TOKO 0SCAR CLASSER

Senin, 20 Januari 2014

NDP KONSEPSI ISLAM TENTANG KETUHANAN DAN KEMANUSIAAN



MAKALAH
NDP KONSEPSI ISLAM TENTANG KETUHANAN DAN KEMANUSIAAN
DISUSUN OLEH:
UJANG AHYA AL-ANSHORI
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
 CABANG TASIKMALAYA
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.

Kecintaan kepada Allah, ikhlas beramal hanya karena Allah, serta mengabdikan diri dan tawakal sepenuhnya kepada-Nya, merupakan nilai keutamaan yang perlu diperhatikan dan diutamakandalam menyempurnakan cabang-cabang keimanan.


Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki sangat kurang. Oleh karena itu saya harapkan semoga Makalah ini yang berjudul NDP KONSEPSI ISLAM TENTANG KETUHANAN DAN KEMANUSIAAN di tunjukan untuk persyaratan mengikuti LK2.
Tasikmalaya, Januari 2014


Penyusun








DAFTAR ISI
KATAPENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A.     LATAR BELAKANG
B.     RUMUSAN MASALAH
BAB  II PEMBAHASAN
A.    FILSAFAT KETUHANAN DALAM ISLAM
B.     PEMBUKTIAN WUJUD TUHAN
C.    PROSES TERBENTUKNYA IMAN
D.    KEIMANAN DAN KETAKWAAN
E.     Konsep Manusia menurut Psikologi dan Islam

BAB III PENUTUP
A.     KESIMPULAN
B.     DAFTAR PUSTAKA









BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Seorang muslim yang paripurna adalah nalar dan hatinya bersinar, pandangan akal dan hatinya tajam, akal pikir dan nuraninya berpadu dalam berinteraksi dengan Allah dan manusia, sehingga sulit diterka mana lebih dulu berperan kejujuran jiwanya atau kebenaran akalnya. Sifat kesempurnaan ini merupakan karakter Islam, yaitu agama yang membangun kemurnian aqidah atas dasar kejernihan akal dan membentuk pola pikir teologis yang menyerupai bidang-bidang ilmu eksakta, karena dalam segi aqidah, Islam hanya menerima hal-hal yang menurut ukuran akal sehat dapat diterima sebagai ajaran aqidah yang benar dan lurus.

1.      KONSEP KETUHANAN
Konsep ketuhanan dalam islam mulai muncul setelah wafat-Nya Rasulullah Muhammad SAW. Karena muncul beberapa aliran yang sifatnya tradisional dan modern. Sering sekali terjadi pendapat dan tafsiran terhadap Al-quran dan Hadits. Ada yang melihat secara tekstual dan ada yang melihat secara kontekstual.

Dalam islam konsep ketuhanan merupakan hal utama dan paling awal yang harus diperbaiki karena itu merupakan pondasi yang menopang kehidupan keislamannya nanti. Pondasi itu harus benar-benar kuat dan kokoh karena kalau tidak itu akan mengurangi hakekat keislaman seorang manusia.
Pembuktian wujud tuhan seorang islam atau pembuktian wujud Allah sangatlah susah karena tidak ada yang pernah dan bisa melihat Allah tapi hal yang harus kita ketahui bahwa manusia tidak mungkin bisa ada tanpa pencipta, dunia dan alam ini tidak mungkin bisa ada tanpa pencipta.Tidak mungkin semua hal itu bisa ada tanpa adanya sang pencipta. Dan penciptanya itu adalah Allah. Manusia, hewan, dan alam ini adalah akibat sedangkan akibatnya adalah Allah SWT.

Keimanan seseorang tumbuh dari lingkungan, seorang anak yang lahir dari keluarga yang bagus ibadahnya kemungkinan besar ibadahnya juga bagus, keimanan akan tumbuh dengan baik ketika kita pelihara, harus ada pembiasaan dalam melakukan ibadah.

Beriman kepada Allah tidak hanya sekedar mengucapkan tapi harus dikuatkan dalam hati dan dibuktikan lewat perbuatan. Perbuatan yang kami maksud adalah perbuatan yang sesuai dengan ajaran agama islam.

