BAB I
PENDAHULAN
A.
Latar Belakang Masalah
Kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang disertai dengan semakin kencangnya arus
globalisasi dunia membawa dampak tersendiri bagi dunia pendidikan. Banyak
sekolah di indonesia dalam beberapa tahun belakangan ini mulai melakukan
globalisasi dalam sistem pendidikan internal sekolah. Hal ini terlihat pada
sekolah – sekolah yang dikenal dengan billingual
school, dengan diterapkannya bahasa asing seperti bahasa Inggris dan bahasa
Mandarin sebagai mata ajar wajib sekolah. Selain itu berbagai jenjang
pendidikan mulai dari sekolah menengah hingga perguruan tinggi baik negeri
maupun swasta yang membuka program kelas internasional. Globalisasi pendidikan
dilakukan untuk menjawab kebutuhan pasar akan tenaga kerja berkualitas yang
semakin ketat. Dengan globalisasi pendidikan diharapkan tenaga kerja Indonesia
dapat bersaing di pasar dunia. Apalagi dengan akan diterapkannya perdagangan
bebas, misalnya dalam lingkup negara-negara ASEAN, mau tidak mau dunia
pendidikan di Indonesia harus menghasilkan lulusan yang siap kerja agar tidak
menjadi “budak” di negeri sendiri.
B.
Tujuan Permasalahan
Dengan dibuatnya makalah ini dan hal-hal yang mencakup tentang
globalisasi pendidikan diharapkan pembaca dapat memahami apa itu globalisasi
dan hal-hal yang tercakup didalam globalisasi tersebut.
BAB 11
GLOBALISASI DUNIA PENDIDIKAN
A.
PENGERTIAN
GLOBALISASI
Menurut
asal katanya globalisasi berasal dari kata “Global” yang maknanya universal.
Globalisasi adalah suatu proses tatanan masyarakat yang mendunia dan tidak
mengenal batas wilayah. Globalisasi pada hakikatnya adalah suatu proses dari
gagasan yang dimunculkan, kemudian ditawarkan untuk diikuti oleh bangsa lain
yang akhirnya sampai pada suatu titik kesepakatan bersama dan menjadi pedoman
bersama bagi bangsa- bangsa di seluruh dunia. Globalisasi telah menjadi sebuah
kata yang memiliki makna tersendiri. Banyak pengguna istilah globalisasi
memahaminya berbeda dari makna yang sesungguhnya. Realitas semacam ini bisa
diterima mengingat tidak ada definisi yang tunggal terhadap globalisasi.
Maksudnya
globalisasi memiliki banyak pengertian tergantung orang mengartikan globalisasi
dari sisi tertentu, ada orang yang mengartikan globalisasi berdasarkan dunia
pendidikan, sosial, ekonomi, politik. Sehingga kata globalisasi tersebut
memiliki pengertian yang beragam. Pendapat J.A. Scholte (2002:15-17) yang
menyimpulkan bahwa setidaknya ada lima kategori pengertian globalisasi yang
umum ditemukan dalam literatur. Kelima kategori definisi tersebut berkaitan
satu sama lain dan kadangkala saling tumpang-tindih, namun masing-masing
mengandung unsur yang khas.
1.
Globalisasi
sebagai internasionalisasi
Dengan
pemahaman ini, globalisasi dipandang sekedar `sebuah kata sifat (adjective)
untuk menggambarkan hubungan antar-batas dari berbagai negara’. la
menggambarkan pertumbuhan dalam pertukaran dan interdependensi internasional.
Semakin besar volume perdagangan dan investasi modal, maka ekonomi antar-negara
semakin terintegrasi menuju ekonomi global di mana `ekonomi nasional yang
distingtif dilesap dan diartikulasikan kembali ke dalam suatu sistem melalui
proses dan kesepakatan internasional’
2.
Globalisasi
sebagai liberalisasi
Dalam
pengertian ini, “globalisasi” merujuk pada sebuah proses penghapusan
hambatan-¬hambatan yang dibuat oleh pemerintah terhadap mobilitas antar negara
untuk menciptakan sebuah ekonomi dunia yang terbuka dan tanpa-batas. Mereka
yang berpendapat pentingnya menghapus hambatan-hambatan perdagangan dan kontrol
modal biasanya berlindung di balik mantel globalisasi.
3.
Globalisasi
sebagai universalisasi
Dalam
konsep ini, kata global digunakan dengan pemahaman bahwa proses mendunia dan
globalisasi merupakan proses penyebaran berbagai objek dan pengalaman kepada
semua orang ke seluruh penjuru dunia. Contoh klasik dari konsep ini adalah
penyebaran teknologi komputer, televisi, internet, dan lain-lain.
4.
Globalisasi
sebagai westernisasi atau modernisasi (lebih dalam bentuk yang Americanised)
Globalisasi
dalam konteks ini dipahami sebagai sebuah dinamika, di mana struktur-struktur
sosial modernitas (kapitalisme, rasionalisme, industrialisme, birokratisme,
dsb.) disebarkan ke seluruh penjuru dunia, yang dalam prosesnya cenderung
merusak budaya setempat yang telah mapan serta merampas hak self-determination
rakyat setempat.
5.
Globalisasi
sebagai penghapusan batas-batas teritorial (atau sebagai persebaran
supra-teritorialitas)
Globalisasi
mendorong rekonfigurasi geografis, sehingga ruang-sosial tidak lagi semata
dipetakan dengan kawasan teritorial, jarak teritorial, dan batas-batas
teritorial. Dalam konteks ini, globalisasi juga dipahami sebagai sebuah proses
(atau serangkaian proses) yang melahirkan sebuah transformasi dalam spatial
organisation dari hubungan sosial dan transaksi-ditinjau dari segi ekstensitas,
intensitas, kecepatan dan dampaknya yang memutar mobilitas antar-benua atau
antar-regional serta jaringan aktivitas.
B.
PERAN
GLOBALISASI DUNIA PENDIDIKAN DI INDONESIA
Sebagai
suatu entitas yang terkait dalam budaya dan peradaban manusia, pendidikan di
berbagai belahan dunia mengalami perubahan sangat mendasar dalam era
globalisasi. Ada banyak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang bisa
dinikmati umat manusia. Namun sebaliknya, kemajuan tersebut juga beriringan dengan
kesengsaraan banyak anak manusia, apalagi dalam era globalisasi sekarang ini.
Pendidikan sudah menjadi komoditas yang makin menarik. Suatu fenomena menarik
dalam hal pembiayaan pendidikan menunjukkan gejala industrialisasi sekolah.
Bahkan beberapa sekolah mahal didirikan dan dikaitkan dengan pengembangan suatu
kompleks perumahan elite. Sekolah-sekolah nasional plus di kota-kota besar di
Indonesia dimiliki oleh pebisnis tingkat nasional dan didirikan dengan
mengandalkan jaringan multinasional berupa adopsi kurikulum dan staf pengajar
asing.
Otonomi
pendidikan tinggi membawa implikasi hak dan kewajiban perguruan tinggi negeri
dan swasta untuk mengatur pengelolaannya sendiri termasuk mencari sumber-sumber
pendapatan untuk menghidupi diri. Konsekuensi logis dari otonomi kampus, saat
ini perguruan tinggi seakan berlomba membuka program baru atau menjalankan
strategi penjaringan mahasiswa baru untuk mendatangkan dana. Perdebatan antara
anti-otonomi dan pro-otonomi perguruan tinggi tidak akan berkesudahan dan mencapai
titik temu. Berkurangnya tanggung jawab pemerintah dalam pembiayaan pendidikan
mengarah pada gejala privatisasi pendidikan. Dikotomi sekolah negeri dan swasta
menjadi kabur dan persaingan antar sekolah akan makin seru. Akibat langsung
dari privatisasi pendidikan adalah segregasi siswa berdasarkan status
sosio-ekonomi. Atau, kalaupun fenomena itu sudah terjadi di beberapa kota,
pemisahan antara siswa dari keluarga miskin dan kaya akan makin jelas dan
kukuh.
Siswa-siswa
dari keluarga miskin tidak akan mampu menanggung biaya yang makin mencekik
sehingga mereka akan terpaksa mencari dan terkonsentrasi di sekolah-sekolah
yang minimalis. Sementara itu, siswa-siswa dari kelas menengah dan atas bebas
memilih sekolah dengan sarana dan prasarana yang memadai. Selanjutnya, karena
sekolah-sekolah ini mendapatkan iuran pendidikan yang memadai dari siswa,
sekolah-sekolah ini juga akan mempunyai lebih banyak keleluasaan untuk makin
membenahi diri dan meningkatkan mutu pendidikan. Jadi, sekolah yang sudah baik
akan menjadi (atau mempunyai kesempatan) untuk menjadi lebih baik. Sebaliknya,
sekolah yang miskin akan makin terperosok dalam kebangkrutan.
Dalam
dinamika globalisasi, anak-anak bangsa tercecer dalam berbagai sekolah
yang beragam menurut latar belakang sosio-ekonomi yang berbeda. Negara belum mampu memberikan kesempatan yang adil bagi semua anak bangsa untuk mendapatkan pendidikan yang bermutu. Sampai saat ini, belum tampak adanya pembenahan yang signifikan dan terpadu untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia, dari tingkat pendidikan dasar sampai dengan tingkat pendidikan tinggi. Muncul pertanyaan besar: Ke mana arah pendidikan di Indonesia? Pendidikan dimaksudkan sebagai mempersiapkan anak-anak bangsa untuk menghadapi masa depan dan menjadikan bangsa ini bermartabat di antara bangsa-bangsa lain di dunia. Masa depan yang selalu berkembang menuntut pendidikan untuk selalu menyesuaikan diri dan menjadi lokomotif dari proses demokratisasi dan pembangunan bangsa. Pendidikan membentuk masa depan bangsa. Akan tetapi, pendidikan yang masih menjadi budak sistem politik masa kini telah kehilangan jiwa dan kekuatan untuk memastikan reformasi bangsa sudah berjalan sesuai dengan tujuan dan berada pada rel yang tepat. Dalam konteks globalisasi, pendidikan di Indonesia perlu membiasakan anak-anak untuk memahami eksistensi bangsa dalam kaitan dengan eksistensi bangsa-bangsa lain dan segala persoalan dunia. Pendidikan nasional perlu mempertimbangkan bukan hanya state building dan nation building melainkan juga capacity building. Birokrasi pendidikan di tingkat nasional perlu fokus pada kebijakan yang strategis dan visioner serta tidak terjebak untuk melakukan tindakan instrumental dan teknis seperti UAN/UNAS. Dengan kebijakan otonomi daerah, setiap kabupaten perlu difasilitasi untuk mengembangkan pendidikan berbasis masyarakat namun bermutu tinggi. Pendidikan berbasis masyarakat ini diharapkan bisa menjadi lahan persemaian bagi anak-anak dari berbagai latar belakang untuk mengenali berbagai persoalan dan sumber daya dalam masyarakat serta terus mencari upaya-upaya untuk mengubah masyarakat menjadi lebih baik.
yang beragam menurut latar belakang sosio-ekonomi yang berbeda. Negara belum mampu memberikan kesempatan yang adil bagi semua anak bangsa untuk mendapatkan pendidikan yang bermutu. Sampai saat ini, belum tampak adanya pembenahan yang signifikan dan terpadu untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia, dari tingkat pendidikan dasar sampai dengan tingkat pendidikan tinggi. Muncul pertanyaan besar: Ke mana arah pendidikan di Indonesia? Pendidikan dimaksudkan sebagai mempersiapkan anak-anak bangsa untuk menghadapi masa depan dan menjadikan bangsa ini bermartabat di antara bangsa-bangsa lain di dunia. Masa depan yang selalu berkembang menuntut pendidikan untuk selalu menyesuaikan diri dan menjadi lokomotif dari proses demokratisasi dan pembangunan bangsa. Pendidikan membentuk masa depan bangsa. Akan tetapi, pendidikan yang masih menjadi budak sistem politik masa kini telah kehilangan jiwa dan kekuatan untuk memastikan reformasi bangsa sudah berjalan sesuai dengan tujuan dan berada pada rel yang tepat. Dalam konteks globalisasi, pendidikan di Indonesia perlu membiasakan anak-anak untuk memahami eksistensi bangsa dalam kaitan dengan eksistensi bangsa-bangsa lain dan segala persoalan dunia. Pendidikan nasional perlu mempertimbangkan bukan hanya state building dan nation building melainkan juga capacity building. Birokrasi pendidikan di tingkat nasional perlu fokus pada kebijakan yang strategis dan visioner serta tidak terjebak untuk melakukan tindakan instrumental dan teknis seperti UAN/UNAS. Dengan kebijakan otonomi daerah, setiap kabupaten perlu difasilitasi untuk mengembangkan pendidikan berbasis masyarakat namun bermutu tinggi. Pendidikan berbasis masyarakat ini diharapkan bisa menjadi lahan persemaian bagi anak-anak dari berbagai latar belakang untuk mengenali berbagai persoalan dan sumber daya dalam masyarakat serta terus mencari upaya-upaya untuk mengubah masyarakat menjadi lebih baik.
C.
DAMPAK
GLOBALISASI DUNIA PENDIDIKAN DI INDONESIA
Banyak
sekolah di indonesia dalam beberapa tahun belakangan ini mulai melakukan
globalisasi dalam sistem pendidikan internal sekolah. Hal ini terlihat pada
sekolah-sekolah yang dikenal dengan billingual school, dengan diterapkannya
bahasa asing seperti bahasa Inggris dan bahasa Mandarin sebagai mata pelajaran
wajib sekolah. Selain itu berbagai jenjang pendidikan mulai dari sekolah dasar
hingga perguruan tinggi baik negeri maupun swasta yang membuka program kelas
internasional. Globalisasi pendidikan dilakukan untuk menjawab kebutuhan pasar
akan tenaga kerja berkualitas yang semakin ketat. Dengan globalisasi pendidikan
diharapkan tenaga kerja Indonesia dapat bersaing di pasar dunia. Apalagi dengan
akan diterapkannya perdagangan bebas, misalnya dalam lingkup negara-negara
ASEAN, mau tidak mau dunia pendidikan di Indonesia harus menghasilkan lulusan
yang siap kerja agar tidak menjadi “budak” di negeri sendiri. Pendidikan model
ini juga membuat siswa memperoleh keterampilan teknis yang komplit dan detil,
mulai dari bahasa asing, komputer, internet sampai tata pergaulan dengan orang
asing dan lain-lain. sisi positif lain dari liberalisasi pendidikan yaitu
adanya kompetisi. Sekolah-sekolah saling berkompetisi meningkatkan kualitas
pendidikannya untuk mencari peserta didik.
Dalam
dunia pendidikan Indonesia, globalisasi membawa banyak dampak dan efek. Dampak
tersebut tak hanya bersifat positif tapi juga berdampak negatif.
1.
Dampak
Positif Globalisasi Terhadap Dunia Pendidikan Indonesia
Ø Pengajaran Interaktif Multimedia
Kemajuan
teknologi akibat pesatnya arus globalisasi, merubah pola pengajaran pada dunia
pendidikan. Pengajaran yang bersifat klasikal berubah menjadi pengajaran yang
berbasis teknologi baru seperti internet dan computer. Apabila dulu, guru
menulis dengan sebatang kapur, sesekali membuat gambar sederhana atau
menggunakan suara-suara dan sarana sederhana lainnya untuk mengkomunikasikan
pengetahuan dan informasi. Sekarang sudah ada computer. Sehingga tulisan, film,
suara, music, gambar hidup, dapat digabungkan menjadi suatu proses komunikasi.
Ø Perubahan Corak Pendidikan
Mulai
longgarnya kekuatan kontrol pendidikan oleh negara. Tuntutan untuk berkompetisi
dan tekanan institusi global, seperti IMF dan World Bank, mau atau tidak,
membuat dunia politik dan pembuat kebijakan harus berkompromi untuk melakukan
perubahan. Lahirnya UUD 1945 yang telah diamandemen, UU Sisdiknas, dan PP 19
tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) setidaknya telah membawa
perubahan paradigma pendidikan dari corak sentralistis menjadi desentralistis.
Sekolah-sekolah atau satuan pendidikan berhak mengatur kurikulumnya sendiri
yang dianggap sesuai dengan karakteristik sekolahnya.
Ø Kemudahan Dalam Mengakses Informasi
Dalam
dunia pendidikan, teknologi hasil dari melambungnya globalisasi seperti
internet dapat membantu siswa untuk mengakses berbagai informasi dan ilmu
pengetahuan serta sharing riset antar siswa terutama dengan mereka yang
berjauhan tempat tinggalnya.
Ø Pembelajaran Berorientasikan Kepada Siswa
Dulu,
kurikulum terutama didasarkan pada tingkat kemajuan sang guru. Tetapi sekarang,
kurikulum didasarkan pada tingkat kemajuan siswa. KBK yang dicanangkan
pemerintah tahun 2004 merupakan langkah awal pemerintah dalam mengikutsertakan
secara aktif siswa terhadap pelajaran di kelas yang kemudian disusul dengan
KTSP yang didasarkan pada tingkat satuan pendidikan. Di dalam kelas, siswa
dituntut untuk aktif dalam proses belajar-mengajar. Dulu, hanya guru yang
memegang otoritas kelas. Berpidato di depan kelas. Sedangkan siswa hanya
mendengarkan dan mencatat. Tetapi sekarang siswa berhak mengungkapkan
ide-idenya melalui presentasi. Disamping itu, siswa tidak hanya bisa menghafal
tetapi juga mampu menemukan konsep-konsep, dan fakta sendiri.
2.
Dampak
Negatif Globalisasi Terhadap Dunia Pendidikan Indonesia
Ø Komersialisasi Pendidikan
Era
globalisasi mengancam kemurnian dalam pendidikan. Banyak didirikan
sekolah-sekolah dengan tujuan utama sebagai media bisnis. John Micklethwait
menggambarkan sebuah kisah tentang pesaingan bisnis yang mulai merambah dunia
pendidikan dalam bukunya “Masa Depan Sempurna” bahwa tibanya perusahaan
pendidikan menandai pendekatan kembali ke masa depan. Salah satu ciri utamanya
ialah semangat menguji murid ala Victoria yang bisa menyenangkan Mr. Gradgrind
dalam karya Dickens. Perusahaan-perusahaan ini harus membuktikan bahwa mereka
memberikan hasil, bukan hanya bagi murid, tapi juga pemegang saham.(John
Micklethwait, 2007:166)
Ø Bahaya Dunia Maya
Dunia
maya selain sebagai sarana untuk mengakses informasi dengan mudah juga dapat
memberikan dampak negative bagi siswa. Terdapat pula, Aneka macam materi yang
berpengaruh negatif bertebaran di internet. Misalnya: pornografi, kebencian,
rasisme, kejahatan, kekerasan, dan sejenisnya. Berita yang bersifat pelecehan
seperti pedafolia, dan pelecehan seksual pun mudah diakses oleh siapa pun,
termasuk siswa. Barang-barang seperti viagra, alkhol, narkoba banyak ditawarkan
melalui internet.
Sebagaimana kasus yang terjadi pada tanggal 6 Oktober 2009 lalu diberitakan bahwa salah seorang siswi SMA di Jawa Timur, pergi meninggalkan sekolah demi menemui seorang lelaki yang dia kenal melalui situs pertemanan “facebook”. Hal ini sangat berbahaya pada proses belajar mengajar
Sebagaimana kasus yang terjadi pada tanggal 6 Oktober 2009 lalu diberitakan bahwa salah seorang siswi SMA di Jawa Timur, pergi meninggalkan sekolah demi menemui seorang lelaki yang dia kenal melalui situs pertemanan “facebook”. Hal ini sangat berbahaya pada proses belajar mengajar
Ø Ketergantungan
Mesin-mesin
penggerak globalisasi seperti computer dan internet dapat menyebabkan kecanduan
pada diri siswa ataupun guru. Sehingga guru ataupun siswa terkesan tak
bersemangat dalam proses belajar mengajar tanpa bantuan alat-alat tersebut.
D.
SIKAP
MASYARAKAT PENDIDIKAN INDONESIA TERHADAP GLOBALISASI
Globalisasi
merupakan sebuah keniscayaan. Selalu menampakkan dua wajah yang berbeda, yaitu
globalisasi yang menampakkan wajah positif dan dampak negatif. Dampak positif
dapat diterima untuk menambah daftar kekayaan dalam dunia pendidikan Indonesia.
Sedangkan untuk dampak negatif, Menolak dan menghindarinya sangatlah tidak
mungkin dilakukan, yang bisa dilakukan adalah mengeliminasi dan mereduksi dampak
negatif tersebut. Untuk menghadapi dampak negatif globalisasi terhadap dunia
pendidikan Indonesia diperlukan sikap tegas dari masyarakat pendidikan itu
sendiri yaitu:
1. Menjadikan pancasila sebagai acuan
Pancasila selain sebagai landasan ideologi bangsa Indonesia, juga berperan sebagai filter. Pengaruh-pengaruh dari luar Indonesia, disaring. Kemudian diklasifikasikan kedalam dua golongan:
Pancasila selain sebagai landasan ideologi bangsa Indonesia, juga berperan sebagai filter. Pengaruh-pengaruh dari luar Indonesia, disaring. Kemudian diklasifikasikan kedalam dua golongan:
Ø
Golongan pertama adalah golongan yang sesuai
dengan watak dan kepribadian bangsa Indonesia. Golongan pertama ini merupakan
golongan yang diterima dan dikembangkan, agar benar-benar sesuai dengan watak
dan kepribadian Indonesia.
Ø
Golongan kedua adalah golongan yang tidak
sesuai dengan watak dan kepribadian bangsa Indonesia. Sehingga perlu ditindak
lanjuti untuk mengurangi bahayanya bagi bangsa Indonesia.
2. Menjadikan pelajaran-pelajaran moral sebagai
pelajaran wajib.
Pelajaran-pelajaran yang menjurus pada pembekalan moral dan perbaikan akhlak (seperti pendidikan agama, pendidikan pancasila dan kewarganegaraan) hendaklah dijadikan pelajaran wajib dalam penyusunan kurikulum. Sehingga siswa tidak hanya dituntut pandai dalam keilmuan atau spesialisasi dalam bidang-bidang tertentu tetapi juga memiliki moral dan akhlak yang baik yang tercermin pada setiap tingkah laku maupun ucapan.
Pelajaran-pelajaran yang menjurus pada pembekalan moral dan perbaikan akhlak (seperti pendidikan agama, pendidikan pancasila dan kewarganegaraan) hendaklah dijadikan pelajaran wajib dalam penyusunan kurikulum. Sehingga siswa tidak hanya dituntut pandai dalam keilmuan atau spesialisasi dalam bidang-bidang tertentu tetapi juga memiliki moral dan akhlak yang baik yang tercermin pada setiap tingkah laku maupun ucapan.
BAB III
A. Kesimpulan
Perkembangan
dunia pendidikan di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari pengaruh perkembangan
globalisasi, di mana ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang pesat. Era pasar
bebas juga merupakan tantangan bagi dunia pendidikan Indonesia, karena terbuka
peluang lembaga pendidikan dan tenaga pendidik dari mancanegara masuk ke
Indonesia. Untuk menghadapi pasar global maka kebijakan pendidikan nasional
harus dapat meningkatkan mutu pendidikan, baik akademik maupun non-akademik, dan
memperbaiki manajemen pendidikan agar lebih produktif dan efisien serta
memberikan akses seluas-luasnya bagi masyarakat untuk mendapatkan pendidikan.
Paling
tidak, ada tiga dampak globalisasi yang akan terjadi dalam dunia pendidikan.
Pertama, dunia pendidikan akan menjadi objek komoditas dan komersil seiring
dengan kuatnya hembusan paham neoliberalisme yang melanda dunia. Kedua, mulai
longgarnya kekuatan kontrol pendidikan oleh negara. Ketiga, globalisasi akan
mendorong delokasi dan perubahan teknologi dan orientasi pendidikan.
Diakui
atau tidak, sistem pendidikan yang berjalan di Indonesia saat ini adalah sistem
pendidikan yang sekular-materialstik. Hal ini dapat terlihat antara lain pada
UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003 Bab VI tentang jalur, jenjang, dan jenis
pendidikan bagian kesatu (umum) pasal 15 yang berbunyi : Jenis pendidikan
mencakup pendidikan umum, kejuruan, akademik, profesi, advokasi, kagamaan, dan
khusus dari pasal ini tampak jelas adanya dikotomi pendidikan, yaitu pendidikan
agama dan pendidikan umum.
Cara penyesuaian pendidikan Indonesia di era globalisasi sekarang ini adalah visioning, repositioning strategy, dan leadership. Tanpa itu semua, kita tidak akan pernah beranjak dari transformasi yang terus berputar-putar. Dengan visi jelas, tahapan-tahapan yang juga jelas, dan komitmen semua pihak serta kepemimpinan yang kuat untuk mencapai itu, tahun 2020 bukan tidak mungkin Indonesia juga bisa bangkit kembali menjadi bangsa yang lebih bermartabat dan jaya sebagai pemenang dalam globalisasi.
Cara penyesuaian pendidikan Indonesia di era globalisasi sekarang ini adalah visioning, repositioning strategy, dan leadership. Tanpa itu semua, kita tidak akan pernah beranjak dari transformasi yang terus berputar-putar. Dengan visi jelas, tahapan-tahapan yang juga jelas, dan komitmen semua pihak serta kepemimpinan yang kuat untuk mencapai itu, tahun 2020 bukan tidak mungkin Indonesia juga bisa bangkit kembali menjadi bangsa yang lebih bermartabat dan jaya sebagai pemenang dalam globalisasi.
B.
Saran
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca umumnya dan khususnya bagi penyusun.
DAFTAR
PUSTAKA
Edison, Jamli, A., dkk. 2005. Kewarganegaraan, FIP UNIVERSITAS NEGERI MALANG, Malang.v
Mickletwhait, John, Adrian Wooldridge, 2007. Masa Depan Sempurna:v Tantangan dan Janji Globalisasi, Freedom Institute dan Yayasan Obor Indonesia, Jakarta.
Scholte, J. A., 2000, Globalization: A critical Introduction, Palgrave, Londonv
http://amelchanaugust.student.umm.ac.id/2010/07/28/dampak-globalisasi-terhadap-pendidikan
http://hanakristina.wordpress.com/page/2
http://hadirwong.blogspot.com/2009/12/peran-pendidikan-di-era-globalisasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar