BAB
PENDAHULUAN\
A.
Latar Belakang Masalah
Ketika
seorang anak pertama kali lahir ke dunia dan melihat apa yang ada di dalam
rumah dan sekelilingnya, tergambar dalam benaknya sosok awal dari sebuah
gambaran kehidupan. Bagaimana
awalnya dia harus bisa melangkah dalam hidupnya di dunia ini. Jiwanya yang
masih suci dan bersih akan menerima segala bentuk apa saja yang datang
mempengaruhinya. Maka anak akan dibentuk oleh setiap pengaruh yang datang dalam
dirinya. Imam Al-Ghazali berkata : Anak adalah amanat bagi orang tuanya,
hatinya bersih, suci dan polos, kosong dari segala ukiran dan gambaran. Anak
akan selalu menerima segala yang diukirnya, dan akan cenderung terhadap apa
saja yang mempengaruhinya. Maka apabila anak dibiasakan dan diajarkan untuk
melakukan kebaikan, niscanya anak akan tumbuh dan terbentuk secara baik.
Sehingga kedua orang tuanya akan mendapatkan kebahagiaan di dunia dan di
akhirat, begitu juga sebaliknya jika anak dibiasakan untuk melakukan kejahatan
dan diterlantarkan, maka dosanya akan ditanggung oleh kedua orang tuanya
( Muhammad Nur Abdul Hafizh,1997:35).
Orang
tua yang memberikan pendidikan agama kepada anak terutama dalam beribadah
melalui perhatian, pembiasaan dan keteladanan akan lebih mudah diterima oleh
anak daripada anak dididik dengan kekerasan dan orang tua sama sekali tidak
memberikan pembiasaan dan keteladanan, maka anak akan rajin dan taat hanya
waktu di rumah ketika dalam pengawasan orang tua. Setelah di luar rumah maka anak akan seenaknya dalam
menjalankan ibadah. Dengan pembiasaan dan keteladanan orang tua dalam
mengerjakan ibadah, baik itu sholat, berpuasa, membaca Al-Qur’an,
shodaqoh
(infaq, zakat) dan lain sebagainya, maka anak akan dengan sendirinya taat dalam
beribadah. Taat bukan berarti mengerjakan kebaikan (ibadah) jika ada orang tua
atau orang yang ditakuti akan tetapi mengerjakan ibadah sadar dengan
sendirinya,dengan hati nuraninya dan dengan niat ikhlas
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana
bimbingan orang tua terhadap anak dan ketaatan anak dalam beribadah ?
2. Sejauhmana tingkat
ketaatan anak terhadap orang tua ?
3. Adakah pengaruh
antara bimbingan keagaaman orang tua terhadap ketaatan beribah?
C. Tujuan
Penelitian
1. Untuk
mengetahui bimbingan orang tua pengaruhnya terhadap ketaatan beribadah.
2. Untuk
mengetahui sejauah mana tingkat ketaatan anak terhadap orang tua.
3. Untuk
mengetahui hubungan keagaaman orang tua pengaruhnya terhadap ketaatan
beribadah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Keteladaanan
Orang Tua Terhadap Anggota Keluarga
Lingkungankeluarga
(orang tua) merupakan pusat pendidikan yang pertama dan utama bagi seorang anak.Sebagai pusat pendidikan pertama dan utama,
keluarga merupakan poros penentu dalam membentuk pribadi seorang anak menjadi muslim yang taat beribadah serta perkembangan berfikirnya dalam mempersiapkan anak bagi perannya di masa depan.
Pengalaman pergaulan dalam keluarga akan memberikan pengaruh yang besar bagi pertumbuhan dan perkembangan anak pada masa yang akan datang. Keluargalah yang akan memberikan wacana kehidupan seorang anak, baik perilaku, budipekerti maupun adat kebiasaan sehari-hari. Dengan memberikan pendidikan yang baik kepada anak-anak dalam lingkungan keluarga, maka anak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pula, karena tujuan pendidikan yang dilaksanakan di dalam rumah tangga (keluarga) adalah untuk membina, membimbing dan mengarahkan anak kepada tujuan yang suci.
Pendidikan anak di dalam keluarga secara umum berlangsung secara alamiah. Proses pendidikan yang
diterima oleh seorang anak memiliki pengaruh dan akibat yang besar, terutama pada tahun-tahun pertama dari kehidupan mereka.
Pada usia tahun-tahun pertama tersebut, pertumbuhan kecerdasan anak masih terkait dengan panca indera dan daya pikirnya masih dalam tingkat abstraksi terbatas.
Hal
ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Zakiah Daradjat bahwa “Pendidikan, pembinaan iman dan taqwa anak belum dapat menggunakan kata-kata
(verbal), akan tetapi diperlukan contoh yang secara langsung sebagai teladan, pembiasaan dan latihan
yang terlaksana di dalam keluarga sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan anak yang berlangsung secara alamiah.
Betapa pentingnya pendidikan agama dalam lingkungan keluarga, karena bagi seorang anak ketika ia dilahirkan kedunia, lingkungan sekitarnyalah yang akan menentukan masadepannya. Pembinaan –pembinaan terpenting yang menjadi tanggung jawab orang tua, bagi anaknya menjadi dasar atas masadepan kehidupannya. Seperti pembinaan akhlak, tauhid, ibadah, keagamaan dan kepribadian sosial.
Pembinaan ketaatan beribadah pada anak juga dimulai dari dalam keluarga. Anak yang masih kecil,
kegiatan ibadah
yang lebih disenangi dan menarik baginya adalah yang mengandung gerak, karena pengertian agama belum dapat dipahaminya. Anak-anak suka melakukan shalat, meniru orang tuanya, kendatipun dia tidak mengerti apa yang ia lakukan.
Pada diri setiap anak terdapat suatu dorongan dan daya untuk meniru, dengan dorongan ini anak dapat melakukan sesuatu yang telah dilakukan
orang tuanya. Masa ini juga merupakan masa sensitive bagi anak,
sebab apa yang dilihat dan didengarnya akan selalu ditiru tanpa mempertimbangkan baik dan buruknya. Dalam hal ini sangat diharapkan kewaspadaan serta perhatian yang besar dari orang tua, karena masa meniru ini secara tidak langsung turut membentuk watak anak di kemudian hari.
Dengan demikian, factor identifikasi dan meniru pada anak-anak amat penting,
sehingga mereka menjadi terbina, terdidik dan belajar dari pengalaman langsung. Hal ini pula yang nantinya akan berpengaruh lebih besar dari pada informasi atau pengajaran lewat instruksi dan petunjuk yang disampaikan dengan kata-kata.
Dalam lingkungan keluarga, pendidikan yang berlangsung di dalamnya adalah pendidikan informal, dengan orang tua berperan sebagai pendidik. Orang tua adalah pendidik kodrati. Mereka adalah pendidik bagi anak-anaknya karena secara kodrati ibu dan bapak diberikan anugerah oleh Allah SWT berupa naluri
orang tua. Kasih saying dan perhatian keluarga, khususnya orang tua, akan meninggalkan bekas yang positif dalam perkembangan jiwa anak. Untuk itu sudah sepantasnya orang tua menjadi teladan yang baik bagi anak.
berikan keteladanan dilaksanakan dalam dua cara. Hal ini senanda dengan apa yang diutarakan oleh Asnelly Ilyas bahwa, “dalam praktek pendidikan dan pengajaran,
metode keteladanan dilaksanakan dengan dua cara,
yaitu secara langsung (direct) dan tidak langsung (indirect).
Di
samping itu, orang tua juga berperan sebagai Pembina pribadi yang pertama dalam hidup anak. Kepribadian orang tua, sikap dan cara hidup mereka, merupakan usnur-unsur pendidikan yang tidak langsung,
yang dengan sendirinya akan masuk kedalam pribadi anak dalam masa pertumbuhan itu.
Hal tersebut diperkuat oleh pendapat Charles Schaefer yang mengemukakan bahwa,
“pengetahuan anak mengenai sikap yang benar dan diterima orang lain sebagian besar diperoleh dengan menyerap dan menirukan sikap orang tua. Oleh karena itu, hal tersebut perlu disadari dan diperhatikan orang tua agar dapat memberikan teladan yang baik dan benar”.