2.      KONSEP KEMANUSIAAN
Manusia menurut Alexis Carrel dalam bukunya Man, the unknown adalah sebuah misteri. Pertanyaan sekitar apa dan siapa manusia itu ? yang mencerminkan hakekat kemanusiaan itu sampai sekarang tak kunjung tuntas. Meskipun telah banyak dilakukan penelitian tentang manusia terutama yang dilakukan oleh psikologi, tetapi problema seputar manusia masih banyak yang tidak terjawab.
Dengan seiring perkembangan zaman saat ini banyak ilmu-ilmu sosial yang memandang bahwa manusia adalah makhluk yang berada dalam keadaan sekarat dan tinggal menunggu ajal (man is dead or dying) sehingga dengan fenomena ini manusia layaknya barang yang dapat diolak-alik sedemikian rupa (posmodernisme).

Memahami kondisi tersebut, tugas kita adalah mengubah atau membangun konsep baru tentang manusia yang ujung-ujungnya bukan mengobyektifikasi manusia, akan tetapi bagaiman cara memandang dan menempatkan manusia secara benar dalam arti yang sesungguhnya. Disini Agama menjadi sandaran yang seharusnya membangun paradigma baru tentang ilmu pengetahuan.  
B.  RUMUSAN MASALAH
1Seperti apakah filsafat ketuhanan dalam islam ?
3.      Bagaimana pembuktian wujud tuhan dalam islam ?
4.      Bagaimana proses terbentuknya iman ?
5.      Bagaimana keimanan dan ketakwaan seseorang ?
6.      Bagaimana konsep manusia menurut islam?
BAB II
PEMBAHASAN


A. FILSAFAT KETUHANAN DALAM ISLAM
Syukur, yaitu sikap berterima kasih atas apa saja yang diberikan Allah atau sesame manusia. Bersyukur kepada Allah adalah sikap berterima kasih terhadap apa saja yang telah diberikan Allah, baik dengan ucapan maupun perbuatan. Bersyukur dengan perbuatan adalah mengucapkan hamdalah sedangkan bersyukur Filsafat Ketuhanan adalah pemikiran tentang Tuhan dengan pendekatan akal budi, maka dipakai pendekatan yang disebut filosofis. Bagi orang yang menganut agama tertentu (terutama agama Islam, Kristen, Yahudi) akan menambahkan pendekatan wahyu di dalam usaha memikirkannya. Jadi Filsafat Ketuhanan adalah pemikiran para manusia dengan pendekatan akal budi tentang Tuhan. Usaha yang dilakukan manusia ini bukanlah untuk menemukan Tuhan secara absolut atau mutlak, namun mencari pertimbangan kemungkinan-kemungkinan bagi manusia untuk sampai pada kebenaran tentang Tuhan.

Meyakini adanya Tuhan adalah masalah fithri yang tertanam dalam diri setiap manusia, namun karena kecintaan mereka kepada dunia yang berlebihan sehingga mereka disibukkan dengannya, mengakibatkan mereka lupa kepada Sang Pencipta dan kepada jati diri mereka sendiri. Yang pada gilirannya, cahaya fitrah mereka redup atau bahkan padam.

Walaupun demikian, jalan menuju Allah itu banyak. Para ahli ma’rifat berkata, “Jalan-jalan menuju ma’rifatullah sebanyak nafas makhluk.” Salah satu jalan ma’rifatullah adalah akal. Terdapat sekelompok kaum muslim, golongan ahli Hadis (Salafi) atau Wahabi, yang menolak peran aktif akal sehubungan dengan ketuhanan. Mereka berpendapat, bahwa satu-satunya jalan untuk mengetahui Allah adalah nash (Al Quran dan Hadis). Mereka beralasan dengan adanya sejumlah ayat dan riwayat yang secara lahiriah melarang menggunakan akal (ra’yu). Padahal kalau kita perhatikan, ternyata Al Quran dan Hadis sendiri mengajak kita untuk menggunakan akal, bahkan menggunakan keduanya ketika menjelaskan keberadaan Allah.

Perkataan Illah, yang selalu diterjemahkan "Tuhan" Dalam bahasa Alquran dipakai untuk menyatakan berbagai objek yang dibesarkan dan dipentingkan oleh manusia. misalnya dalam
ayat yang menunjukkan bahwa perkataan illah bisa mengandung arti berbagai benda, baik abstrak (nafsu atau keinginan pribadi) maupun benda nyata (Fir’aun atau penguasa yang dipatuhi dan dipuja). Untuk dapat mengerti dengan definisi Tuhan atau Illah yang tepat, berdasarkan logika Alquran sebagai berikut :
Tuhan (Ilah) ialah sesuatu yang dipentingkan (dianggap penting) oleh manusia sedemikian rupa, sehingga manusia merelakan dirinya dikuasai oleh-Nya.

Dalam ajaran islam diajarkan “la ilaaha illa Allah”. Susunan kalimat tersebut dimulai dengan peniadaan, yaitu “tidak ada Tuhan”, kemudian baru diikuti dengan penegasan “melainkan Allah”. Hal itu berarti seorang muslim harus membersihkan diri dari segala macam tuhan terlebih dahulu, sehingga yang ada dalam hatinya hanya ada satu Tuhan yaitu Allah.

B. PEMBUKTIAN WUJUD TUHAN
Adanya alam organisasinya yang menakjubkan dan rahasianya yang pelik, tidak boleh memberikan penjelasan bahwa ada sesuatu kekuatan yang telah menciptakannya, suatu akal yang tidak ada batasnya. Setiap manusia normal percaya bahwa dirinya “ada” dan percaya pula bahwa alam ini “ada”. Dengan dasar itu dan dengan kepercayaan inilah dijalani setiap bentuk kegiatan ilmiah dan kehidupan.

Jika percaya tentang eksistensi alam, maka secara logika harus percaya tentang adanya Pencipta Alam. Pernyataan yang mengatakan: percaya adanya makhluk, tetapi menolak adanya Khaliq adalah suatu pernyataan yang tidak benar. Belum pernah diketahui adanya sesuatu yang berasal dari tidak ada tanpa diciptakan. Segala sesuatu bagaimanapun ukurannya, pasti ada penyebabnya. Oleh karena itu bagaimana akan percaya bahwa alam semesta yang demikian luasnya, ada dengan sendirinya tanpa pencipta ?

Dalam al-Quran, penggambaran tentang pengakuan akan eksistensi Tuhan dapat ditemukan dalam Q.S al-Ankabut, 29: 61-63. Dalam ayat 61-63 dijelaskan bahwa: “bangsa arab yang penyembah berhala tidak menolak eksistensi pencipta langit dan bumi".

Berdasarkan kandungan ayat ini, dapat dipahami bahwa bangsa arab sesungguhnya telah memahami dan meyakini akan eksistensi tuhan sebagai pencipta langit dan bumi serta pengaturnya. Namun menurut al-Quran, ada segelintir anak manusia yang menolak eksistensi tuhan, seperti penggambaran al-Quran dalam Q.S. al-Jasyiah (45): 24. Ayat ini menegaskan bahwa:
“mereka berkata: kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan didunia saja, kita mati dan kita hidup, dan tidak ada yang membinasakan kita selain masa.” Penolakan akan eksistensi Tuhan oleh sebagian kecil manusia itu hanya didasarkan pada dugaan semata dan tidak didasarkan pada pengetahuan yang meyakinkan seperti ditegaskan dalam klausa penutup ayat 24 tersebut, yaitu: "mereka sekali kali tidak mempunyai pengetahuan tentang itu, mereka tidak lain hanyalah menduga-duga saja."

Banyak sekali ayat yang terkandung dalam Al-Quran yang menjelaskan tentang keberadaan Allah sebagai tuhan semesta alam seperti yang terkandung dalam surah Ali-Imran ayat 62 yang artinya “sesungguhnya ini adalah kisah yang benar. Tidak ada Tuhan selain Allah dan sungguh Allah MahaPerkasa, Mahabijaksana."

Ke-Esaan Allah adalah mutlak. Ia tidak dapat didampingi atau disejajarkan dengan yang lain. Sebagai umat Islam, yang mengikrarkan kalimat syahadat "La ilaaha illa Allah" harus menempatkan Allah sebagai prioritas utama dalam setiap tindakan dan ucapannya.

C. PROSES TERBENTUKNYA IMAN
Benih iman yang dibawah sejak dalam kandungan memerlukan pemupukan yang berkesinambungan. Benih yang unggul apabila tidak disertai pemeliharaan yang intensif, besar kemungkinan menjadi punah. Demikian pula halnya dengan benih iman. Berbagai pengaruh terhadap seseorang akan mengarahkan iman/kepribadian seseorang, baik yang datang dari lingkungan keluarga, masyarakat, pendidikan, maupun lingkungan termasuk benda-benda mati seperti cuaca, tanah , air dan lingkungan flora serta fauna.

Pengaruh pendidikan keluarga secara langsung maupun tidak langsung, baik yang disengaja maupun tidak disengaja amat berpengaruh terhadap iman seseorang. Tingkah laku orang tua dalam rumah tangga senantiasa merupakan contoh dan teladan bagi anak-anak. Dalam hal ini Nabi SAW bersabda: “setiap anak, lahir membawa fitrah, Orang tuanya yang berperan menjadikan anak tersebut menjadi Yahudi, Nasrani atau majusi”.

Pada dasarnya, proses pembentukan iman juga demikian. Diawali dengan proses perkenalan, kemudian meningkat menjadi senang atau benci. Mengenal ajaran Allah adalah langkah awal dalam mencapai iman kepada Allah. Jika seseorang tidak mengenal ajaran Allah, maka orang tersebut tidak mungkin beriman kepada Allah.

Disamping proses pengenalan, proses pembiasaan juga perlu diperhatikan, karena tanpa pembiasaan, seseorang bisa saja semula benci berubah menjadi senang. Seorang anak harus dibiasakan untuk melaksanakan apa yang diperintahkan Allah dan menjauhi hal-hal yang dilarang-Nya, agar kelak setelah dewasa menjadi senang dan terampil dalam melaksanakan ajaran-ajaran Allah.

D. KEIMANAN DAN KETAKWAAN
Iman atau kepercayaan merupakan dasar utama dalam memeluk suatu agama karena dengan keyakinan dapat membuat orang untuk melakukan apa yang diperintahkan dan apa yang dilarang oleh keyakinannya tersebut atau dengan kata lain iman dapat membentuk orang jadi bertaqwa.

Dalam surah Al-Baqarah ayat 165 dikatakan bahwa orang beriman adalah orang yang amat sangat cinta kepada Allah. Oleh karena itu beriman kepada Allah berarti amat sangat cinta dan yakin terhadap ajaran Allah yaitu Al-Quran. Jika kita ibaratkan dengan sebuah bangunan, keimanan adalah pondasi yang menopang segala sesuatu yang berada diatasnya, yang kokoh tidaknya bangunan itu sangat tergantung pada kuat tidaknya pondasi tersebut. Meskipun demikian keimanan saja tidak cukup ia harus diwujudkan dengan amal perbuatan yang baik, yang sesuai dengan ajaran agama yang kita anut. Keimanan tidaklah sempurna jika hanya diyakini dalam hati tapi juga harus diwujudkan dengan diikrarkan oleh lisan dan dibuktikan dengan tindakan dalam kehidupan sehari-hari.

Keimanan adalah perbuatan yang bila diibaratkan pohon, mempunyai pokok dan cabang. Iman bukan hanya berarti percaya, melainkan keyakinan yang mendorong seorang muslim berbuat amal shaleh.seseorang dikatakan beriman bukan hanya percaya terhadap sesuatu, melainkan mendorongnya untuk mengucapkan dan melakukan sesuatu sesuai keyakinannya

Berbicara masalah keimanan, kita bisa melihat takaran keimanan seseorang dari tanda-tandanya seperti :
1. Jika menyebut atau mendengar nama Allah hatinya bergetar, dan berusaha agar Allah tidak lepas dari ingatannya.
2. Senantiasa tawakkal, yaitu bekerja keras berdasarkan keimanan
3. Tertib dalam melaksanakan shalat dan selalu melaksanakan perintahnya
4. Menafkahkan rizky yang diperolehnya di jalan Allah
5. Menghindari perkataan yang tidak bermanfaat dan menjaga kehormatan
6. Memelihara amanah dan menepati janji

Manfaat dan pengaruh Iman dalam kehidupan manusia :
1. Iman melenyapkan kepercayaan kepada kekuasaan benda
2. Iman menanamkan semangat berani menghadapi maut
3. Iman memberikan ketentramann jiwa
4. Iman mewujudkan kehidupan yang baik
5. Iman melahirkan sikap ikhlas dan konsekuen

Takwa berasal dari kata waqa, yaqi, wiqayah yang berarti takut, menjaga, memelihara dan melindungi, maka secara etimologi taqwa dapat diartikan sikap memelihara keimanan yang diwujudkan dalam pengamalan ajaran agama Islam secara utuh dan konsisten (istiqomah). Hakikat takwa sebagaimana yang disampaikan oleh Thalq bin Hubaib “Takwa adalah engkau melakukan ketaatan kepada Allah berdasarkan nur (petunjuk) dari Allah karena mengharapkan pahala dari-Nya Dan engkau meninggalkan maksiat kepada Allah berdasarkan cahaya dari Allah karena takut akan siksa-Nya."

Kata takwa juga sering digunakan untuk istilah menjaga diri atau menjauhi hal-hal yang diharamkan, sebagaimana dikatakan oleh Abu Hurairah Radhiallaahu anhu ketika ditanya tentang takwa, beliau mengatakan:
“Apakah kamu pernah melewati jalanan yang berduri?”
Si penanya menjawab, ”Ya”.
Beliau balik bertanya, “Lalu apa yang kamu lakukan?”
Orang itu menjawab, “Jika aku melihat duri, maka aku menyingkir darinya, atau aku melompatinya atau aku tahan langkah”.
Maka berkata Abu Hurairah, ”Seperti itulah takwa".

Karakteristik orang yang bertakwa secara umum dapat dikelompokkan ke dalam 5 kategori / indikator ketaqwaan:
1. Iman kepada Allah,iman kepada Malaikat, Kitab-kitab dan para nabi, dengan kata lain instrumen ketaqwaan yang pertama ini dikatakan dengan memelihara Fitrah Iman.
2. Mengeluarkan harta yang dikasihnya kepada kerabat, anak yatim, orang0orang miskin, orang-orang yang putus di perjalanan, Atau dengan kata lain mencintai umat manusia.
3. Mendirikan shalat dan zakat
4. Menepati janji
5. Sabar disaat kepayahan, dan memiliki semangat perjuangan

Hubungan Takwa dengan Allah SWT
Seseorang yang bertakwa (muttaqin) adalah orang yang menghambakan dirinya kepada Allah dan selalu menjaga hubungan dengan-Nya setiap saat. Memelihara hubungan dengan Allah terus menerus akan menjadi kendali dirinya sehingga dapat menghindari dari kejahatan dan kemungkaran dan membuatnya konsisten terhadap aturan-aturan Allah. Karena itu inti ketaqwaan adalah melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangannya.

Memelihara hubungan dengan Allah SWT dimulai dengan melaksanakan tugas (ibadah) secara sungguh-sungguh dan ikhlas, dan memelihara hubungan dengan Allah dilakukan juga dengan menjauhi perbuatan yang dilarang Allah.

Hubungan Takwa dengan sesama manusia
Hubungan dengan Allah menjadi dasar bagi sesama manusia yang bertakwa akan dapat dilihat dari peranannya ditengah-tengah masyarakat. Sikap takwa tercermin dalam bentuk kesediaan untuk mendorong orang lain, melindungi yang lemah dan berpihak pada kebenaran dan keadilan.

Hubungan Takwa dengan Diri sendiri
1. Sabar, yaitu sikap diri menerima apa saja yang datang kepada dirinya, baik perintah, larangan, maupun musibah yang menimpanya. Sabar terhadap perintah adalah menerima dan melaksanakan perintah dengan ikhlas. Dalam melaksanakan perintah terhadap upaya untuk mengendalikan diri agar perintah itu dapat dilaksanakan dengan baik.
2. Tawakal, yaitu menyerahkan keputusan segala sesuatu, ikhtiar dan usaha kepada Allah. Tawakal bukanlah menyerah, tetapi sebaliknya usaha maksimal tetapi hasilnya diserahkan seluruhnya kepada Allah yang menentukan.
dengan perbuatan adalah menggunakan nikmat yang diberikan Allah sesuai dengan keharusannya.
4. Berani, yaitu sikap diri yang mampu menghadapi resiko sebagai konsekuensinya dari komitmen dirinya terhadap kebenaran. Jadi berani berkaitan dengan nilai – nilai kebenaran. Kebenaran lahir dari hubungan seseorang dengan dirinya terutama berkaitan dengan pengendalian dari sifat – sifat buruk yang datang dari dorongan hawa nafsunya.

C.  Konsep Manusia menurut Psikologi dan Islam
Konsep- konsep manusia yang dikemukakan diatas berdasarkan teori Psikoanalisa, Behaviorisme, dan Humanistik. Dipandang dengan islam, maka psikologi islam tidak menolak dan juga tidak memebenarkan,tidak menolak  artinya konsep tersebut dapat diterima dengan mendudukannya secara proposional dalam wilayah dan system komposisi struktur manusia menurut psikologi islami. Tidak memebenarkan artinya, kalau dimensi itu seperti dalam psikoanalisa, Behaviorisme, dan Humanistik, menjadi satu-satunya dimensi yang berperan dalam jiwa manusia, dan menafikan dimensi lainnya.
Pandangan agama dan psikologi berjumpa pada diri manusia sendiri sebagai salah fenomena ciptaan Tuhan dengan segala karekter kemanusiaannya. Tetapi sebuah perjumpaan tidak selalu berarti pertemuan tinjauan agama dan psikologi yang sma-sama menyoroti manusia ternyata tidak selau sejalan.
Dalam penggambaran karakter manusia terkesan ada kesamaan, misalnya gambaran mengenai orang zalim sama dengan gambaran pribadi totaliter. Sedangkan pandangan mengenai kualitas insane, seperti aktualisasi diri, cinta kasih, tanggung jawab, dan kebebasan terdapat keserupaan atau kesejalanan antara pandangan agama dengan psikologi. Demikian pula hanya dengan daya-daya ruhani manusia.
Hal yang berbeda adalah pandangan mengenai baik tidaknya hakikat manusia. Isalam memandang fitrah kemanusiaan suci dan beriman, sedangkan dialiran  psikologi ada yang menganggap hakikat manusia itu buruk (psikoanalisis), netral (psikologi paerilaku), baik (psikologi humanistika) dan potensial (psikologi transpersonal).
Denagn demikian perjumpaan antara agama dengan psikologi dalam memandang manusia terdapat kesamaan (similarisasi) pada gambaran karakterologis, kesejalanan (paralelisasi) dalam asas-asa dan kualita-kualitas insane, pelengkapan (komplementasi) dalam determinan keperibadian, serta saling menyangkal (falsifasi) dalam orientasi filosofis. Memang sebuah perjumpaan tidak selalu merupakan pertemuan.
Kemudian dengan beranjak dari pemikiran dan keyakianan bahwa ilmu dan agama merupakan karunia Allah SWT, dan juga dengan menempatkan psikologi sebagai upaya ilmiah manusia untuk memahami sunnatullah yang bekerja dalam diri manusia, maka pada tingkat pemikiran tertentu sejauh yang dibayangkan: Agama (Al qur’an&As sunnah) sarat dengan asas maha benar mengenai psikologi, dan sebaliknya telaah psikologi banyak yang mendukung kebenaran agama denagn demikian terbukalah celah-celah hubungan diantara keduanya agama menawarkan asas-asas, landasan, dan arahan (mahabenar) bagi psikologi, sebaliknya psikologi menyediakan perangkap metodologi dan eksplanasi-ilmiah (sementara) bagi agama. Dalam hal ini jelas bahwa Islam member pedoman dan menyempurnakan psikologi. Bahkan tidak jarang pula Agama jauh lebih dahulu mengungkapkan kebenaran-kebenaran ilmiah tinimbang sains dan teknologi.
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

 Filsafat Ketuhanan adalah pemikiran tentang Tuhan dengan pendekatan akal budi, maka dipakai pendekatan yang disebut filosofis.
1) Manusia, hewan, tumbuhan dan seluruh alam semesta ini lahir pasti ada penyebabnya, pasti ada penciptanya, dan penciptanya itu adalah Allah tuhan bagi seluruh makhluk.
2) Keimanan tidka hanya diucapkan lewat bibir, tapi juga harus diyakini dalam hati, dan dibuktikan lewat perbuatan
3) Iman atau kepercayaan merupakan dasar utama seseorang dalam memeluk sesuatu agama karena dengan keyakinan dapat membuat orang untuk melakukan apa yang diperintahkan dan apa yang dilarang oleh keyakinannya tersebut atau dengan kata lain iman dapat membentuk orang jadi bertaqwa.
4) Takwa adalah melaksanakan perintah Allah dan menjauhkan larangannya.
5) Iman adalah percaya pada pandangan dan sikap hidup dengan ajaran Allah, yaitu al-Qur’an menurut Sunnah Rasul, atau dengan selain ajaran Allah, yang terwujud ke dalam ucapan dan perbuatan.


DAFTAR PUSTAKA


Ahmadi, Abu, dkk. 1991. Dasar-Dasar Pendidikan Agama Islam. Jakarta, Bumi Aksara.
Azra, Azyumardi, dkk. 2002. Pendidikan Agama Islam Perguruan Tinggi umum. Jakarta, Departemen Agama RI.
Yunus, Muhammad. 1997. Pendidikan Agama Islam untuk SLTP. Jakarta ,Erlangga.
Suryana, A. Toto. et.el. Pendidikan Agama Islam, (Bandung : tiga mutiara, 1996)
KH. Siradjuddin Abbas. 1995. I’tiqad Ahlussunnah Wal-Jama’ah. Jakarta: Pustaka Tarbiyah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar