MAKALAH
NDP KONSEPSI ISLAM TENTANG KETUHANAN DAN KEMANUSIAAN
DISUSUN
OLEH:
UJANG
AHYA AL-ANSHORI
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
CABANG TASIKMALAYA
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang
Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga
saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang
sangat sederhana.
Kecintaan kepada Allah, ikhlas
beramal hanya karena Allah, serta mengabdikan diri dan tawakal sepenuhnya
kepada-Nya, merupakan nilai keutamaan yang perlu diperhatikan dan
diutamakandalam menyempurnakan cabang-cabang keimanan.
Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena
pengalaman yang saya miliki sangat kurang. Oleh karena itu saya harapkan semoga
Makalah ini yang berjudul NDP KONSEPSI ISLAM TENTANG KETUHANAN DAN
KEMANUSIAAN di tunjukan untuk persyaratan mengikuti LK2.
Tasikmalaya, Januari 2014
Penyusun
DAFTAR ISI
KATAPENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
BAB II
PEMBAHASAN
A.
FILSAFAT KETUHANAN
DALAM ISLAM
B.
PEMBUKTIAN
WUJUD TUHAN
C.
PROSES
TERBENTUKNYA IMAN
D.
KEIMANAN DAN
KETAKWAAN
E.
Konsep Manusia menurut Psikologi dan
Islam
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Seorang muslim
yang paripurna adalah nalar dan hatinya bersinar, pandangan akal dan hatinya
tajam, akal pikir dan nuraninya berpadu dalam berinteraksi dengan Allah dan
manusia, sehingga sulit diterka mana lebih dulu berperan kejujuran jiwanya atau
kebenaran akalnya. Sifat kesempurnaan ini merupakan karakter Islam, yaitu agama
yang membangun kemurnian aqidah atas dasar kejernihan akal dan membentuk pola
pikir teologis yang menyerupai bidang-bidang ilmu eksakta, karena dalam segi
aqidah, Islam hanya menerima hal-hal yang menurut ukuran akal sehat dapat
diterima sebagai ajaran aqidah yang benar dan lurus.
1. KONSEP KETUHANAN
Konsep
ketuhanan dalam islam mulai muncul setelah wafat-Nya Rasulullah Muhammad SAW.
Karena muncul beberapa aliran yang sifatnya tradisional dan modern. Sering
sekali terjadi pendapat dan tafsiran terhadap Al-quran dan Hadits. Ada yang
melihat secara tekstual dan ada yang melihat secara kontekstual.
Dalam islam
konsep ketuhanan merupakan hal utama dan paling awal yang harus diperbaiki
karena itu merupakan pondasi yang menopang kehidupan keislamannya nanti.
Pondasi itu harus benar-benar kuat dan kokoh karena kalau tidak itu akan
mengurangi hakekat keislaman seorang manusia.
Pembuktian
wujud tuhan seorang islam atau pembuktian wujud Allah sangatlah susah karena
tidak ada yang pernah dan bisa melihat Allah tapi hal yang harus kita ketahui
bahwa manusia tidak mungkin bisa ada tanpa pencipta, dunia dan alam ini tidak
mungkin bisa ada tanpa pencipta.Tidak mungkin semua hal itu bisa ada tanpa
adanya sang pencipta. Dan penciptanya itu adalah Allah. Manusia, hewan, dan
alam ini adalah akibat sedangkan akibatnya adalah Allah SWT.
Keimanan
seseorang tumbuh dari lingkungan, seorang anak yang lahir dari keluarga yang
bagus ibadahnya kemungkinan besar ibadahnya juga bagus, keimanan akan tumbuh
dengan baik ketika kita pelihara, harus ada pembiasaan dalam melakukan ibadah.
Beriman kepada
Allah tidak hanya sekedar mengucapkan tapi harus dikuatkan dalam hati dan
dibuktikan lewat perbuatan. Perbuatan yang kami maksud adalah perbuatan yang
sesuai dengan ajaran agama islam.
2.
KONSEP
KEMANUSIAAN
Manusia menurut
Alexis Carrel dalam bukunya Man, the unknown adalah sebuah misteri.
Pertanyaan sekitar apa dan siapa manusia itu ? yang mencerminkan hakekat
kemanusiaan itu sampai sekarang tak kunjung tuntas. Meskipun telah banyak
dilakukan penelitian tentang manusia terutama yang dilakukan oleh psikologi,
tetapi problema seputar manusia masih banyak yang tidak terjawab.
Dengan seiring
perkembangan zaman saat ini banyak ilmu-ilmu sosial yang memandang bahwa manusia
adalah makhluk yang berada dalam keadaan sekarat dan tinggal menunggu ajal (man is dead or dying)
sehingga dengan fenomena ini manusia layaknya barang yang dapat diolak-alik
sedemikian rupa (posmodernisme).
Memahami kondisi tersebut, tugas
kita adalah mengubah atau membangun konsep baru tentang manusia yang
ujung-ujungnya bukan mengobyektifikasi manusia, akan tetapi bagaiman cara
memandang dan menempatkan manusia secara benar dalam arti yang sesungguhnya.
Disini Agama menjadi sandaran yang seharusnya membangun paradigma baru tentang
ilmu pengetahuan.
B. RUMUSAN MASALAH
1Seperti apakah
filsafat ketuhanan dalam islam ?
3.
Bagaimana
pembuktian wujud tuhan dalam islam ?
4.
Bagaimana
proses terbentuknya iman ?
5.
Bagaimana
keimanan dan ketakwaan seseorang ?
6.
Bagaimana konsep manusia menurut
islam?
BAB II
PEMBAHASAN
A. FILSAFAT KETUHANAN DALAM ISLAM
Syukur, yaitu
sikap berterima kasih atas apa saja yang diberikan Allah atau sesame manusia.
Bersyukur kepada Allah adalah sikap berterima kasih terhadap apa saja yang telah
diberikan Allah, baik dengan ucapan maupun perbuatan. Bersyukur dengan
perbuatan adalah mengucapkan hamdalah sedangkan bersyukur Filsafat Ketuhanan
adalah pemikiran tentang Tuhan dengan pendekatan akal budi, maka dipakai
pendekatan yang disebut filosofis. Bagi orang yang menganut agama tertentu
(terutama agama Islam, Kristen, Yahudi) akan menambahkan pendekatan wahyu di
dalam usaha memikirkannya. Jadi Filsafat Ketuhanan adalah pemikiran para
manusia dengan pendekatan akal budi tentang Tuhan. Usaha yang dilakukan manusia
ini bukanlah untuk menemukan Tuhan secara absolut atau mutlak, namun mencari
pertimbangan kemungkinan-kemungkinan bagi manusia untuk sampai pada kebenaran
tentang Tuhan.
Meyakini adanya
Tuhan adalah masalah fithri yang tertanam dalam diri setiap manusia, namun
karena kecintaan mereka kepada dunia yang berlebihan sehingga mereka disibukkan
dengannya, mengakibatkan mereka lupa kepada Sang Pencipta dan kepada jati diri
mereka sendiri. Yang pada gilirannya, cahaya fitrah mereka redup atau bahkan
padam.
Walaupun
demikian, jalan menuju Allah itu banyak. Para ahli ma’rifat berkata, “Jalan-jalan
menuju ma’rifatullah sebanyak nafas makhluk.” Salah satu jalan
ma’rifatullah adalah akal. Terdapat sekelompok kaum muslim, golongan ahli Hadis
(Salafi) atau Wahabi, yang menolak peran aktif akal sehubungan dengan
ketuhanan. Mereka berpendapat, bahwa satu-satunya jalan untuk mengetahui Allah
adalah nash (Al Quran dan Hadis). Mereka beralasan dengan adanya sejumlah ayat
dan riwayat yang secara lahiriah melarang menggunakan akal (ra’yu). Padahal
kalau kita perhatikan, ternyata Al Quran dan Hadis sendiri mengajak kita untuk
menggunakan akal, bahkan menggunakan keduanya ketika menjelaskan keberadaan
Allah.
Perkataan
Illah, yang selalu diterjemahkan "Tuhan" Dalam bahasa Alquran
dipakai untuk menyatakan berbagai objek yang dibesarkan dan dipentingkan oleh
manusia. misalnya dalam
ayat yang menunjukkan
bahwa perkataan illah bisa mengandung arti berbagai benda, baik abstrak (nafsu
atau keinginan pribadi) maupun benda nyata (Fir’aun atau penguasa yang dipatuhi
dan dipuja). Untuk dapat mengerti dengan definisi Tuhan atau Illah yang tepat,
berdasarkan logika Alquran sebagai berikut :
Tuhan (Ilah)
ialah sesuatu yang dipentingkan (dianggap penting) oleh manusia sedemikian
rupa, sehingga manusia merelakan dirinya dikuasai oleh-Nya.
Dalam ajaran
islam diajarkan “la ilaaha illa Allah”. Susunan kalimat tersebut dimulai
dengan peniadaan, yaitu “tidak ada Tuhan”, kemudian baru diikuti dengan
penegasan “melainkan Allah”. Hal itu berarti seorang muslim harus
membersihkan diri dari segala macam tuhan terlebih dahulu, sehingga yang ada
dalam hatinya hanya ada satu Tuhan yaitu Allah.
B. PEMBUKTIAN WUJUD TUHAN
Adanya alam
organisasinya yang menakjubkan dan rahasianya yang pelik, tidak boleh
memberikan penjelasan bahwa ada sesuatu kekuatan yang telah menciptakannya,
suatu akal yang tidak ada batasnya. Setiap manusia normal percaya bahwa dirinya
“ada” dan percaya pula bahwa alam ini “ada”. Dengan dasar itu dan dengan
kepercayaan inilah dijalani setiap bentuk kegiatan ilmiah dan kehidupan.
Jika percaya
tentang eksistensi alam, maka secara logika harus percaya tentang adanya
Pencipta Alam. Pernyataan yang mengatakan: percaya adanya makhluk, tetapi
menolak adanya Khaliq adalah suatu pernyataan yang tidak benar. Belum pernah
diketahui adanya sesuatu yang berasal dari tidak ada tanpa diciptakan. Segala
sesuatu bagaimanapun ukurannya, pasti ada penyebabnya. Oleh karena itu
bagaimana akan percaya bahwa alam semesta yang demikian luasnya, ada dengan
sendirinya tanpa pencipta ?
Dalam al-Quran,
penggambaran tentang pengakuan akan eksistensi Tuhan dapat ditemukan dalam Q.S al-Ankabut,
29: 61-63. Dalam ayat 61-63 dijelaskan bahwa: “bangsa arab yang penyembah
berhala tidak menolak eksistensi pencipta langit dan bumi".
Berdasarkan
kandungan ayat ini, dapat dipahami bahwa bangsa arab sesungguhnya telah
memahami dan meyakini akan eksistensi tuhan sebagai pencipta langit dan bumi
serta pengaturnya. Namun menurut al-Quran, ada segelintir anak manusia yang
menolak eksistensi tuhan, seperti penggambaran al-Quran dalam Q.S.
al-Jasyiah (45): 24. Ayat ini menegaskan bahwa:
“mereka
berkata: kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan didunia saja, kita mati
dan kita hidup, dan tidak ada yang membinasakan kita selain masa.” Penolakan akan
eksistensi Tuhan oleh sebagian kecil manusia itu hanya didasarkan pada dugaan
semata dan tidak didasarkan pada pengetahuan yang meyakinkan seperti ditegaskan
dalam klausa penutup ayat 24 tersebut, yaitu: "mereka sekali
kali tidak mempunyai pengetahuan tentang itu, mereka tidak lain hanyalah
menduga-duga saja."
Banyak sekali
ayat yang terkandung dalam Al-Quran yang menjelaskan tentang keberadaan Allah
sebagai tuhan semesta alam seperti yang terkandung dalam surah Ali-Imran
ayat 62 yang artinya “sesungguhnya ini adalah kisah yang benar. Tidak
ada Tuhan selain Allah dan sungguh Allah MahaPerkasa, Mahabijaksana."
Ke-Esaan Allah
adalah mutlak. Ia tidak dapat didampingi atau disejajarkan dengan yang lain.
Sebagai umat Islam, yang mengikrarkan kalimat syahadat "La ilaaha illa
Allah" harus menempatkan Allah sebagai prioritas utama dalam setiap
tindakan dan ucapannya.
C. PROSES TERBENTUKNYA IMAN
Benih iman yang
dibawah sejak dalam kandungan memerlukan pemupukan yang berkesinambungan. Benih
yang unggul apabila tidak disertai pemeliharaan yang intensif, besar
kemungkinan menjadi punah. Demikian pula halnya dengan benih iman. Berbagai
pengaruh terhadap seseorang akan mengarahkan iman/kepribadian seseorang, baik
yang datang dari lingkungan keluarga, masyarakat, pendidikan, maupun lingkungan
termasuk benda-benda mati seperti cuaca, tanah , air dan lingkungan flora serta
fauna.
Pengaruh
pendidikan keluarga secara langsung maupun tidak langsung, baik yang disengaja
maupun tidak disengaja amat berpengaruh terhadap iman seseorang. Tingkah laku
orang tua dalam rumah tangga senantiasa merupakan contoh dan teladan bagi
anak-anak. Dalam hal ini Nabi SAW bersabda: “setiap anak, lahir membawa
fitrah, Orang tuanya yang berperan menjadikan anak tersebut menjadi Yahudi,
Nasrani atau majusi”.
Pada dasarnya,
proses pembentukan iman juga demikian. Diawali dengan proses perkenalan,
kemudian meningkat menjadi senang atau benci. Mengenal ajaran Allah adalah
langkah awal dalam mencapai iman kepada Allah. Jika seseorang tidak mengenal
ajaran Allah, maka orang tersebut tidak mungkin beriman kepada Allah.
Disamping
proses pengenalan, proses pembiasaan juga perlu diperhatikan, karena tanpa
pembiasaan, seseorang bisa saja semula benci berubah menjadi senang. Seorang anak
harus dibiasakan untuk melaksanakan apa yang diperintahkan Allah dan menjauhi
hal-hal yang dilarang-Nya, agar kelak setelah dewasa menjadi senang dan
terampil dalam melaksanakan ajaran-ajaran Allah.
D. KEIMANAN DAN KETAKWAAN
Iman atau
kepercayaan merupakan dasar utama dalam memeluk suatu agama karena dengan
keyakinan dapat membuat orang untuk melakukan apa yang diperintahkan dan apa
yang dilarang oleh keyakinannya tersebut atau dengan kata lain iman dapat
membentuk orang jadi bertaqwa.
Dalam surah
Al-Baqarah ayat 165 dikatakan bahwa orang beriman adalah orang yang amat
sangat cinta kepada Allah. Oleh karena itu beriman kepada Allah berarti amat
sangat cinta dan yakin terhadap ajaran Allah yaitu Al-Quran. Jika kita
ibaratkan dengan sebuah bangunan, keimanan adalah pondasi yang menopang
segala sesuatu yang berada diatasnya, yang kokoh tidaknya bangunan itu sangat
tergantung pada kuat tidaknya pondasi tersebut. Meskipun demikian keimanan saja
tidak cukup ia harus diwujudkan dengan amal perbuatan yang baik, yang sesuai
dengan ajaran agama yang kita anut. Keimanan tidaklah sempurna jika hanya
diyakini dalam hati tapi juga harus diwujudkan dengan diikrarkan oleh lisan dan
dibuktikan dengan tindakan dalam kehidupan sehari-hari.
Keimanan adalah
perbuatan yang bila diibaratkan pohon, mempunyai pokok dan cabang. Iman bukan
hanya berarti percaya, melainkan keyakinan yang mendorong seorang muslim
berbuat amal shaleh.seseorang dikatakan beriman bukan hanya percaya terhadap
sesuatu, melainkan mendorongnya untuk mengucapkan dan melakukan sesuatu sesuai
keyakinannya
Berbicara
masalah keimanan, kita bisa melihat takaran keimanan seseorang dari
tanda-tandanya seperti :
1. Jika menyebut atau mendengar nama Allah
hatinya bergetar, dan berusaha agar Allah tidak lepas dari ingatannya.
2. Senantiasa tawakkal, yaitu bekerja keras
berdasarkan keimanan
3. Tertib dalam melaksanakan shalat dan selalu
melaksanakan perintahnya
4. Menafkahkan rizky yang diperolehnya di jalan
Allah
5. Menghindari perkataan yang tidak bermanfaat
dan menjaga kehormatan
6. Memelihara
amanah dan menepati janji
Manfaat dan
pengaruh Iman dalam kehidupan manusia :
1. Iman
melenyapkan kepercayaan kepada kekuasaan benda
2. Iman
menanamkan semangat berani menghadapi maut
3. Iman
memberikan ketentramann jiwa
4. Iman
mewujudkan kehidupan yang baik
5. Iman
melahirkan sikap ikhlas dan konsekuen
Takwa berasal
dari kata waqa, yaqi, wiqayah yang berarti takut, menjaga, memelihara dan
melindungi, maka secara etimologi taqwa dapat diartikan sikap memelihara
keimanan yang diwujudkan dalam pengamalan ajaran agama Islam secara utuh dan
konsisten (istiqomah). Hakikat takwa sebagaimana yang disampaikan oleh Thalq
bin Hubaib “Takwa adalah engkau melakukan ketaatan kepada Allah
berdasarkan nur (petunjuk) dari Allah karena mengharapkan pahala dari-Nya Dan
engkau meninggalkan maksiat kepada Allah berdasarkan cahaya dari Allah karena
takut akan siksa-Nya."
Kata takwa juga
sering digunakan untuk istilah menjaga diri atau menjauhi hal-hal yang
diharamkan, sebagaimana dikatakan oleh Abu Hurairah Radhiallaahu anhu ketika
ditanya tentang takwa, beliau mengatakan:
“Apakah kamu
pernah melewati jalanan yang berduri?”
Si penanya
menjawab, ”Ya”.
Beliau balik
bertanya, “Lalu apa yang kamu lakukan?”
Orang itu
menjawab, “Jika aku melihat duri, maka aku menyingkir darinya, atau aku
melompatinya atau aku tahan langkah”.
Maka berkata
Abu Hurairah, ”Seperti itulah takwa".
Karakteristik
orang yang bertakwa secara umum dapat dikelompokkan ke dalam 5 kategori /
indikator ketaqwaan:
1.
Iman kepada Allah,iman kepada Malaikat, Kitab-kitab dan para nabi, dengan kata
lain instrumen ketaqwaan yang pertama ini dikatakan dengan memelihara Fitrah
Iman.
2.
Mengeluarkan harta yang dikasihnya kepada kerabat, anak yatim, orang0orang
miskin, orang-orang yang putus di perjalanan, Atau dengan kata lain mencintai
umat manusia.
3.
Mendirikan shalat dan zakat
4.
Menepati janji
5.
Sabar disaat kepayahan, dan memiliki semangat perjuangan
Hubungan Takwa dengan Allah SWT
Seseorang yang bertakwa (muttaqin) adalah orang
yang menghambakan dirinya kepada Allah dan selalu menjaga hubungan dengan-Nya
setiap saat. Memelihara hubungan dengan Allah terus menerus akan menjadi
kendali dirinya sehingga dapat menghindari dari kejahatan dan kemungkaran dan
membuatnya konsisten terhadap aturan-aturan Allah. Karena itu inti ketaqwaan
adalah melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangannya.
Memelihara hubungan dengan Allah SWT dimulai
dengan melaksanakan tugas (ibadah) secara sungguh-sungguh dan ikhlas, dan
memelihara hubungan dengan Allah dilakukan juga dengan menjauhi perbuatan yang
dilarang Allah.
Hubungan Takwa dengan sesama manusia
Hubungan dengan Allah menjadi dasar bagi sesama
manusia yang bertakwa akan dapat dilihat dari peranannya ditengah-tengah
masyarakat. Sikap takwa tercermin dalam bentuk kesediaan untuk mendorong orang
lain, melindungi yang lemah dan berpihak pada kebenaran dan keadilan.
Hubungan Takwa dengan Diri sendiri
1.
Sabar, yaitu sikap diri menerima apa saja yang datang kepada dirinya, baik
perintah, larangan, maupun musibah yang menimpanya. Sabar terhadap perintah
adalah menerima dan melaksanakan perintah dengan ikhlas. Dalam melaksanakan
perintah terhadap upaya untuk mengendalikan diri agar perintah itu dapat
dilaksanakan dengan baik.
2.
Tawakal, yaitu menyerahkan keputusan segala sesuatu, ikhtiar dan usaha kepada
Allah. Tawakal bukanlah menyerah, tetapi sebaliknya usaha maksimal tetapi
hasilnya diserahkan seluruhnya kepada Allah yang menentukan.
dengan
perbuatan adalah menggunakan nikmat yang diberikan Allah sesuai dengan
keharusannya.
4.
Berani, yaitu sikap diri yang mampu menghadapi resiko sebagai konsekuensinya
dari komitmen dirinya terhadap kebenaran. Jadi berani berkaitan dengan nilai –
nilai kebenaran. Kebenaran lahir dari hubungan seseorang dengan dirinya terutama
berkaitan dengan pengendalian dari sifat – sifat buruk yang datang dari
dorongan hawa nafsunya.
C.
Konsep Manusia menurut Psikologi dan
Islam
Konsep- konsep manusia yang
dikemukakan diatas berdasarkan teori Psikoanalisa, Behaviorisme, dan
Humanistik. Dipandang dengan islam, maka psikologi islam tidak menolak dan juga
tidak memebenarkan,tidak menolak artinya konsep tersebut dapat diterima
dengan mendudukannya secara proposional dalam wilayah dan system komposisi
struktur manusia menurut psikologi islami. Tidak memebenarkan artinya, kalau
dimensi itu seperti dalam psikoanalisa, Behaviorisme, dan Humanistik, menjadi
satu-satunya dimensi yang berperan dalam jiwa manusia, dan menafikan dimensi
lainnya.
Pandangan
agama dan psikologi berjumpa pada diri manusia sendiri sebagai salah fenomena
ciptaan Tuhan dengan segala karekter kemanusiaannya. Tetapi sebuah perjumpaan
tidak selalu berarti pertemuan tinjauan agama dan psikologi yang sma-sama
menyoroti manusia ternyata tidak selau sejalan.
Dalam
penggambaran karakter manusia terkesan ada kesamaan, misalnya gambaran mengenai
orang zalim sama dengan gambaran pribadi totaliter. Sedangkan pandangan
mengenai kualitas insane, seperti aktualisasi diri, cinta kasih, tanggung
jawab, dan kebebasan terdapat keserupaan atau kesejalanan antara pandangan
agama dengan psikologi. Demikian pula hanya dengan daya-daya ruhani manusia.
Hal yang
berbeda adalah pandangan mengenai baik tidaknya hakikat manusia. Isalam
memandang fitrah kemanusiaan suci dan beriman, sedangkan dialiran
psikologi ada yang menganggap hakikat manusia itu buruk (psikoanalisis),
netral (psikologi paerilaku), baik (psikologi humanistika) dan potensial
(psikologi transpersonal).
Denagn
demikian perjumpaan antara agama dengan psikologi dalam memandang manusia
terdapat kesamaan (similarisasi) pada gambaran karakterologis, kesejalanan
(paralelisasi) dalam asas-asa dan kualita-kualitas insane, pelengkapan
(komplementasi) dalam determinan keperibadian, serta saling menyangkal
(falsifasi) dalam orientasi filosofis. Memang sebuah perjumpaan tidak selalu
merupakan pertemuan.
Kemudian
dengan beranjak dari pemikiran dan keyakianan bahwa ilmu dan agama merupakan
karunia Allah SWT, dan juga dengan menempatkan psikologi sebagai upaya ilmiah
manusia untuk memahami sunnatullah yang bekerja dalam diri manusia, maka pada
tingkat pemikiran tertentu sejauh yang dibayangkan: Agama (Al qur’an&As
sunnah) sarat dengan asas maha benar mengenai psikologi, dan sebaliknya telaah
psikologi banyak yang mendukung kebenaran agama denagn demikian terbukalah
celah-celah hubungan diantara keduanya agama menawarkan asas-asas, landasan,
dan arahan (mahabenar) bagi psikologi, sebaliknya psikologi menyediakan
perangkap metodologi dan eksplanasi-ilmiah (sementara) bagi agama. Dalam hal
ini jelas bahwa Islam member pedoman dan menyempurnakan psikologi. Bahkan tidak
jarang pula Agama jauh lebih dahulu mengungkapkan kebenaran-kebenaran ilmiah
tinimbang sains dan teknologi.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Filsafat Ketuhanan adalah
pemikiran tentang Tuhan dengan pendekatan akal budi, maka dipakai pendekatan yang
disebut filosofis.
1) Manusia, hewan, tumbuhan dan seluruh alam
semesta ini lahir pasti ada penyebabnya, pasti ada penciptanya, dan penciptanya
itu adalah Allah tuhan bagi seluruh makhluk.
2)
Keimanan tidka hanya diucapkan lewat bibir, tapi juga harus diyakini dalam
hati, dan dibuktikan lewat perbuatan
3)
Iman atau kepercayaan merupakan dasar utama seseorang dalam memeluk sesuatu
agama karena dengan keyakinan dapat membuat orang untuk melakukan apa yang diperintahkan
dan apa yang dilarang oleh keyakinannya tersebut atau dengan kata lain iman
dapat membentuk orang jadi bertaqwa.
4)
Takwa adalah melaksanakan perintah Allah dan menjauhkan larangannya.
5)
Iman adalah percaya pada pandangan dan sikap hidup dengan ajaran Allah, yaitu
al-Qur’an menurut Sunnah Rasul, atau dengan selain ajaran Allah, yang terwujud
ke dalam ucapan dan perbuatan.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu, dkk. 1991. Dasar-Dasar Pendidikan
Agama Islam. Jakarta, Bumi Aksara.
Azra, Azyumardi, dkk. 2002. Pendidikan Agama
Islam Perguruan Tinggi umum. Jakarta, Departemen Agama RI.
Yunus, Muhammad. 1997. Pendidikan Agama Islam
untuk SLTP. Jakarta ,Erlangga.
Suryana, A.
Toto. et.el. Pendidikan Agama Islam, (Bandung : tiga mutiara, 1996)
KH. Siradjuddin Abbas. 1995. I’tiqad
Ahlussunnah Wal-Jama’ah. Jakarta: Pustaka Tarbiyah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar