BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jika mempelajari filsafat ilmu, kita
pasti menjumpai istilah “Epistemologi”. Yang merupakan salah satu cabang ilmu
filsafat. Dan karena Filsafat ilmu merupakan bagian dari epistemologi (filsafat
pengetahuan) yang secara spesifik mengkaji hakikat ilmu (pengetahuan ilmiah).
Epistemologi adalah bagian filsafat yang membicarakan tentang terjadinya
pengetahuan, sumber pengetahuan, asal mula pengetahuan, batas-batas dan metode,
dan kesahihan pengetahuan. sehingga dalam kesempatan kali ini akan dibahas
lebih lanjut mengenai pengertian epistemologi ilmu. Sejak
semula, epistemologi ilmu
merupakan salah satu bagian dari filsafat sistematik yang paling sulit. Sebab epistemologi ilmu menjangkau
permasalahan-permasalahan yang membentang luas, sehingga tidak ada sesuatu pun
yang boleh disingkirkan darinya.
Kami juga mencoba
menjelaskan tentang sumber-sumber ilmu pengetahuan. Tentu yang dianggap sebagai
sumber pengetahuan itu beragam dan berbeda sebagaimana beragam dan berbedanya
aliran pemikiran manusia. Selain pengetahuan itu mempunyai sumber, juga
seseorang ketika hendak mengadakan kontak dengan sumber-sumber itu.
Dalam makalah ini memuat tentang
pengertian dari epistemologi
ilmu, sumber ilmu
pengetahuan, cara-cara mendapatkan ilmu, dan metode berfikir ilmiah. Makalah ini disusun
guna menambah wawasan bagi para pembaca khususnya mahasiswa mengenai pembahasan makalah epistemologi ini.
B. Rumusan Masalah
Saya menyusun makalah
ini karena ada beberapa faktor yang harus saya jelaskan diantaranya:
1. Apa
pengertian epistemologi ilmu?
2. Bagaimana
sumber ilmu pengetahuan?
3. Bagaimana
cara-cara mendapatkan ilmu?
4. Bagaimana
metode berfikir ilmiah?
C. Tujuan Makalah
Sebagaimana
gambaran rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan dalam makalah ini
adalah:
1. Ingin
mengetahui apa pengertian epistemologi ilmu.
2. Ingin
mengetahui bagaimana sumber ilmu
pengetahuan.
3. Ingin
mengetahui bagaimana cara-cara mendapatkan ilmu.
4. Ingin
mengetahui bagaimana metode berfikir ilmiah.
B.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Epistemologi Ilmu
1. Pengertian Epistemologi
Secara linguistik kata “Epistemologi”
berasal dari bahasa Yunani yaitu: kata “Episteme” dengan arti
pengetahuan dan kata “Logos” berarti teori, uraian, atau alasan.
Epistemologi dapat diartikan sebagai teori tentang pengetahuan.
Epistemologi sering juga disebut
teori pengetahuan (theory of knowledge). Epistemologi lebih memfokuskan kepada
makna pengetahuan yang berhubungan dengan konsep, sumber, dan kriteria
pengetahuan, jenis pengetahuan, dan lain sebagainya.
Istilah epistemologi secara
etimologis diartikan sebagai teori pengetahuan yang benar dan dalam bahasa
Indonesia disebut filsafat pengetahuan. Secara terminologi epistemologi adalah
teori mengenai hakikat ilmu pengetahuan atau ilmu filsafat tentang pengetahuan.
Beberapa
ahli yang mencoba mengungkapkan definisi dari pada epistemologi adalah P.
Hardono Hadi. Menurut beliau epistemologi adalah cabang filsafat yang
mempelajari dan mencoba menentukan kodrat dan skope pengetahuan,
pengandaian-pengandaian dan dasarnya, serta pertanggung jawaban atas pernyataan
mengenai pengetahuan yang dimiliki. Tokoh lain yang mencoba mendefinisikan
epistemoogi adalah D.W Hamlyin, beliau mengatakan bahwa epistemologi sebagai
cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan lingkup pengetahuan,
dasar dan pengandaian – pengandaian serta secara umum hal itu dapat
diandalkannya sebagai penegasan bahwa orang memiliki pengetahuan.
Selanjutnya, pengertian epistemologi
yang lebih jelas diungkapkan Dagobert D.Runes. Dia menyatakan, bahwa
epistemologi adalah cabang filsafat yang membahas sumber, struktur,
metode-metode dan validitas pengetahuan. Sementara itu, Azyumardi Azra
menambahkan, bahwa epistemologi sebagai “ilmu yang membahas tentang keaslian,
pengertian, struktur, metode dan validitas ilmu pengetahuan”.
2. Pengertian Ilmu
Ilmu merupakan suatu istilah yang berasal dari
bahasa Arab, yaitu ‘alima yang terdiri dari huruf ‘ayn, lam, dan mim.
Al-Qur’an sering menggunakan kata ini dalam berbagai sighat (pola), yaitu masdar,
fi’il mudari, fi’il madi, amr, isim fa’il, isim maf’ul dan isim tafdil. Kata Al-‘Ilm
terdapat dalam firman Allah QS. Maryam : 42-43. Dalam ayat ini berarti
pengetahuan yang berisi risalah ilahiyah yang diterima Ibrahim dari Allah.
Risalah itu berisi ajaran tauhid dan ketentuan-ketentuan Allah yang mesti
dipatuhi manusia. Firman Allah menggambarkan tentang manfaat suatu pengetahuan,
baik bagi diri sendiri maupun orang lain, dapat mengantarkan manusia kejalan
yang benar, yang penuh kesenangan dan kebahagiaan.
Secara harfiah “ilmu” dapat diartikan kepada
tahu atau mengetahui. Secara istilah ilmu berarti memahami hakikat sesuatu,
atau memahami hukum yang berlaku atas sesuatu.
Pada hakikatnya, ilmu adalah salah satu sifat
Allah, karena sifat itulah Dia disebut ‘Alim (Yang Maha Tahu). Dia
adalah sumber utama ilmu. Ilmu Allah tiada terbatas, manusia hanya memperoleh
sedikit saja dari padanya.
3. Pengertian Epistemologi Ilmu
Pengertian
epistemologi ilmu secara ringkas yaitu suatu teori untuk memahami/mengetahui
mengenai hakikat ilmu pengetahuan atau ilmu filsafat tentang pengetahuan. Metode
ini berperan
dalam tataran transformasi dari wujud pengetahuan menjadi ilmu pengetahuan.
Bisa tidaknya pengetahuan menjadi ilmu pengetahuan sangat bergantung pada
metode ilmiah. Dengan demikian metode ilmiah selalu disokong oleh dua pilar
pengetahuan, yaitu rasio dan fakta secara integratif. Sebagai teori pengetahuan
ilmiah, epistemologi berfungsi dan bertugas menganalisis secara kritis prosedur
yang ditempuh ilmu pengetahuan. Epistemologi juga membekali daya kritik yang
tinggi terhadap konsep-konsep atau teori-teori yang ada.
Epistemologi ilmu dalam filsafat akan terus mendorong
manusia untuk selalu berfikir dan berkreasi menemukan dan menciptakan sesuatu
yang baru. Semua bentuk teknologi yang canggih adalah hasil pemikiran-pemikiran
secara epistemologi, yaitu pemikiran dan perenungan yang berkisar tentang
bagaimana cara mewujudkan sesuatu, perangkat-perangkat apa yang harus
disediakan untuk mewujudkan sesuatu itu, dan sebagainya.
B. Sumber Ilmu Pengetahuan
Sumber ilmu pengetahuan adalah tanda-tanda yang
ada di dalam alam semesta, yang ada dalam diri manusia sendiri, dalam sejarah,
atau dalam berbagai peristiwa sosial dan berbagai aspek bangsa dan masyarakat,
dalam akal atau prinsip-prinsip yang sudah
jelas dan didalam hati.
Sumber-sumber ilmu pengetahuan itu secara garis besar ada tiga, yaitu alam semesta (alam fisik), alam akal (nalar) dan hati (intuisi dan ilham).
Sumber-sumber ilmu pengetahuan itu secara garis besar ada tiga, yaitu alam semesta (alam fisik), alam akal (nalar) dan hati (intuisi dan ilham).
1.
Alam
Semesta (Alam Fisik)
Manusia sebagai wujud yang materi,
maka selama di alam materi ini ia tidak akan lepas dari hubungannya dengan
materi secara interaktif. Hubungan manusia dengan materi , menuntutnya untuk
menggunakan alat yang sifatnya materi pula, yakni indra, karena sesuatu yang
materi tidak bisa diubah menjadi yang tidak materi . Contoh yang paling nyata
dari hubungan dengan materi dengan cara yang sifatnya materi pula adalah
aktivitas keseharian manusia di dunia ini, seperti makan, minum, dan lain
sebagianya. Dengan demikian, alam semesta yang materi merupakan sumber
pengetahuan yang paling awal dan indra merupakan alat untuk mendapatkan
pengetahuan dari alam fisik ini.
Tanpa indra manusia tidak dapat
mengetahui alam fisik. Pengetahuan indrawi bersifat parsial, disebabkan oleh
adanya perbedaan antara indra yang satu dengan yang lainnya. Masing-masing
indra menangkap objek atau sesuatu yang berbeda menurut perbedaan indra dan terbatas pada
sensibilitas organ-organ tertentu, oleh karena itu, secara objektif,
pengetahuan yang ditangkap satu indra saja, tidak dapat dipandang sebagai
pengetahuan yang utuh. Namun pengetahuan indrawi menjadi sangat penting karena
bertindak sebagai pintu gerbang pertama menuju pengetahuan
yang lebih utuh. Dalam filsafat Aristoteles klasik pengetahuan lewat indra
termasuk dari enam pengetahuan yang aksioamatis (Analityca Posteriora).
Benda-benda alam seperti bumi, langit, matahari, lautan, dan segala sesuatu
yang ada di sekitar manusia yang dapat ditangkap manusia dengan indra disebut
sebagai hal yang dapat disimpulkan atau dipersepsi .
2.
Alam Akal (Nalar)
Kaum Rasionalis, selain alam semesta
atau alam fisik, meyakini bahwa akal merupakan sumber pengetahuan yang kedua
dan sekaligus juga sebagai alat pengetahuan. Mereka menganggap akal-lah yang sebenarnya
menjadi alat pengetahuan sedangkan indra hanya pembantu saja. Indra hanya
merekam atau memotret realita yang berkaitan dengannya, namun yang menyimpan
dan mengolah adalah akal. Karena kata mereka, indra saja tanpa akal tidak ada
artinya.
Alam
akal digolongkan sebagai salah satu sumber ilmu pengetahuan karena:
a.
Dalam pemikiran akal menarik kesimpulan
Yang dimaksud dengan menarik kesimpulan adalah
mengambil sebuah hukum atas sebuah kasus tertentu dari hukum yang general.
Aktivitas ini dalam istilah logika disebut silogisme kategoris demonstratif.
b.
Mengetahui konsep-konsep yang
general
Mengatakan bahwa pengetahuan akal
tentang konsep yang general melalui tiga tahapan, yaitu persentuhan indra
dengan materi, perekaman
ke dalam benak,
dan penyimpulan.
c. Pengelompokkan
Wujud
Akal mempunyai kemampuan
mengelompokkan segala yang ada di alam realita ke beberapa kelompok, misalnya realita-realita yang dikelompokkan ke
dalam substansi, apakah benda itu bersifat cair atau
Keras,
pemilihan dan penguraian.
d.
Akal dapat menggabungan dan dapat
menyusun. Akal
juga dapat memilah dan menguraikan.
e.
Kreativitas.
Dalam hal ini, akal dapat bersifat membangun dan
mengeluarkan pendapat atau pemikiran dalam mengefisiankan sesuatu.
3.
Hati (Intuisi dan Ilham)
Organ fisik yang berkaitan dengan fungsi
hati atau intuisi tidak diketahui dengan pasti, ada yang menyebut
jantung, ada juga yang menyebut otak bagian kanan. Pada praktiknya, intuisi
muncul berupa pengetahuan yang tiba-tiba saja hadir dalam kesadaran, tanpa
melalui proses penalaran yang jelas, non-analitis, dan tidak selalu logis.
Intuisi bisa muncul kapan saja tanpa kita rencanakan, baik saat santai maupun
tegang, ketika diam maupun bergerak. Kadang ia datang saat kita tengah
jalan-jalan di trotoar, saat kita sedang mandi, bangun tidur, saat main catur,
atau saat kita menikmati pemandangan alam. Intuisi disebut juga ilham atau
inspirasi. Meskipun pengetahuan intuisi hadir begitu saja secara tiba-tiba,
namun tampaknya ia tidak jatuh ke sembarang orang, melainkan hanya kepada orang
yang sebelumnya sudah berpikir keras mengenai suatu masalah. Oleh karena itu
intuisi sering disebut supra-rasional atau suatu kemampuan yang berada di atas
rasio, dan hanya berfungsi jika rasio sudah digunakan secara maksimal namun
menemui jalan buntu.
C. Cara-cara Mendapatkan Ilmu
Yang dimaksud cara-cara dalam pembahasan pada makalah ini ialah suatu cara
yang sistematis yang dapat digunakan dalam mencari ilmu pengetahuan, yakni ilmu
pengetahuan yang logis dan rasional.
Cara-cara yang dipakai dalam mencari ilmu pengetahuan hendaknya juga
merupakan cara yang efektif agar ilmu pengetahuan yang diperoleh benar-benar
ilmu pengetahuan yang tidak lagi diragukan kebenarannya. Sebab
diusahakan dengan cara yang benar. Adapun kebenaran yang dimaksud ialah
kebenaran yang tegas dan pasti. Sebab kebenaran adalah pernyataan tanpa ragu.
Menurut Atang Abdul Hakim dan Beni Ahmad Saebani dalam buku Filsafat Umum,
mengatakan bahwa pengetahuan diperoleh dengan tiga cara, yaitu: Dari gagasan dalam
pikiran atau ide, pengalaman, dan intuisi.
Adapun menurut Yuyun S. Suryasumantri
(2001: 50) pada dasarnya ada dua cara yang pokok bagi manusia untuk mendapatkan
pengetahuan yang benar. Yang pertama adalah mendasarkan diri kepada rasio dan
kedua mendasarkan diri kepada pengalaman.
Berdasarkan uraian di atas, maka terdapat
beberapa cara yang dapat digunakan untuk mencari
ilmu pengetahuan, menurut filsuf barat
adalah dengan metode Trial and Error (metode mencoba-coba), yaitu:
1.
Rasionalisme
Pengetahuan rasionalisme atau pengetahuan yang bersumber dari akal (rasio)
adalah suatu pengetahuan yang dihasilkan dari proses belajar dan mengajar,
diskusi ilmiah, pengkajian buku, pengajaran seorang guru, dan sekolah.
Hal ini berbeda dengan pengetahuan intuitif
atau pengetahuan yang berasal dari hati. Pengetahuan ini tidak akan didapatkan
dari suatu proses pengajaran dan pembelajaran resmi, akan tetapi, jenis
pengetahuan ini akan terwujud dalam bentuk-bentuk kehadiran, dan penyingkapan langsung terhadap hakikat-hakikat yang dicapai
melalui penampakan mistikal, penelitian jalan-jalan keagamaan, dan penelusuran tahapan-tahapan
spiritual. Tokoh-tokoh paham rasionalisme yaitu : Agustinus, Johanes
Scotus, Avicena, Rene Descrates, Spinoza, Leibniz, Fichte, Hegel, Plato,
Galileo, Leonardo da Vinci.
2.
Empirisme
Tak diragukan bahwa indra-indra lahiriah
manusia merupakan alat dan sumber pengetahuan, dan manusia mengenal objek-objek
fisik dengan perantaraanya. Setiap orang yang kehilangan salah satu dari
indranya akan sirna kemampuannya dalam mengetahui suatu realitas secara
partikular. Misalnya seorang yang kehilangan indra penglihatannya maka dia
tidak akan dapat menggambarkan warna dan bentuk sesuatu yang fisikal, dan lebih
jauh lagi orang itu tidak akan mempunyai suatu konsepsi universal tentang warna
dan bentuk.
Dengan demikian bahwa indra merupakan
sumber dan alat makrifat dan pengetahuan ialah hal yang sama sekali tidak diasingkan. Tokoh-tokoh paham Empirisme yaitu : John Locke, Berkeley,
David Hume, Gothe, August Comte.
3.
Fenomenalisme
Paham ini dikemukakan oleh Immanuel Kant,
filsuf Jerman. Dia berusaha mendamaikan pertentangan antara empirisme dan
rasionalisme. Menurut Kant, pengetahuan hanya bisa terjadi oleh kerjasama
antara pengalaman indra dan akal budi, dan tidak mungkin yang satu bekerja
tanpa yang lain. Indra hanya memberikan data yakni warna, cita-rasa,
bau, dan lain-lain. Untuk memperoleh pengetahuan, kita harus keluar atau
menembus pengalaman, pengetahuan terjadi dengan menghubung-hubungkan, dan ini
dilakukan oleh rasio (akal).
4.
Intuisionisme
Henri Bergson (1859-1941) adalah
tokoh aliran ini. Ia menganggap tidak hanya indera yang terbatas, akal juga
terbatas. Objek yang selalu berubah, demikian bargson. Jadi, pengetahuan kita
tentangnya tidak pernah tetap. Intelektual atau akal juga terbatas. Akal hanya
dapat memahami suatu objek bila ia mengonsentrasikan dirinya pada objek itu,
jadi dalam hal itu manusia tidak mengetahui keseluruhan (unique), tidak dapat
memahami sifat-sifat yang tetap pada objek. Misalnya manusia mempunyai pemikiran yang berbeda-beda.
Dengan menyadari kekurangan dari indera dan akal maka Bergson mengembangkan satu kemampuan
tingkat tinggi yang dimiliki manusia, yaitu intuisi.
Oleh karena itu intuisi
sering disebut supra-rasional atau suatu kemampuan yang berada di atas rasio,
dan hanya berfungsi jika rasio sudah digunakan secara maksimal namun menemui
jalan buntu.
5.
Wahyu
Wahyu adalah pemberitahuan langsung dari
Tuhan kepada manusia dan mewujudkan dirinya dalam kitab suci agama. Namun
sebagian pemikir Muslim ada yang menyamakan wahyu dengan intuisi, dalam
pengertian wahyu sebagai jenis intuisi pada tingkat yang paling tinggi, dan
hanya Nabi yang bisa memperolehnya.
Sebagai manusia yang beragama pasti meyakini bahwa wahyu merupakan sumber
ilmu, Karena diyakini bahwa wahyu itu bukanlah buatan manusia tetapi buatan
Tuhan Yang Maha Esa.
6.
Metode Ilmiah
Ini digunakan oleh para ilmuwan untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang sesuatu. Metode Ilmiah terdiri dari :
a.
Pengamatan/pengalaman yang digunakan sebagai dasar untuk merumuskan masalah.
b.
Hipotesa,
untuk penyelesaian yang berupa saran. Ini bersifat sementara dan perlu
diverifikasi lebih lanjut. Dalam hipotesa, kebenaran masih bersifat probalitas.
Kegiatan akal bergerak keluar dari pengalaman, mencari suatu bentuk untuk
menyusun fakta-fakta dalam kerangka tertentu. Hipotesa dilakukan melalui
penalaran induksi, dan memuat kalkulasi dan deduksi.
c.
Eksperimentasi,
merupakan kajian terhadap hipotesa. Hipotesa yang kebenarannya dapat dibuktikan
dan diperkuat dinamakan hukum, sedangkan di atas hukum terdapat teori.
Cara-cara memperoleh ilmu tidak hanya terbatas pada itu saja, tetapi masih ada menurut Ajaran Islam cara memperoleh ilmu yaitu:
1.
Pengajian Insani
Pengajian Insani terbagi kepada dua cara
yaitu;
a.
Dari Luar
(Mendapatkan ilmu dengan pengajian biasa)
b.
Dari Dalam
(Mendapatkan ilmu dengan berfikir hingga dapat dicungkil ilmu itu dari batin
jiwa, yaitu jiwa keseluruhan (An-Nafs Al-Kulli) atau (Al-Luh Al-Mahfuz), kemudian
barulah ilmu itu terukir pada jiwa.
2.
Pengajian Rabbani
Pengajian Rabbani juga terbagi kepada dua cara
yaitu;
a.
Menerusi Wahyu
dan
b.
Menerusi Ilham
Kedua cara ini lebih tinggi tingkatannya dari cara mendapatkan ilmu dari cara
berfikir. Wahyu dan Ilham adalah datang dari zat Allah dan
akal keseluruhan (Al-'Aqlul Kulli) menerusi jiwa keseluruhan (Al-Nafs Al-Kulli), kemudian baru
terukir pada jiwa.
Meskipun
kedua-duanya mempunyai saluran yang sama, Wahyu itu lebih tinggi dari daripada
Ilham. Wahyu untuk Nabi-nabi dan Rasul-rasul dan Ilham untuk Nabi-nabi dan
Wali-wali Allah. Ilmu yang didapati menurut ilham inilah
dinamakan 'Ilmu Laduni'.
D. Metode Berfikir Ilmiah
Metode berfikir ilmiah adalah suatu prosedur atau tata cara
tertentu untuk membuktikan benar salahnya suatu hipotesis yang ditentukan
sebelumnya. Secara operasional, metode ilmiah merupakan penggabungan antara
cara berfikir
deduktif (rasional) dan induktif (empiris) dalam membangun tubuh pengetahuan.
George F. Kneller (1964: 181)
menyatakan bahwa metode ilmiah adalah struktur rasional dalam melakukan
penyelidikan ilmiah. Dari metode ini hipotesis (dugaan) disusun dan kemudian
diuji untuk dibuktikan. Dengan demikian, metode ilmiah dapat diartikan sebagai
suatu prosedur atau tata cara tertentu untuk membuktikan benar salahnya suatu
hipotesis yang ditentukan sebelumnya. Metode ilmiah dipengaruhi unsur alam
yang berubah dan bergerak secara dinamis dan teratur.
Dengan ditemukannya metode ilmiah,
manusia bukan saja bisa hidup dalam ritme modernisme yang serba mudah dan
menjanjikan, akan tetapi juga secara perlahan mengganti sebagian peran Tuhan
dalam menentukan takdirnya.
Manusia tidak lagi berpangku tangan terhadap apa yang menjadi kehendak alam.
1. Kegunaan Metode Ilmiah
Metode ilmiah memiliki
kegunaan sebagai berikut:
a.
Untuk
mengembangkan pengetahuan.
b.
Untuk
memecahkan persoalan yang dihadapi manusia. Kemampuan manusia dalam memecahkan
persoalan yang dihadapinya akan menjadi starting point yang menjamin eksistensi
manusia.
c.
Memudahkan
ilmuwan dan pengguna keilmuannya untuk melakukan penelusuran dalam suatu
kajian.
2. Daya Dukung Terhadap Metode Berfikir Ilmiah
Menurut
Archi J. Bahm, harus menunjukkan metode berfikir ilmiah sebagai berikut:
a.
Masalah
Masalah adalah sesuatu yang timbul akibat adanya kesenjangan antara harapan
dengan kenyataan. Permasalahan dalam ilmu pengetahuan memiliki tiga ciri
sebagai berikut:
1)
Dapat dikomunikasikan (communicable)
dan dapat menjadi wacana publik.
2)
Dapat diganti dengan sikap ilmiah.
3)
Dapat ditangani dengan metode
ilmiah.
b. Sikap
Ilmiah
Sikap
ilmiah meliputi enam karakteritik, yaitu:
1)
Rasa ingin tahu (scientific
curiosity).
2)
Spekulatif.
3)
Obyektif.
4)
Keterbukaan.
5)
Kesediaan untuk menunda penilaian.
6)
Tentatif, artinya tidak bersifat
dogmatis terhadap hipotesis maupun simpulan.
c. Aktivitas
Ilmiah
Yang dimaksud aktivitas ilmiah di
sini adalah pekerjaan ilmuwan yang senantiasa melakukan riset untuk mencapai
pada apa yang disebutnya benar. Menurut Walter R. Borg dan Meredith D. Gall,
ada 7 langkah yang ditempuh peneliti dalam melakukan penelitiannya, yaitu:
1)
Menetapkan masalah.
2)
Merumuskan atau mendefinisikan
masalah.
3)
Menyusun hipotesis.
4)
Menetapkan teknik dan menyusun
instrumen penelitian.
5)
Mengumpulkan data yang diperlukan.
6)
Menganalisis data yang terkumpul.
7)
Menarik kesimpulan.
3. Sarana Berfikir
Ilmiah
Untuk dapat melakukan kegiatan berfikir ilmiah dengan baik diperlukan
sarana berfikir
ilmiah berupa:
a.
Bahasa Ilmiah
Bahasa ilmiah merupakan alat
komunikasi verbal yang dipakai dalam seluruh proses berfikir ilmiah. Bahasa merupakan alat
berfikir
dan alat komunikasi untuk menyampaikan jalan fikiran seluruh proses berfikir
ilmiah kepada orang lain.
b.
Logika metematika
Logika matematika mempunyai peran
penting dalam berfikir
deduktif sehingga mudah diikuti dan dilacak kembali kebenarannya.
c.
Logika statistika
logika statistika mempunyai peran
penting dalam berfikir
induktif mencari konsep-konsep
yang berlaku umum.
Kemampuan berfikir ilmiah yang baik sangat
didukung oleh penguasaan sarana berfikir dengan baik pula. Maka dalam proses berfikir ilmiah diharuskan untuk
mengetahui dengan benar peranan masing-masing sarana berfikir tersebut dalam keseluruhan
proses berfikir
ilmiah. Berfikir
ilmiah menyadarkan diri kepada proses metode ilmiah baik logika deduktif maupun
logika induktif. Ilmu dilihat dari segi pola fikirnya merupakan gabungan antara berfikir deduktif dan induktif.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengertian epistemologi ilmu secara ringkas yaitu suatu teori untuk
memahami/mengetahui mengenai hakikat ilmu pengetahuan atau ilmu filsafat
tentang pengetahuan.
Sumber ilmu pengetahuan adalah tanda-tanda yang
ada di dalam alam semesta, yang ada dalam diri manusia sendiri, dalam sejarah, Sumber-sumber ilmu pengetahuan itu secara garis
besar ada tiga, yaitu alam semesta (alam fisik), alam akal (nalar) dan hati (intuisi dan ilham).
Cara-cara yang dapat digunakan untuk mencari ilmu pengetahuan, menurut filsuf barat adalah dengan metode Trial and Error (metode mencoba-coba), yaitu: Rasionalisme, Empirisme, Fenomenalisme, Intuisionisme, Wahyu dan Metode Ilmiah. Sedangkan Cara-cara memperoleh ilmu tidak
hanya terbatas pada itu saja, tetapi masih ada menurut Ajaran Islam cara
memperoleh ilmu yaitu: Pengajian Insani dan pengajian Rabbani.
Metode berfikir ilmiah adalah suatu prosedur atau tata cara
tertentu untuk membuktikan benar salahnya suatu hipotesis yang ditentukan
sebelumnya. Secara operasional, metode ilmiah merupakan penggabungan antara
cara berfikir
deduktif (rasional) dan induktif (empiris) dalam membangun tubuh pengetahuan.
B. Saran
Semoga
dengan adanya makalah ini dapat membantu
teman-teman semua agar bisa mengetahui bagimana efistemologi ilmu, dan
bagaimana dalam menerapkannya.
Mohon maaf apabila dalam membuatan makalah ini masih banyak kekurangan atau
kesalahan. Karena penulis masih dalam tahap belajar. Maka dari itu penulis
meminta saran dan kritik yang membangun untuk pembuatan makalah yang
selanjutnya .
DAFTAR PUSTAKA
Jujun
Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, (Jakarta:Pustaka Sinar
Harapan, 1990), Diakses:
Selasa, 24 Februari 2015. 15.20
https://sulthonkalimosodho.wordpress.com/2011/11/03/sumber-sumber-ilmu-pengetahuan/ Diakses: sabtu 07 Maret 2015 20:37.
https://anggun0nggi.wordpress.com/2013/02/23/makalah-filsafat-ilmu-sumber-sumber-epistemologi/ Diakses: sabtu 07 Maret 2015 20:48
https://peradaban14islam.wordpress.com/2011/04/08/epistemologi-cara-mendapatkan-pengetahuan-yang-benar/ sabtu Maret 2015 21:06
http://sufismenews.blogspot.com/2011/04/cara-mendapatkan-ilmu-dari-kitab.html Diakses: sabtu 07 Maret 2015 21:10
http://risalatuna.blogspot.com/2013/01/metode-berpikir-ilmiah.html Diakses: sabtu 07 Maret 2015 21:14
https://subliyanto.wordpress.com/2012/12/12/pengertian-penelitian-metode-penelitian-dan-berfikir-ilmiah/
sabtu 07 Maret 2015 21:18
(http://ragamilmusyariah.blogspot.com/2013/03/sumber-sumber-ilmu-dalam-islam.html) Diakses: sabtu 6
Maret 205 21:01
Tidak ada komentar:
Posting Komentar