BAB I
PENDAHULUAN
I.
Dalil Tentang Fitnah
. يَسْأَلُونَكَ عَنِ
الشَّهْرِ الْحَرَامِ قِتَالٍ فِيهِ قُلْ قِتَالٌ فِيهِ كَبِيرٌ وَصَدٌّ عَنْ سَبِيلِ
اللَّهِ وَكُفْرٌ بِهِ وَالْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَإِخْرَاجُ أَهْل مِنْهُ أَكْبَرُ
عِنْدَ اللَّهِ وَالْفِتْنَةُ أَكْبَرُ مِنَ الْقَتْلِ وَلَا يَزَالُونَ يُقَاتِلُونَكُمْ
حَتَّى يَرُدُّوكُمْ عَنْ دِينِكُمْ إِنِ اسْتَطَاعُوا وَمَنْ يَرْتَدِدْ مِنْكُمْ
عَنْ دِينِهِ فَيَمُتْ وَهُوَ كَافِرٌ فَأُولَئِكَ حَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ فِي الدُّنْيَا
وَالْآخِرَةِ وَأُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ
Mereka bertanya kepadamu tentang berperang pada bulan Haram.
Katakanlah: "Berperang dalam bulan itu adalah dosa besar; tetapi
menghalangi (manusia) dari jalan Allah, kafir kepada Allah, (menghalangi masuk)
Masjidilharam dan mengusir penduduknya dari sekitarnya, lebih besar (dosanya)
di sisi Allah. Dan berbuat fitnah lebih besar (dosanya) daripada membunuh. Mereka
tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu
dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup. Barang siapa yang
murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka
itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah
penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya. (QS Al-Baqarah 217)
إِنَّ الَّذِينَ جَاءُوا بِالْإِفْكِ
عُصْبَةٌ مِنْكُمْ لَا تَحْسَبُوهُ شَرًّا لَكُمْ بَلْ هُوَ خَيْرٌ لَكُمْ لِكُلِّ
امْرِئٍ مِنْهُمْ مَا اكْتَسَبَ مِنَ الْإِثْمِ وَالَّذِي تَوَلَّى كِبْرَهُ مِنْهُمْ
لَهُ عَذَابٌ عَظِيم
“Sesungguhnya
orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan kamu juga.
Janganlah kamu kira bahwa berita bohong itu buruk bagi kamu bahkan ia adalah
baik bagi kamu. Tiap-tiap seseorang dari mereka mendapat balasan dari dosa yang
dikerjakannya. Dan siapa di antara mereka yang mengambil bahagian yang terbesar
dalam penyiaran berita bohong itu baginya azab yang besar. ” (Q.S. An-Nur
24:11)
II.
Pendapat Para Ulama tentang Fitnah
Makna
satu kata, Fitnah
Seringkali
para juru dakwah menyebut-nyebut kata fitnah, dalam berbagai bahasan.
Seringkali pula mereka beranggapan bahwa masyarakat Indonesia sudah begitu
akrab dengan kata tersebut, sehingga mereka pasti paham. Padahal sesungguhnya
tidaklah demikian. Berbagai realitas -termasuk yang saya dengar-, menunjukkan
bahwa ada kesalahpahaman besar seputar pemaknaan kata tersebut, di tengah
masyarakat kita, saat kata itu disebutkan oleh seorang juru dakwah. Pasalnya,
kata tersebut berbeda makna dalam bahasa kita, Indonesia, dibandingkan makna
kata itu di dalam bahasa Arab. Sementara kerap disampaikan para juru dakwah
adalah makna kata itu dalam bahasa Arab.
Dalam bahasa Indonesia, kata fitnah, seperti disebutkan dalam banyak
kamus bahasa Indonesia adalah: menuduh tanpa bukti. Dalam bahasa Arab, kata itu
berarti buhtaan. Seperti disebutkan dalam hadits tentnag ghibah, yang kesohor
itu.
Sehingga, ketika seorang juru dakwah mengatakan, “seorang pria
muslim tidak boleh berduaan dengan seorang wanita muslimah yang bukan
muhrimnya, karena dikhawatirkan terjadi fitnah….” kebanyakan masyarakat
Indonesia akan memahaminya.’…..khawatir mereka berdua akan difitnah. Yakni,
dituduh berbuat mesum dan sejenisnya.’ Padahal yang dimaksud juru dakwah
tersebut,’….khawatir akan terjadi bencana. Yakni bencana maksiat, mulai dari
yang paling ringan, hingga perzinaan.’
BAB II
PEMBAHASAN
III. Menguraikan
1. Pengertian
Fitnah dalam bahasa Arab disebut
الفتنة,
Menurut Kamus Besar bahasa Indonesia, kata Fitnah diartikan sebagai perkataan
yang bermaksud menjelekkan orang. Fitnah yaitu komunikasi dengan satu orang
atau lebih yang bertujuan untuk memberikan stigma negatif atas suatu peristiwa
yang dilakukan berdasarkan fakta palsu yang dapat mempengaruhi penghormatan,
wibawa atau reputasi. Fitnah juga diartikan sebagai Kekufuran seperti yang
dijelaskan dalam surat Al-Baqoroh:217, dan Kesesatan seperti yang dijelaskan
dalam surat Al-Maidah: 41.
Maksud Fitnah
Kata "fitnah" asalnya diserap daripada bahasa Arab, dan
pengertian asalnya adalah "cobaan" atau "ujian". Maksud dan
pengertian fitnah jika diselak lebar al-Quran dan hadis adalah sebagaimana
berikut.
A.
Kufur/Kafir
Friman Allah Subhanahu Wata’ala yang bermkasud:
“Mereka
bertanya kepadamu tentang berperang pada bulan Haram. Katakanlah: “Berperang
dalam bulan itu adalah dosa besar; tetapi menghalangi (manusia) dari jalan
Allah, kafir kepada Allah, (menghalangi masuk) Masjidilharam dan mengusir
penduduknya dari sekitarnya, lebih besar (dosanya) di sisi Allah . Dan berbuat
fitnah lebih besar (dosanya) daripada membunuh…” (Al Baqarah: 217)
Firman-Nya lagi yang bermaksud:
“Dan
perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi dan (sehingga) ketaatan
itu hanya semata-mata untuk Allah. Jika mereka berhenti (dari memusuhi kamu),
maka tidak ada permusuhan (lagi), kecuali terhadap orang-orang yang zalim” (Al
Baqarah: 193)
Kata fitnah dalam ayat ini menurut para ulama tafsir adalah
bermaksud ‘kekafiran’ atau ‘kemusyrikan’. Iaitu bahawa mereka itu menyebarkan
kekafiran.
B. Bencana
Sabda
nabi Sallallhu alaihi Wasallam yang bermaksud:
“Apabila
datang (meminang) kepada kamu seorang pemuda yang kamu sukai agama dan
akhlaknya, maka kahwinkanlah dia dengan anak perempuan mu. Dikhuatiri akan
terjadi fitnah (bencana) dan kerosakan yang besar di muka bumi.”
Perkataan fitnah dalah hadis ini memberikan maksud bencana atau
musibah yang akan berlaku sekiranya perkahwinan ditangguhkan. Ini kerana syarat
pemuda soleh itu adalah sebaik-baik pilihan untuk dijadikan suami kepada
anak-anak perempuan.
C. Konflik
Firman
Allah Subhanahu Wata’ala yang bermaksud:
“Dia-lah
yang menurunkan Al Kitab (Al Qur’an) kepada kamu. Di antara (isi) nya ada
ayat-ayat yang muhkamaat, itulah pokok-pokok isi Al qur’an dan yang lain
(ayat-ayat) mu-tasyaabihaat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong
kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang
mutasyaabihaat daripadanya untuk menimbulkan fitnah untuk mencari-cari
ta’wilnya, padahal tidak ada yang mengetahui ta’wilnya melainkan Allah…” (Ali
Imran: 7)
Terdapat sebagian orang Islam yang hanya menggunakan semata-mata
penilaian mengikut aspek rasional. Sengaja mencari penafsiran ayat melalui
pendekatan logika akal manusia yang terbatas semata-mata, sehingga melencong
dari tafsiran yang tepat. Tujuan mereka semata-mata menyebar fitnah, iaitu
mencari konflik dan perselisihan dengan sesama muslim.
Inilah penjelasan kepada ayat ini yang dengan jelas menyebut
perkatan fitnah. Ia bermaksud menimbulkan konflik dan kekeliruan dalam
masyarakat. Ia juga disebut sebagai propaganda.
D. Tipu
Firman
Allah Subhanahu Wata’ala yang bermaksud :
“Kemudian tiadalah fitnah mereka, kecuali mengatakan: “Demi Allah,
Tuhan kami, tiadalah kami mempersekutukan Allah” (Al An’am: 23)
Fitnah yang dimaksud dalam ayat ini adalah ucapan tipu dan dusta,
untuk membela diri mereka di hadapan Allah. Padahal Allah mengetahui hakikat
mereka, dan apa yang tersembunyi dalam hati mereka.
E. Binasa
Firman
Allah Subhanahu Wata’ala: yang bermaksud:
“Di
antara mereka ada orang yang berkata: “Berilah saya keizinan (tidak pergi
berperang) dan janganlah kamu menjadikan saya terjerumus dalam fitnah.”
Ketahuilah bahwa mereka telah terjerumus ke dalam fitnah . Dan sesungguhnya
Jahannam itu benar-benar meliputi orang-orang yang kafir” (At Taubah: 49)
Dalam ayat ini kaum munafik di masa Nabi sallallahu ‘alaihi
wasallam enggan menyertai peperangangan kerana menganggap itu adalah suatu
kebinasaan (fitnah). Padahal sesungguhnya mereka telah berada dalam kebinasaan
dengan sifat munafik. Iaitu kebinasaan diri mereka di akhirat kelak dengan
balasan neraka yang paling bawah.
F. Gangguan
Firman
Allah Subhanahu Wata’ala: yang bermaksud:
“Dan
di antara manusia ada orang yang berkata: “Kami beriman kepada Allah”, maka
apabila ia disakiti (karena ia beriman) kepada Allah, ia menganggap fitnah
(gangguan) manusia itu sebagai azab Allah . Dan sungguh jika datang pertolongan
dari Tuhanmu, mereka pasti akan berkata: “Sesungguhnya kami adalah bersamamu”.
Bukankah Allah lebih mengetahui apa yang ada dalam dada semua manusia?” (Al
Ankabut: 10)
Dalam ayat ini, kata fitnah membawa maksud ganguan. Inilah sifat
biasa manusia yang menganggap ujian Allah dalam bentuk gangguan manusia sebagai
azab.
2. Sifat dan Karakteristik
Inilah gambaran orang yang suka memfitnah (mengadu domba) :Pengecut
dan curang. Orang yang suka memfitnah tidak mampu bersaing secara sehat.
· Pendusta.
Dusta/bohong menjadi menu utama dalam aksinya untuk memfitnah dan mengadu domba
orang lain.
· Hidup
dan kehidupannya dihantui oleh prasangka buruk.
· Suka
memata-matai dan mencari-cari kesalahan orang lain. Dia asyik sekali membongkar
rahasia, keburukan dan kebusukan seseorang, ketika orang itu tidak ada. Dan
ketika orang itu datang, maka pembicaraan pun berhenti dengan sendirinya,
kemudian berganti dengan memuji dan menyanjung. Ini adalah perbuatan hina dan jijik.
· Iri, dengki dan sombong selalu menempel di
hatinya, bahkan menjadi darah daging. Ketika dia merasa gagal, iri dan dengki
yang muncul. Namun, ketika memperoleh kesuksesan, dia sombong dan hidup
melampaui batas.
· Hubbuddunya (lebih cinta kepada gemerlap
duniawi daripada cinta kepada Allah)
· Aqidahnya telah rusak, karena lebih takut
kepada manusia daripada takut kepada Allah. Dia rela memfitnah dan mengadu
domba orang lain agar posisi dan jabatannya aman. Yang terpenting baginya
adalah uang dan jabatan. Dengan kata lain, orang yang suka mengadu domba adalah
penjilat bermuka dua.
· Kufur ni'mat. Orang yang suka memfitnah
adalah orang yang tidak bersyukur atas ni'mat Allah. Karena akal, hati dan
raganya digunakan untuk merugikan orang lain.
· Menghalalkan segala cara untuk kepentingan
pribadi. Hatinya terdorong untuk mengeruk keuntungan dengan jalan pintas.
Bahkan tega mengorbankan sahabat dan kelompok seperjuangan.
· Orang yang suka memfitnah dan mengadu domba
berpotensi menjadi pengkhianat.
3. Menghindari Akhlak Tercela (Fitnah)
Untuk
menghindari fitnah ada beberapa tips yang perlu diperhatikan.
1) angan reaktif, jangan
merespon dengan cepat berita-berita yang masih berkategori “katanya...”.
Reaktif tidak diperlukan dan tidak akan menyelesaikan masalah. Karena sikap
reaktif cenderung lebih tergesa-gesa. Ada ungkapan al khabar kal ghabar (berita
itu seperti debu) melayang ke mana-mana dan tidak bertuan.
2) Pastikan bahwa berita itu
ada pembawanya. Sumber berita adalah penentu kebenaran berita itu sendiri,
terkadang berita dari satu tempat ke tempat lain sudah tidak akurat dan banyak
dibumbuhi atau di sisipi berita lain.
3) Tabayyun. Perjelas lagi berita itu kepada sumber aslinya. Inilah
yang di ingatkan oleh QS: al Hujurat:6
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا إِنْ
جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَأٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا
عَلَى مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ
.
"Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang
fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak
menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang
menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu."
4) Jika memang apa yang diberitakan itu benar
terjadi tetapi tidak kita inginkan selesaikan dengan cara dewasa dan penuh
kesadaran serta kasih sayang antar sesama.
Apa yang dapat kita lakukan sebagai upaya membentengi hati dari
fitnah (adu domba) dan memeranginya :
1) Mulailah segala
aktivitas dengan niat yang benar, yang baik dan tulus hanya untuk mendapatkan
ridho Allah.
2) Mintalah ridho dan
restu orangtua, mintalah kepada orangtua untuk mendoakan agar kita selamat.
3) Berpikir positif
(husnuzhon). Jangan memandang / menilai seseorang dari sisi negatifnya. saja.
4) Perbanyaklah mengingat
Allah (zikrullah), karena zikir kepada Allah dapat melembutkan hati dan
menyehatkan akal.
5) Hati-hati dalam
berbicara, bertindak dan dalam menerima informasi/berita. Gunakan akal sehat
dan hati yang sholeh untuk menganalisa dan menemukan kebenaran dari setiap
informasi/berita. Jangan lupa untuk memohon petunjuk dari Allah dengan sholat
istikhoroh.
6) Hati-hati terhadap
kesenangan dunia, jabatan dan kedudukan.
7) Hati-hati dalam
mengemban amanah. Laksanakan amanah dengan mengedepankan kejujuran dan penuh
tanggungjawab.
8) Jika cinta Islam, maka
ikuti aturan Islam. Perdalamlah ilmu agama dengan rajin mengikuti majelis ilmu
atau pengajian dan mengamalkan ajaran Islam dalam hidup dan kehidupan
sehari-hari.
9) Amar Ma'ruf Nahi
Mungkar. Jangan pernah membenci manusia, karena benci kepada ciptaan Allah
berarti benci kepada Allah. Bencilah kepada perilakunya yang negatif. Selalu mengajak
sahabat-sahabat kita untuk berbuat baik dan mengingatkannya jika berbuat
kemunkaran dan maksiat.
10) Senantiasa bersyukur
kepada Allah. Rajinlah bershodaqoh kepada fakir miskin dan anak yatim, sebagai
perwujudan rasa syukur kita kepada Allah.
4. Nilai
Negatif dari Fitnah
Keutuhan masyarakat tercipta apabila anggota-anggotaynya saling
mempercayai dan kasih-mengasihi. Ini mengharuskan masing-masing anggota
mengenal yang lain sebagai manusia yang baik, bahkan menganggapnya tidak
memiliki keburukan. Dengan menggunjing, keburukan orang lain ditonjlkan, rasa
percaya dari kasih itu sirna. Ketika itu benih perpecahan tertanam. Menggunjing
apalagi memfitnah seseorang , berarti merusak keutuhan masyarakat satu demi
satu, sehingga pada akhirnya meruntuhkan bangunan masyarakat.
Orang yang memfitnah dan menggunjing berarti menunjukkan kelemahan
dan kemiskinannya sendiri. Seandainya kuat dalam argumentasi, tentu tidak perlu
mengada-ada. Apabila tidak miskin dalam pengetahuan, mestinya tidak perlu
menjadikan keburukan orang seagai bahan pembicaraan, masih banyak bahan
pembicaraan yang lain.
Suatu ketika Nabi Isa as., bersama murid-muridnya menemukan bangkai
binatang yang telah membusuk. Para murid beliau berkata,”Alangkah busuk bau
bangkai ini.” Mendengar hal itu, Nabi isa as., mengarahkan mereka sambil
berkata, “Lihatlah betapa putih giginya.” Dari kisah di atas dapat disimpulkan
bahwa seseorang harus melihat isi positif pada suatu yang negatif dan berusaha
menemukan kebaikan dalam suatu yang terliht buruk.
Selain itu, apabila yang kita tuduhkan itu salah dan tidak
terbukti, maka kita akan menjadi orang yang dibenci masyarakat, sungguh
merugikan. Naudzubillah.
BAB III
KESIMPULAN
IV. Kesimpulan
Fitnah merupakan penyakit hati yang sangat berbahaya. Karena dampak
yang ditimbulkan selalu negatif, tidak akan pernah positif. Luka yang
digoreskan/ditusukkan oleh fitnah lebih tajam daripada pedang. Kehancuran
akibat fitnah lebih dahsyat daripada bombardir senjata rudal. Fitnah dapat
merusak tali silaturahim, merusak persatuan dan kesatuan,
merugikan/mencelakakan/menyengsarakan orang lain, bahkan dapat menghancurkan
Islam, mengotori perjuangan.
Jadi, Fitnah dan adu domba merupakan bentuk kezholiman, yang
ditegakkan atas tiga perkara yaitu berpondasi pada kedustaan, kedengkian
sebagai alasnya dan kemunafikan sebagai atapnya. Orang yang suka memfitnah dan
mengadu domba berjalan dengan baju kesombongan, mengikuti kehendak hawa nafsu
dan bujukan syetan. Otaknya dikotori dengan prasangka buruk. Hatinya beku,
sulit menerima kebenaran, merasa dirinya paling benar dan paling berjasa
sehingga merasa tidak enak dan cemburu ketika orang lain mendapat kesuksesan.
Kebahagiannya di atas penderitaan orang lain. Kehidupannya terlena dengan tipu
daya syetan. Aqidah dan idealismenya dijual hanya untuk memperoleh kesenangan
dunia. Ingatlah, Rasulullah SAW bersabda, "Aku tidak khawatir kalian
miskin, tetapi aku khawatir (kalian mendapatkan) dunia (lalu) kalian bersaing
dalam urusan dunia itu." (HR. Ahmad)
Kita harus waspada dan hati-hati terhadap fitnah dan adu domba,
juga terhadap orang yang suka memfitnah dan mengadu domba. Karena mereka
tergolong orang yang munafik, kufur ni'mat dan berpotensi menjadi pengkhianat.
V. Tinjauan Masa Kini terhadap Fitnah
Pada zaman sekarang sudah banyak orang yang saling tuduh menuduh
dan saling mengadu domba pada setiap masalah yang sedang terjadi. Hal seperti
ini banyak terjadi dikalangan masyarakat yang rasa kekeluargaannya sudah mulai
pudar, selain itu juga banyak terjadi di kalangan pemerintahan. Di kalangan
pemerintahan, banyak sekali dugaan yang belum tentu benar adanya mengenai
masalah amanah dan tugas yang diemban. Seperti tuduhan korupsi, tuduhan
penggelapan uang dan lain-lain.\
Jika di masyarakat umum, fitnah yang terjadi kebanyakan disebabkan
ke-iri hatian seseorang terhadap orang
lain. Contohnya ketika salah seorang diantara tetangga ada yang membeli mobil
baru, tetangga yang lain menuduh yang bukan-bukan, karena nyatanya dia tak
mampu menjadi seperti tetangganya. Sehingga menyebabkan perpecahan terjadi
diantara keduanya.
VI. Solusi
Jadi, untuk mengatasi hal yang sering terjadi tersebut, kita harus
mempunyai sifat transparansi agar orang lain tidak mudah curiga dengan kita.
Selain itu, jangan terlalu menghiraukan fitnah itu sampai ada bukti yang memang
jelas adanya.
MAKALAH
FITNAH
Diajukan
Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Mata
Pelajaran Akidah Akhlak
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 10
Ø GILANG TW
Ø ENDANG PURNAMA
Ø DHYA BULAN
Ø NENG NELI SINSIN SILVIANI
KELAS : XI IPS – 2
MADRASAH
ALIYAH NEGERI CIPASUNG
SINGAPARNA
– TASIKMALAYA
2014
KATA PENGANTAR
Segala puji dan
syukur kita panjatkan kepada Allah SWT.
yang telah memberi berbagai nikmat dan kesehatan serta kekuatan, sehingga bisa
menyusun makalah ini.
Penyusunan
makalah ini adalah sebagai salah satu pemenuhan tugas mata pelajaran Aqidah
Akhlak.
Mohon maaf
apabila makalah ini jauh dari kesempurnaan, karena sesungguhnya, kesempurnaan
hanya milik Allah, dan saya disini hanya sebagai pelajar yang masih belajar dan
berusaha untuk memenuhi tugas dalam perjalanan saya selama belajar.
Terimakasih
kepada Ibu guru, yang telah membingbing saya dalam belajar selama ini.
Mudah-mudahan makalah ini bermanfaat.
Cipasung 21,
Januari 2014
Penulis
Kelompok 10
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR............................................................................... i
DAFTAR
ISI.............................................................................................. ii
BAB I
PENDAHULUAN
I.
Dalil tentang Fitnah....................................................................... 1
II.
Pendapat para ulama..................................................................... 2
BAB.
II PEMBAHASAN
III. Menguraikan................................................................................. 3
1. Pengertian Fitnah .............................................................. 3
2. Sifat dan
karakteristik ....................................................... 5
3. Menghindari Akhlak
Tercela (Fitnah).............................. 6
4. Nilai Negatif dari
Fitnah.................................................... 7
BAB III
KESIMPULAN
IV. Kesimpulan.................................................................................... 9
V. Tinjauan Masa Kini Terhadap Fitnah......................................... 10
VI.Solusi...............................................................................................
10
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
REFERENSI
WJS.
Poerwadarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
1986). Mochtar Effendy, Ensklopedi Agama dan Filsafat, (tt: Universitas
Sriwijaya, 2001). Mawardi Labay El-Shulthani, Lidah Tidak Bertulang,
(Jakarta: Al-Mawardi Prima, 2002). Ahmad Abdul Ghaffar, Agar Harta tidak
Menjadi Fitnah, (Jakarta: Gema Insani, 2004). Jamaluddin Muhammad bin
Mukaram Ibnu Mandhur, Lisanul ‘Arab, (Libanon, Beirut: Dar Kodir,
t.th.). Ahmad bin ‘Aly bin Hajar, FathulBari Syarh Shahihil Bukhari,
(Beirut: Dar al-Fikr, t.th.).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar