. Kita mengenal lima teori kebenaran yaitu Koherensi, Korespondensi dan Pragmatic, Proposisi dan Paradikmatic diantarannya:
·         Kebenaran Koherensi kebenaran koherensi yaitu adanya kesesuaian atau keharmonisan antara sesuatu yang laindengan sesuatu yang memiliki hirarki yang lebih tinggi dari sesuatu unsur tersebut, baikberupa skema, sistem, atau pun nilai. Koherensi ini bisa pada tatanan sensual rasional maupun pada dataran transendental.
·         Kebenaran Korespondensi Berfikir benar korespondensial adalah berfikir tentang terbuktinya sesuatu itu relevandengan sesuatu lain. Koresponsdensi relevan dibuktikan adanya kejadian sejalan atauberlawanan arah antara fakta dengan fakta yang diharapkan, antara fakta dengan belief yang diyakini, yang sifatnya spesifik.
·         Kebenaran pragmatic Yang benar adalah yang konkret, yang individual dan yang spesifik dan memiliki kegunaan praktis.
·         Kebenaran Proposisi adalah suatu pernyataan yang berisi banyak konsep kompleks, yang merentangdari yang subyektif individual sampai yang obyektif. Suatu kebenaran dapat diperoleh bilaproposisi-proposisinya benar. Dalam logika Aristoteles, proposisi benar adalah bila sesuaidengan persyaratan formal suatu proposisi. Pendapat lain yaitu dari Euclides, bahwaproposisi benar tidak dilihat dari benar formalnya, melainkan dilihat dari benarmaterialnya.
·         Kebenaran struktural paradigmatic sesungguhnya kebenaran struktural paradigmatik ini merupakan perkembangan darikebenaran korespondensi. Sampai sekarang analisis regresi, analisis faktor, dan analisisstatistik lanjut lainnya masih dimaknai pada korespondensi unsur satu dengan lainnya.Padahal semestinya keseluruhan struktural tata hubungan itu yang dimaknai, karena akanmampu memberi eksplanasi atau inferensi yang lebih menyeluruh..
      Konfirmasi Fungsi ilmu adalah menjelaskan, memprediksi proses dan produk yang akan datang, ataumemberikan pemaknaan. Pemaknaan tersebut dapat ditampilkan sebagai konfirmasi absolut atau probalistik. Menampilkan konfirmasi absolut biasanya menggunakan asumsi,postulat, atau axioma yang sudah dipastikan benar. Tetapi tidak salah bilamengeksplisitkan asumsi dan postulatnya. Sedangkan untuk membuat penjelasan, prediksiatau pemaknaan untuk mengejar kepastian probabilistik dapat ditempuh secara induktif,deduktif, ataupun reflektif.,
    Logika inferensi yang berpengaruh lama sampai perempat akhir abad XX adalah logika matematika, yang menguasai positivisme. Positivistik menampilkan kebenaran korespondensi antara fakta. Fenomenologi Russel menampilkan korespondensi antara yangdipercaya dengan fakta. Belief pada Russel memang memuat moral, tapi masih bersifat spesifik, belum ada skema moral yang jelas, tidak general sehingga inferensi penelitian berupa kesimpulan kasus atau kesimpulan ideografik. Post-positivistik dan rasionalistik menampilkan kebenaran koheren antara rasional, koheren antara fakta dengan skema rasio, Fenomena Bogdan dan Guba menampilkan kebenaran koherensi antara fakta dengan skema moral.
Realisme metafisik Popper menampilkan kebenaran struktural paradigmatik rasional universal dan Noeng Muhadji rmengenalkan realisme metafisik dengan menampilkan kebenaranan structural paradigmatik moral transensden. Di lain pihak, Jujun Suriasumantri (1982) menjelaskan bahwa penarikan kesimpulanbaru dianggap sahih kalau penarikan kesimpulan tersebut dilakukan menurut cara tertentu,yakni berdasarkan logika. Secara garis besarnya, logika terbagi ke dalam 2 bagian, yaitu logika induksi dan logika deduksi.

C.    PERANAN FILSAFAT

a.      PERAN FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

Sebagai ilmu, pendidikan Islam bertugas untuk memberikan penganalisaan secara mendalam dan terinci tentang problema-problema kependidikan Islam sampai kepada penyelesaiannya. Pendidikan Islam sebagai ilmu, tidak melandasi tugasnya pada teori-teori saja, akan tetapi memperhatikan juga fakta-fakta empiris atau praktis yang berlangsung dalam masyarakat sebagai bahan analisa.

Oleh sebab itu, masalah pendidikan akan dapat diselasaikan bilamana didasarkan keterkaitan hubungan antara teori dan praktek, karena pendidikan akan mampu berkembang bilamana benar-benar terlibat dalam dinamika kehidupan masyarakat. Antara pendidikan dan masyarakat selalu terjadi interaksi (saling mempengaruhi) atau saling mengembangkan sehingga satu sama lain dapat mendorong perkembangan untuk memperkokoh posisi dan fungsi serta idealisasi kehidupannya. Ia memerlukan landasan ideal dan rasional yang memberikan pandangan mendasar, menyeluruh dan sistematis tentang hakikat yang ada dibalik masalah pendidikan yang dihadapi.
 
Dengan demikian filsafat pendidikan menyumbangkan analisanya kepada ilmu pendidikan Islam tentang hakikat masalah yang nyata dan rasional yang mengandung nilai-nilai dasar yang dijadikan landasan atau petunjuk dalam proses kependidikan. Selanjutnya, tugas filsafat adalah melaksanakan pemikiran rasional analisis dan teoritis (bahkan spekulatif) secara mendalam dan memdasar melalui proses pemikiran yang sistematis, logis, dan radikal (sampai keakar-akarnya), tentang problema hidup dan kehidupan manusia. Produk pemikirannya merupakan pandangan dasar yang berintikan kepada “trichotomi” (tiga kekuatan rohani pokok) yang berkembang dalam pusat kemanusiaan manusia (natropologi centra) yang meliputi:
 (1.Induvidualisme
(2)Sosialitas
(3)Moralitas.

Ketiga kemampuan tersebut berkembang dalam pola hubungan tiga arah yang kita namakan dengan “trilogi hubungan” pengimplementasinya berupa:
  • Hubungan dengan Tuhan, karena ia sebagai makhluk ciptaan-Nya.
  • Hubungan dengan masyarakat karena ia sebagai masyarakat.
  • Hubungan dengan alam sekitar karena ia makhluk Allah yang harus mengelola, mengatur, memanfaatkan kekayaan alam sekitar yang terdapat diatas, di bawah dan di dalam perut bumi ini.
                                                     

b.      PERANAN FILSAFAT ILMU

Filsafat ilmu merupakan sebuah disiplin ilmu penegetahuan, dalam hal ini filsafat ilmu berperan sebagai pengkajian berbagai hakikat keilmuan,  dalam mengembangkan berbagai ilmu pengetahuan filsafat ilmu mempunyai beberapa macam cara di antaranya yaitu:
·         Ontologi
·         Terminologi
·         Aksiologi.
Dari beberapa cara tersebut masing – masing mempunyai peran dan fungsi yang berbeda ontologi berfungsi untuk mengetahui apa yang dikaji dalam pengetahuan tersebut, sedangkan terminolgi berfugsi untuk mengetahui bagaimana kita memproleh ilmu pengetahuan  tersebut, dan yang terakhir aksiologi berfungsi untuk mengetahui bagaimana hakikat ilmu pengetahuan tersebut.
Manusia dengean segenap kemampuan kemanusiaannya seperti perasaan, pengalaman, panca indra dan intuisi mampu menangkap alam kehidupannya mengabtrasikan tangkapan tersebut dalam dirinya dalam berbagai ilmu pengetahuan seperti kebiasaan , akal sehat , seni, sejarah dan filsafat.  Terminology ilmu pengetahuan ini ini adalah  atrifical yang bersifat sementara sebagai alat analisis yang pada pokoknya diartikan sabagai keseluruhan bentuk dari prodok kegiatan manusia dalam usaha untuk mengetahui sesuatu , dalam bahasa inggris cara memproleh pengetahuan ini dinamakan dengan knowledge.

                                                                



 BAB III
                PENUTUP

A.    Kesimpulan


Pada tahap awal kelahiran filsafat sesungguhnya mencakup seluruh ilmu pengetahuan, kamudian berkembang sedemikian rupa menjadi semakin rasional dan sistematis. Seiring dengan perkembangan itu, wilayah pengetahuan manusia semakin luas dan bertambah banyak, tetapi juga semakin mengkhusus atau spesifik. Lalu lahirlah berbagai disiplin ilmu pengetahuan yang satu persatu mulai memisahkan diri dari filsafat. Namun kendati pun demikian, tidak berarti filsafat telah menjadi begitu miskin sehingga tinggal terarah hanya kepada satu permasalahan pokok, dengan wilayah pengetahuan yang semakin sempit dan pada suatu saat akan lenyap sama sekali. Kenyataannya, masalah-masalah pokok yang dihadapi filsafat tak pernah berkurang. Karena banyaknya masalah pokok yang harus dibahas dan dipecahkan, diantara tugas filsafat antara lain termasuk melaksanakan pemikiran rasional analisis dan teoritis (bahkan spekulatif) secara mendalam dan mendasar melalui proses pemikiran yang sistematis, logis, dan radikal (sampai keakar-akarnya), tentang problema hidup dan kehidupan manusia.








DAFTAR PUSTAKA


Ahmad Tafsir, Filsafat Umum, PT. Remaja Rosdakarya Bandung,  2000.
Amsal Bakhtiar, Filsafat Agama, Jakarta : Logos Wacana Ilmu, Cet. II 1999.
Ahmad Tafsir, Op. Cit, hal. 10

Amsal Bakhtiar, Filsafat Agama, Jakarta : 1999.
Muhammad Amien, Epistemologi Islam Pengantar Filsafat Pengetahaun Islam, UI Press, Jakarta, 1983.
Jan Hendrik RaSuparlan Suhartono, Dasar-dasar Filsafat, Ar-Ruzz, Jogyakarta, 2004.



KATA PENGANTAR


Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan rahmat dan karunian-Nya kepada penulis sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik. Didalam makalah ini penulis membahas tentang “PENGERTIAN FILSAFAT DAN PERANAN ” .

Dalam penyusunan makalah ini penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan baik dari segi isi maupun dalam penyajian materinya. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifstnya membangun dari pembaca demi perbaikan makalah ini.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Amin.....




DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................              i
DAFTAR ISI..................................................................................................            ii

BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................             1
BAB II PEMBAHASAN ...............................................................................             2
A.     PENGERTIAN FILSAFAT ..............................................................             2
B.     SUBSTANSI FILSAFAT ..................................................................             6
C.     PERAN FILSAFAT  .........................................................................             9
BAB III PENUTUP........................................................................................            11
            A. Kesimpulan   ................................................................................           11
DAFTAR PUSTAKA   ..................................................................................           12




                                               “MAKALAH”
                                     PENGERTIAN FILSAFAT DAN PERANAN

                 tugas ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah filsafat”
   


                               




Di Susun Oleh :
Ilham Syawalludin
Taofik mubarok
Lia Parlia
Neneng Latifah
Kelas:I A
Fak / Jur:Tarbiyah / PAI
INSTITUT AGAMA ISLAM CIPASUNG (IAIC)
SINGAPARNA-TASIKMALAYA
2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar