TOKO 0SCAR CLASSER

Kamis, 13 Maret 2014

pengaruh keteladanan orang tua terhadap keluarga (anak)



BAB
PENDAHULUAN\

A.    Latar Belakang Masalah
            Ketika seorang anak pertama kali lahir ke dunia dan melihat apa yang ada di dalam rumah dan sekelilingnya, tergambar dalam benaknya sosok awal dari sebuah gambaran kehidupan. Bagaimana awalnya dia harus bisa melangkah dalam hidupnya di dunia ini. Jiwanya yang masih suci dan bersih akan menerima segala bentuk apa saja yang datang mempengaruhinya. Maka anak akan dibentuk oleh setiap pengaruh yang datang dalam dirinya. Imam Al-Ghazali berkata : Anak adalah amanat bagi orang tuanya, hatinya bersih, suci dan polos, kosong dari segala ukiran dan gambaran. Anak akan selalu menerima segala yang diukirnya, dan akan cenderung terhadap apa saja yang mempengaruhinya. Maka apabila anak dibiasakan dan diajarkan untuk melakukan kebaikan, niscanya anak akan tumbuh dan terbentuk secara baik. Sehingga kedua orang tuanya akan mendapatkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat, begitu juga sebaliknya jika anak dibiasakan untuk melakukan kejahatan dan diterlantarkan, maka dosanya akan ditanggung oleh kedua orang  tuanya ( Muhammad Nur Abdul Hafizh,1997:35).

            Orang tua yang memberikan pendidikan agama kepada anak terutama dalam beribadah melalui perhatian, pembiasaan dan keteladanan akan lebih mudah diterima oleh anak daripada anak dididik dengan kekerasan dan orang tua sama sekali tidak memberikan pembiasaan dan keteladanan, maka anak akan rajin dan taat hanya waktu di rumah ketika dalam pengawasan orang tua. Setelah di luar rumah maka anak akan seenaknya dalam menjalankan ibadah. Dengan pembiasaan dan keteladanan orang tua dalam mengerjakan ibadah, baik itu sholat, berpuasa, membaca Al-Qur’an,
 shodaqoh (infaq, zakat) dan lain sebagainya, maka anak akan dengan sendirinya taat dalam beribadah. Taat bukan berarti mengerjakan kebaikan (ibadah) jika ada orang tua atau orang yang ditakuti akan tetapi mengerjakan ibadah sadar dengan sendirinya,dengan hati nuraninya dan dengan niat ikhlas
B.    Rumusan Masalah
1.    Bagaimana bimbingan orang tua terhadap anak dan ketaatan anak dalam beribadah  ?
2.    Sejauhmana tingkat ketaatan anak terhadap orang tua ?
3.    Adakah pengaruh antara bimbingan keagaaman orang tua terhadap ketaatan beribah?

C.    Tujuan Penelitian
1.    Untuk mengetahui bimbingan orang tua pengaruhnya terhadap  ketaatan beribadah.
2.    Untuk mengetahui sejauah mana tingkat ketaatan anak terhadap orang tua.
3.    Untuk mengetahui hubungan keagaaman orang tua pengaruhnya terhadap  ketaatan beribadah.






 BAB II
PEMBAHASAN

A.    Keteladaanan Orang Tua Terhadap Anggota Keluarga

Lingkungankeluarga (orang tua) merupakan pusat pendidikan yang pertama dan utama bagi seorang anak.Sebagai pusat pendidikan pertama dan utama, keluarga merupakan poros penentu dalam membentuk pribadi seorang anak menjadi muslim yang taat beribadah serta perkembangan berfikirnya dalam mempersiapkan anak bagi perannya di masa depan.
Pengalaman pergaulan dalam keluarga akan memberikan pengaruh  yang besar bagi pertumbuhan dan perkembangan anak pada masa yang akan datang. Keluargalah  yang akan memberikan wacana kehidupan seorang anak, baik perilaku, budipekerti maupun adat kebiasaan sehari-hari.  Dengan memberikan pendidikan  yang  baik kepada anak-anak dalam lingkungan keluarga, maka anak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik  pula, karena tujuan pendidikan  yang  dilaksanakan di dalam rumah tangga (keluarga) adalah untuk membina, membimbing dan mengarahkan anak kepada tujuan yang suci.
Pendidikan anak  di dalam keluarga secara umum berlangsung secara alamiah. Proses pendidikan yang diterima oleh seorang anak memiliki pengaruh dan akibat  yang  besar, terutama pada tahun-tahun pertama dari kehidupan mereka.
Pada usia tahun-tahun pertama tersebut, pertumbuhan kecerdasan anak masih terkait dengan panca indera dan daya pikirnya masih dalam tingkat abstraksi terbatas.
Hal  ini sesuai dengan pendapat  yang  dikemukakan oleh Zakiah Daradjat bahwa “Pendidikan, pembinaan iman dan taqwa anak belum dapat menggunakan  kata-kata (verbal), akan tetapi diperlukan contoh yang secara langsung sebagai teladan, pembiasaan dan latihan yang  terlaksana  di dalam keluarga sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan anak  yang berlangsung secara alamiah.

Betapa pentingnya pendidikan agama  dalam lingkungan keluarga, karena bagi seorang anak ketika ia dilahirkan kedunia, lingkungan sekitarnyalah  yang akan menentukan masadepannya.  Pembinaan –pembinaan terpenting  yang  menjadi tanggung jawab  orang  tua, bagi anaknya menjadi dasar atas masadepan kehidupannya. Seperti pembinaan akhlak,  tauhid, ibadah,  keagamaan dan kepribadian sosial.
Pembinaan ketaatan beribadah pada anak juga dimulai dari dalam keluarga. Anak  yang masih kecil, kegiatan ibadah yang lebih disenangi dan menarik baginya adalah yang mengandung gerak, karena pengertian agama belum dapat dipahaminya. Anak-anak suka melakukan shalat,  meniru  orang  tuanya, kendatipun dia tidak mengerti apa yang ia lakukan.
Pada diri setiap anak terdapat suatu dorongan dan daya untuk meniru, dengan dorongan ini anak dapat melakukan sesuatu  yang  telah dilakukan orang tuanya. Masa ini juga merupakan masa sensitive bagi anak, sebab apa  yang dilihat dan didengarnya akan selalu ditiru tanpa mempertimbangkan baik dan buruknya.  Dalam hal ini sangat diharapkan kewaspadaan serta perhatian yang besar dari orang tua, karena masa meniru ini secara tidak langsung turut membentuk watak anak  di kemudian hari.
Dengan demikian,  factor identifikasi dan meniru pada anak-anak amat penting, sehingga mereka menjadi terbina, terdidik dan belajar dari pengalaman langsung.  Hal ini pula yang nantinya akan berpengaruh lebih besar dari pada informasi atau pengajaran lewat instruksi dan petunjuk  yang  disampaikan dengan  kata-kata.
Dalam lingkungan keluarga,  pendidikan  yang  berlangsung  di dalamnya adalah pendidikan  informal,  dengan  orang  tua berperan sebagai pendidik.  Orang tua adalah pendidik kodrati. Mereka adalah pendidik bagi anak-anaknya karena secara kodrati ibu dan bapak diberikan anugerah oleh  Allah  SWT  berupa naluri orang tua.  Kasih saying dan perhatian keluarga,  khususnya  orang  tua, akan meninggalkan bekas yang positif dalam perkembangan jiwa anak.  Untuk itu sudah sepantasnya  orang  tua menjadi teladan  yang  baik bagi anak.

berikan keteladanan dilaksanakan dalam dua cara.  Hal ini senanda dengan apa  yang  diutarakan oleh Asnelly Ilyas bahwa, “dalam praktek pendidikan dan pengajaran, metode keteladanan dilaksanakan dengan dua cara, yaitu secara langsung (direct) dan tidak langsung  (indirect).
Di samping itu,  orang  tua juga berperan sebagai  Pembina  pribadi  yang pertama dalam hidup anak. Kepribadian  orang  tua,  sikap dan cara hidup mereka,  merupakan usnur-unsur pendidikan  yang  tidak langsung, yang dengan sendirinya akan masuk kedalam pribadi anak dalam masa pertumbuhan itu.
Hal  tersebut diperkuat oleh pendapat  Charles  Schaefer  yang  mengemukakan bahwa, “pengetahuan anak mengenai sikap  yang  benar  dan diterima  orang lain sebagian besar diperoleh dengan menyerap dan menirukan sikap  orang  tua.  Oleh karena itu, hal tersebut perlu disadari dan diperhatikan  orang  tua  agar dapat memberikan teladan  yang baik dan benar”.
Orang  tua memang memegang peranan  yang penting dalam hal mencukupi pendidikan agama pada anaknya, mereka dituntut untuk mengetahui tentang ilmu agama/ajaran-ajaran agama. Selain itu, orang  tua juga harus memberikan perhatian khusus terhadap anak, agar mereka mau melaksanakan ibadah dengan rasa ringan (tanpabeban) sekaligus menjiwai dan menerapkannya dalam berbagai bidang kehidupan. Hal  ini dapat dilakukan  orang tua dengan jalan  memberi  contoh praktek-praktek ibadah kepadaanaknya. Praktek ibadah  yang terlihat secara nyata  didalam lingkungan keluarga akan memberikan dampak  yang  positif bagi anak.
Lingkungan keluarga juga merupakan tempat /sarana Pembinaan kepribadian anak  yang  mendasar dan memiliki waktu yang lebih luas dari pada sekolah, sehingga apapun yang dibutuhkan telah diberikan sejak kecil oleh orang tua dan lingkungannya hingga dewasa nanti.

Senada dengan hal itu, Zakiah Daradjat menyatakan bahwa,  “Pada umumnya  agama seseorang ditentukan oleh pendidikan, pengalaman dan latihan-latihan  yang  dilaluinya pada masa kecil dulu. Seseorang  yang  pada masa kecilnya tidak pernah mendapatkan pendidikan agama, maka pada dewasanya nanti ia tidak akan merasakan pentingnya  agama dalam hidupnya”.
Secara moral kedua orang tua mempunyai tanggung jawab untuk memelihara, mengawasi dan melindungi serta membimbing keturunan mereka. Sebab,  menurut ajaran Islam anak adalah amanat  Allah SWT, amanat wajib dipertanggung jawabkan dan tanggung jawab itu diantaranya adalah menyelenggarakan pendidikan bagi anak-anak dalam keluarga.

Allah  SWT memerintahkan agar setiap  orang tua menjaga keluarganya dari siksa api neraka, sebagaimana firmanNya :

يَاأَيُّهَاالَّذِينَآمَنُواقُواأَنْفُسَكُمْوَأَهْلِيكُمْنَارًاوَقُودُهَاالنَّاسُوَالْحِجَارَةُعَلَيْهَامَلائِكَةٌغِلاظٌشِدَادٌلايَعْصُونَاللَّهَمَاأَمَرَهُمْوَيَفْعَلُونَمَايُؤْمَرُونَ
Artinya :
Hai orang-orang  yang  beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka  yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu;  penjaganya malaikat-malaikat  yang kasar,  yang  keras, yang  tidak mendurhakai  Allah terhadap apa  yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa  yang  diperintahkan.”
(Qs.At-Tahrim : 6)

Orang  tua  yang saleh, yang menjalankan ajaran-ajaran agama akan membawa dampak positif bagi anak dalam mengamalkan ajaran agama tersebut.  Karena anak adalah peniru  yang baik dan ia akan melakukan sesuai dengan apa yang ia lihat dan apa yang  dilakukan oleh  orang tuanya.  Hal ini ditegaskan oleh M. Nur Abdul Hafizh

bahwa, “Anak akan selalu melihat apa yang tengah dilakukan kedua  orang tuanya dan secara perlahan mulai meniru dan berlaku seperti mereka. Hingga jika mereka mendapatkan kedua orang tuanya berlaku jujur, maka hal itu akan membentuk mereka menjadi  orang  yang  jujur  pula.  Demikian  pula sebaliknya”.
Selain contoh atau perbuatan  yang dilakukan orang tua ditiru oleh anak-anaknya, hendaknya  orang tua dapat melatih dan membiasakan anak-anaknya untuk melaksanakan ibadah tersebut  dengan khusu’  dalam kehidupan sehari-hari, sehingga ketika mereka memasuki usia remaja yang rentan dengan masalah-masalah kejiwaan, seorang anak akan dapat menyelesaikan masalahnya sendiri dengan mendekatkan diri kepada Allah SWT.

B.     Keteladanan Orang Tua dalam Pendidikan Anak untuk membentuk Generasi Islam yang Kaffah
Output pendidikan saat ini sangat tergantung kepada partisispasi dari rumah (orang tua/siswa), sekolah dan masyarakat. Jika ketiga komponen ini dapat berjalanan dengan baik maka keberhasilan pendidikan anak-anak kita akan tampak serta memiliki akhlakul karimah. Rasullah saw bersabda :
عنأبيهريرةقال : قالرسولاللهصلىاللهعليهوسلمإنمابعثتلأتممصالحالأخلاق
Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda : Sesungguhnya aku di utus guna menyempurnakan kebaikan akhlak. (H.R. Ahmad, 8595).
            Rasulullah telah mengajari kita akan makna hidup yang sebenamya serta membawa kita menuju jalan hikmah yang diridloi Allah SWT, beliau memberikan ilmu yang belum kita ketahui dan mewariskan Islam sebagai agama yang patut diagungkan. Beliau pulalah yang membuka tirai hati dengan keikhlasan dan kelembutan tutursapanya.
 Rasulullah adalah manusia sempuma yang tidak mempunyai cacat sedikitpun, semua apa yang beliau aplikasikan selalu sesuai dengan iradat Allah, sehingga julukan Al-Amien yang beliau sandang tidak patut untuk dipermasalahkan. Gerak-gerik Rasulullah adalah hikmah dan tutur sapanya adalah nasehat. Kita selaku ummatnya harus menerjemahkan apa yang telah beliau lakukan sekaligus mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-sehari. Begitu pun dalam berkeluarga, kehidupan yang penuh cinta dan keharmonisan yang di hiasikasih sayang bisa beliau gapai. Hal ini membuktikan bahwa beliau berhasil membina dan memimpin rumah tangga yang beliau hadapi. Beliau selalu mengedepankan keadilan dan kejujuran, tranformasi ilmu dari Allah dilakoni dengan sebenamya. ini bukan karena beliau menjadi kekasih Allah tetapi beliau lebih menginginkan apa yang beliau praktekkan nantinya bisa dicontoh oleh umatnya.
            Keluarga (Orang tua) mempunyai peranan penting dalam pendidikan, karena Keluarga (Orang tua) merupakan tempat pertumbuhan anak yang pertama dimana dia mendapatkan pengaruh dari anggota-anggotanya pada masa yang amat penting dan paling kritis dalam pendidikan anak akan sangat membekas, sehingga tidak mudah hilang. Dari sini keluarga mempunyai peranan besar dalam pembangunan masyarakat. Karena keluarga merupakan batu pondasi bangunan dan tempat pembinaan pertama untuk mencetak dan mempersiapkan generasi islam yang kaffah.



C.    Tips yang dapat dilakukan orang tua maupun guru dalam menumbuhkan optimisme pada anak :

1.      Senantias memberikan pujian andaikata anak memperoleh nilai tinggi atau memperoleh keberhasilan.
2.      Berikan pujian juga saat dia melakukan sesuatu yang baik dan dikehendaki oleh kita.
3.      Membesarkan hati anak saat anak tersebut mengalami kesulitan atau kegagalan dalam belajar.
4.      Bantu anak agar dirinya memperoleh pengalaman sukses. Harga diri dan optimisme anak akan meningkat saat anak memperoleh keberhasilan. Contohnya memfasilitasi anak dalam menyalurkan bakatnya.
Berikan anak kesempatan untuk memecahkan “Problem”nya sendiri. Anak perlu diberi kesempatan membuktikan bahwa dirinya bias melakukan sesuatu.
5.       Jangan pernah mencap anak dengan predikat yang akan membuat dirinya minder atau frustasi seperti : Bodoh, pemalas, kurang pergaulan dan lain-lain.
Marilah kita bersama, baik orang tua di rumah maupun guru di sekolah berupaya menjadi tauladan dan berupaya menumbuhkan optimis pada anak, karena anak yang memiliki optimisme yang tinggi  ingsya Allah dewasa kelak akan terhindar dari stress, kecemasan, kemarahan yang berlebihan, serta akan memiliki keterampilan sosial yang baik ketika berhadapan dengan teman maupun lingkungannya.





BAB III
PENUTUP


A.     Kesimpulan
Lingkungan keluarga (orang tua) merupakan pusat pendidikan yang pertama dan utama bagi seorang anak.Sebagai pusat pendidikan pertama dan utama, keluarga merupakan poros penentu dalam membentuk pribadi seorang anak menjadi muslim yang taat beribadah serta perkembangan berfikirnya dalam mempersiapkan anak bagi perannya di masa depan.
Pengalaman pergaulan dalam keluarga akan memberikan pengaruh  yang besar bagi pertumbuhan dan perkembangan anak pada masa yang akan datang. Keluargalah  yang akan memberikan wacana kehidupan seorang anak, baik perilaku, budipekerti maupun adat kebiasaan sehari-hari.  Dengan memberikan pendidikan  yang  baik kepada anak-anak dalam lingkungan keluarga, maka anak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik  pula, karena tujuan pendidikan  yang  dilaksanakan di dalam rumah tangga (keluarga) adalah untuk membina, membimbing dan mengarahkan anak kepada tujuan yang suci.
Pendidikan anak  di dalam keluarga secara umum berlangsung secara alamiah. Proses pendidikan yang diterima oleh seorang anak memiliki pengaruh dan akibat  yang  besar, terutama pada tahun-tahun pertama dari kehidupan mereka.







DAPTAR  PUSTAKA


ZakiahDaradjat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah,  (Jakarta: CV Ruhama, 1995), Cet. Ke-2, h. 56
Jalaluddin,  Psikologi Agama,  (Jakarta: PT. Raja GrafindoPersada, 2001) Cet. ke-5, h. 215
Asnelly Ilyas,  Mendambakan Anak Sholeh, (Bandung: Al-Bayan, 1996), Cet. ke-3, h. 39-40
Charles Schaefer, Bagaimana Mempengaruhi Anak, (Semarang:  Dahara Prize, 1994),
 Cet. ke-5, h. 16
Zakiah Daradjat,  IlmuJiwa  Agama, (Jakarta: PT BulanBintang, 1991), Cet. ke-13, h. 35
 M. Nur Abdul Hafizh, Mendidik Anak Bersama Rasulullah,  (Bandung: Al-Bayan, 1997), Cet. ke-1, h. 291)










                                                                                                                       

MAKALAH
PSIKOLOGI
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas pokok yang bertema ‘pengaruh keteladanan orang tua terhadap keluarga (anak)


Di susun oleh :
Kelompok 4
Ato mulyato
Agus salim
Mukhlis saepul malik
Maulana irfan hilmi
Ai fitri nurlatofah
Asri siti maryam
Halimah


Tarbiyah  PAI  I F
INSTITUT AGAMA ISLAM CIPASUNG
SINGAPARNA TASIK MALAYA
2014
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya milik Allah SWT, yang telah menciptakan alam semesta, shalawat beserta salam semoga terlimpah curahkan selalu kepada imam yang suci dan pemimpin para rasul yaitu Nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya dan sahabatnya. Amiin.
Alhmdulillah dengan taufik serta hidayah-Nya penyusunan makalah yang berjudul “pengaruh keteladanan orang tua terhadap keluarga (anak) ” telah kami susun secara terperinci, dengan harapan agar dapat dimengerti oleh seluruh pembaca pada umumnya, dan dapat menunjang dalam kegiatan pembelajaran pisikolog di Institut Agama Islam Cipasung.
Kami berharap agar para pembaca dapat memberikan kritik dan masukan yang positif serta saran-sarannya untuk kesempurnaan makalah ini.
Merupakan suatu harapan pula, semoga makalah ini dapat menjadi motivator bagi kami untuk menyusun makalah lain yang lebih baik dan bermanfaat. Amiin.

Cipasung, 5 Februari 2014

Penulis



DAFTAR ISI
                                                           Halaman
KATAPENGANTAR.......................................................................       i
 DAFTAR ISI....................................................................................       ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................       1
A.        Latar Belakang Masalah........................................................        1
B.        Rumusan Masalah.................................................................         2
C.        Tujuan Makalah.....................................................................         2
BAB II PEMBAHASAN...................................................................         3
A.                Keteladaanan Orang Tua Terhadap Anggota Keluarga..........        3
B.                 Keteladanan Orang Tua dalam Pendidikan Anak untuk membentuk Generasi Islam yang Kaffah ....................................................      7
C.                Tips yang dapat dilakukan orang tua maupun guru dalam menumbuhkan optimisme pada anak........................................      9
BAB III PENUTUP ...............................................................................   10
A.        Kesimpulan.................................................................................   10
DAFTAR PUSTAKA  ...........................................................................   11


Tidak ada komentar:

Posting Komentar