Orang tua memang memegang peranan yang penting dalam hal mencukupi pendidikan agama pada anaknya, mereka dituntut untuk mengetahui tentang ilmu agama/ajaran-ajaran agama. Selain itu, orang tua juga harus
memberikan perhatian khusus terhadap anak, agar mereka mau melaksanakan ibadah dengan
rasa ringan (tanpabeban) sekaligus menjiwai dan menerapkannya dalam berbagai bidang
kehidupan. Hal ini dapat dilakukan orang tua dengan jalan memberi contoh praktek-praktek ibadah kepadaanaknya. Praktek ibadah yang terlihat secara nyata didalam lingkungan keluarga akan memberikan dampak yang positif bagi anak.
Lingkungan keluarga juga merupakan tempat /sarana Pembinaan kepribadian anak yang mendasar dan memiliki waktu yang lebih luas dari pada sekolah,
sehingga apapun
yang dibutuhkan telah diberikan sejak kecil oleh orang tua dan lingkungannya hingga dewasa nanti.
Senada dengan hal itu,
Zakiah Daradjat menyatakan bahwa, “Pada umumnya agama seseorang ditentukan oleh pendidikan,
pengalaman dan latihan-latihan yang dilaluinya pada masa kecil dulu. Seseorang yang pada masa kecilnya tidak pernah mendapatkan pendidikan agama, maka pada dewasanya nanti ia tidak akan merasakan pentingnya agama dalam hidupnya”.
Secara
moral kedua orang tua mempunyai tanggung jawab untuk memelihara, mengawasi dan melindungi serta membimbing keturunan mereka. Sebab, menurut ajaran Islam anak
adalah amanat Allah SWT, amanat wajib dipertanggung
jawabkan dan tanggung jawab itu diantaranya adalah menyelenggarakan pendidikan bagi
anak-anak dalam keluarga.
Allah SWT memerintahkan agar setiap orang tua menjaga keluarganya dari siksa api neraka,
sebagaimana firmanNya
:
يَاأَيُّهَاالَّذِينَآمَنُواقُواأَنْفُسَكُمْوَأَهْلِيكُمْنَارًاوَقُودُهَاالنَّاسُوَالْحِجَارَةُعَلَيْهَامَلائِكَةٌغِلاظٌشِدَادٌلايَعْصُونَاللَّهَمَاأَمَرَهُمْوَيَفْعَلُونَمَايُؤْمَرُونَ
Artinya :
Hai orang-orang yang
beriman,
peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”
(Qs.At-Tahrim : 6)
Orang
tua yang saleh, yang menjalankan ajaran-ajaran agama akan membawa dampak positif bagi anak dalam mengamalkan ajaran agama tersebut. Karena anak adalah peniru yang baik dan ia akan melakukan sesuai dengan apa yang ia lihat dan apa
yang dilakukan oleh orang tuanya.
Hal ini ditegaskan oleh M. Nur Abdul Hafizh
bahwa,
“Anak akan selalu melihat apa yang tengah dilakukan kedua orang tuanya dan secara perlahan mulai meniru dan berlaku seperti mereka. Hingga jika mereka mendapatkan kedua orang tuanya berlaku jujur, maka hal itu akan membentuk mereka menjadi orang yang jujur pula. Demikian pula sebaliknya”.
Selain contoh atau perbuatan yang dilakukan orang tua ditiru oleh anak-anaknya,
hendaknya orang tua dapat melatih dan membiasakan anak-anaknya untuk melaksanakan ibadah tersebut dengan khusu’ dalam kehidupan sehari-hari, sehingga ketika mereka memasuki usia remaja
yang rentan dengan masalah-masalah kejiwaan, seorang anak akan dapat menyelesaikan masalahnya sendiri dengan mendekatkan diri kepada
Allah SWT.
B. Keteladanan
Orang Tua dalam Pendidikan Anak untuk membentuk Generasi Islam yang Kaffah
Output pendidikan saat
ini sangat tergantung kepada partisispasi dari rumah (orang tua/siswa), sekolah
dan masyarakat. Jika ketiga komponen ini dapat berjalanan dengan baik maka
keberhasilan pendidikan anak-anak kita akan tampak serta memiliki akhlakul
karimah. Rasullah saw bersabda :
عنأبيهريرةقال :
قالرسولاللهصلىاللهعليهوسلمإنمابعثتلأتممصالحالأخلاق
Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW
bersabda : Sesungguhnya aku di utus guna menyempurnakan kebaikan akhlak. (H.R.
Ahmad, 8595).
Rasulullah telah mengajari kita
akan makna hidup yang sebenamya serta membawa kita menuju jalan hikmah yang
diridloi Allah SWT, beliau memberikan ilmu yang belum kita ketahui dan
mewariskan Islam sebagai agama yang patut diagungkan. Beliau pulalah yang
membuka tirai hati dengan keikhlasan dan kelembutan tutursapanya.
Rasulullah adalah manusia sempuma yang tidak
mempunyai cacat sedikitpun, semua apa yang beliau aplikasikan selalu sesuai
dengan iradat Allah, sehingga julukan Al-Amien yang beliau sandang tidak patut
untuk dipermasalahkan. Gerak-gerik Rasulullah adalah hikmah dan tutur sapanya
adalah nasehat. Kita selaku ummatnya harus menerjemahkan apa yang telah beliau
lakukan sekaligus mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-sehari. Begitu pun
dalam berkeluarga, kehidupan yang penuh cinta dan keharmonisan yang di
hiasikasih sayang bisa beliau gapai. Hal ini membuktikan bahwa beliau berhasil
membina dan memimpin rumah tangga yang beliau hadapi. Beliau selalu
mengedepankan keadilan dan kejujuran, tranformasi ilmu dari Allah dilakoni
dengan sebenamya. ini bukan karena beliau menjadi kekasih Allah tetapi beliau
lebih menginginkan apa yang beliau praktekkan nantinya bisa dicontoh oleh
umatnya.
Keluarga (Orang tua) mempunyai
peranan penting dalam pendidikan, karena Keluarga (Orang tua) merupakan tempat
pertumbuhan anak yang pertama dimana dia mendapatkan pengaruh dari
anggota-anggotanya pada masa yang amat penting dan paling kritis dalam
pendidikan anak akan sangat membekas, sehingga tidak mudah hilang. Dari sini
keluarga mempunyai peranan besar dalam pembangunan masyarakat. Karena keluarga
merupakan batu pondasi bangunan dan tempat pembinaan pertama untuk mencetak dan
mempersiapkan generasi islam yang kaffah.
C.
Tips yang dapat dilakukan orang tua
maupun guru dalam menumbuhkan optimisme pada anak :
1.
Senantias
memberikan pujian andaikata anak memperoleh nilai tinggi atau memperoleh
keberhasilan.
2.
Berikan
pujian juga saat dia melakukan sesuatu yang baik dan dikehendaki oleh kita.
3.
Membesarkan
hati anak saat anak tersebut mengalami kesulitan atau kegagalan dalam belajar.
4.
Bantu
anak agar dirinya memperoleh pengalaman sukses. Harga diri dan optimisme anak
akan meningkat saat anak memperoleh keberhasilan. Contohnya memfasilitasi anak
dalam menyalurkan bakatnya.
Berikan anak kesempatan
untuk memecahkan “Problem”nya sendiri. Anak perlu diberi kesempatan membuktikan
bahwa dirinya bias melakukan sesuatu.
5.
Jangan pernah mencap anak dengan predikat yang
akan membuat dirinya minder atau frustasi seperti : Bodoh, pemalas, kurang
pergaulan dan lain-lain.
Marilah
kita bersama, baik orang tua di rumah maupun guru di sekolah berupaya menjadi
tauladan dan berupaya menumbuhkan optimis pada anak, karena anak yang memiliki
optimisme yang tinggi ingsya Allah
dewasa kelak akan terhindar dari stress, kecemasan, kemarahan yang berlebihan,
serta akan memiliki keterampilan sosial yang baik ketika berhadapan dengan
teman maupun lingkungannya.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Lingkungan
keluarga (orang tua) merupakan pusat pendidikan yang pertama dan utama bagi
seorang anak.Sebagai pusat pendidikan pertama dan utama, keluarga merupakan
poros penentu dalam membentuk pribadi seorang anak menjadi muslim yang taat
beribadah serta perkembangan berfikirnya dalam mempersiapkan anak bagi perannya
di masa depan.
Pengalaman
pergaulan dalam keluarga akan memberikan pengaruh yang besar bagi pertumbuhan dan perkembangan
anak pada masa yang akan datang. Keluargalah
yang akan memberikan wacana kehidupan seorang anak, baik perilaku,
budipekerti maupun adat kebiasaan sehari-hari.
Dengan memberikan pendidikan
yang baik kepada anak-anak dalam
lingkungan keluarga, maka anak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pula, karena tujuan pendidikan yang
dilaksanakan di dalam rumah tangga (keluarga) adalah untuk membina,
membimbing dan mengarahkan anak kepada tujuan yang suci.
Pendidikan
anak di dalam keluarga secara umum
berlangsung secara alamiah. Proses pendidikan yang diterima oleh seorang anak
memiliki pengaruh dan akibat yang besar, terutama pada tahun-tahun pertama dari
kehidupan mereka.
DAPTAR PUSTAKA
ZakiahDaradjat, Pendidikan Islam
dalam Keluarga dan Sekolah, (Jakarta: CV Ruhama, 1995), Cet. Ke-2, h. 56
Jalaluddin, Psikologi
Agama, (Jakarta: PT. Raja GrafindoPersada, 2001) Cet.
ke-5, h. 215
Asnelly Ilyas, Mendambakan Anak Sholeh, (Bandung: Al-Bayan, 1996),
Cet. ke-3, h. 39-40
Charles Schaefer, Bagaimana Mempengaruhi Anak, (Semarang: Dahara Prize, 1994),
Cet. ke-5, h. 16
Zakiah Daradjat, IlmuJiwa
Agama,
(Jakarta: PT BulanBintang, 1991), Cet. ke-13, h. 35
M. Nur Abdul Hafizh, Mendidik Anak Bersama Rasulullah, (Bandung: Al-Bayan, 1997), Cet. ke-1, h. 291)
MAKALAH
PSIKOLOGI
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas
pokok yang bertema ‘pengaruh keteladanan orang
tua terhadap keluarga (anak)
Di susun oleh :
Kelompok 4
Ato mulyato
Agus salim
Mukhlis
saepul malik
Maulana irfan hilmi
Ai fitri nurlatofah
Asri siti maryam
Halimah
Tarbiyah PAI I
F
INSTITUT AGAMA ISLAM CIPASUNG
SINGAPARNA TASIK MALAYA
2014
KATA PENGANTAR
Segala
puji hanya milik Allah SWT, yang telah menciptakan alam semesta, shalawat
beserta salam semoga terlimpah curahkan selalu kepada imam yang suci dan
pemimpin para rasul yaitu Nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya dan sahabatnya.
Amiin.
Alhmdulillah
dengan taufik serta hidayah-Nya penyusunan makalah yang berjudul “pengaruh keteladanan orang tua terhadap keluarga
(anak) ” telah kami susun secara terperinci, dengan
harapan agar dapat dimengerti oleh seluruh pembaca pada umumnya, dan dapat menunjang
dalam kegiatan pembelajaran pisikolog
di Institut Agama Islam Cipasung.
Kami
berharap agar para pembaca dapat memberikan kritik dan masukan yang positif
serta saran-sarannya untuk kesempurnaan makalah ini.
Merupakan
suatu harapan pula, semoga makalah ini dapat menjadi motivator bagi kami untuk
menyusun makalah lain yang lebih baik dan bermanfaat. Amiin.
Cipasung, 5 Februari 2014
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATAPENGANTAR....................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................... ii
BAB I
PENDAHULUAN................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah........................................................ 1
B. Rumusan Masalah................................................................. 2
C. Tujuan Makalah..................................................................... 2
BAB II
PEMBAHASAN................................................................... 3
A.
Keteladaanan Orang Tua Terhadap Anggota Keluarga.......... 3
B.
Keteladanan Orang Tua dalam Pendidikan Anak untuk
membentuk Generasi Islam yang Kaffah
.................................................... 7
C.
Tips yang
dapat dilakukan orang tua maupun guru dalam menumbuhkan optimisme pada anak........................................ 9
BAB III PENUTUP ............................................................................... 10
A. Kesimpulan.................................................................................
10
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 11
Tidak ada komentar:
Posting Komentar