BAB I
PENDAHULUAN
Mengajar adalah suatu seni. Guru
yang cakap mengajar dapat merasakan bahwa mengajar adalah suatu hal yang
menggembirakan, yang membuatnya melupakan kelelahan. Selain itu guru juga dapat
mempengaruhi muridnya melalui kepribadiannya. Guru yang ingin murid-muridnya
mengalami kemajuan, perlu mengadakan pengamatan dan penelitian terhadap teori
dan praktek mengajar sehingga ia dapat terus-menerus meningkatkan cara
mengajar. Beberapa jenis prinsip dasar dalam cara mengajar yang disajikan di
bawah ini, dapat dipakai sebagai petunjuk oleh para guru Sekolah guna
meningkatkan cara mengajar mereka.
Pada hakekatnya kegiatan belajar
mengajar, berhasilnya atau tidaknya tujuan dalam proses pembelajaran di sekolah
adalah merupakan tanggung jawab seorang guru, sehingga sebelum mengadakan
proses belajar mengajar seorang guru harus terlebih dahulu mempersiapkan segala
sesuatu yang berkaitan dengan kegiatan pengajaran tersebut, misalnya
mempersiapkan bahan pengajaran/materi, metode pengajaran dan komponen lain yang
berkaitan.
Dalam makalah ini penulis mencoba
menyajikan pembahasan tentang Prinsip-Prinsip Metode Pembelajaran
Kebebasan.
BAB II
PEMBAHASAN
Metode mengajar yang digunakan dalam
situasi belajar mengajar banyak jenisnya, baik yang termasuk metode tradisional
maupun metode modern. Metode-metode tersebut akan diuraikan dalam makalah ini
dan akan dikemukakan prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam melaksanakan
metode-metode tersebut. Prinsip-prinsip itu adalah individualitas, kebebasan, peranan
lingkungan, globalisasi, pusat minat, aktivitas, motivasi, pengajaran berupa,
pengajaran berkorelasi, konsentrasi dan integrasi.
Prinsip-prinsip tersebut tidak
berdiri sendiri, melainkan saling berhubungan erat satu sama lain. Misalnya,
prinsip individual hanya mungkin dilaksanakan bila ada prinsip kebebasan, pusat
minat dan aktivitas. Begitu pula dengan korelasi akan sangat memberikan
kemungkinan bagi peragaan, motivasi dan lingkungan.
A. Individualitas
Individu adalah manusia
orang-seorang yang memiliki pribadi jiwa sendiri. Kekhususan jiwa itu
menyebabkan individu yang sama berbeda dengan individu yang lain. Dengan
perkataan lain, tiap-tiap manusia mempunyai jiwa sendiri.
Pada umumnya penyebab perbedaan itu
dapat digolongkan dalam dua faktor yaitu faktor dari dalam (internal factor)
dan faktor dari luar (external factor). Sejak lahir ke dunia, anak sudah
memiliki kesanggupan berpikir (cipta), kemauan (karsa), perasaan (rasa) dan
kesanggupan luhur yang dapat menghubungkan manusia dengan Tuhannya.
Kesanggupan-kesanggupan ini tidak sama bagi setiap anak. Selanjutnya dengan
adanya faktor luar seperti pengaruh keluarga, kesempatan belajar, metode
mengajar, kurikulum, alam dan sebagainya, semakin menambah perbedaan
kesanggupan murid. Secara terperinci perbedaan itu dapat dilihat pada:
1. Perbedaan Umur (usia kalender)
Sejak dahulu hingga sekarang orang
menentukan tingkat kelas murid berdasarkan umurnya, misalnya kelas satu SD
terdiri dari anak-anak yang usianya enam tahun. Semua anak-anak yang duduk pada
suatu tingkat/kelas berdasarkan umur dianggap dapat memperoleh keuntungan yang
sama dari pelajaran dan kegiatan-kegiatan yang diberikan dengan metode
penyajian yang sama. Ketidakmampuan seseorang menguasai materi yang diberikan
dijelaskan secara sederhana bahwa hal itu hanya disebabkan oleh faktor
kemalasan. Jadi sama sekali tidak diperhatikan kenyataan bahwa murid-murid
berbeda kemampuannya dalam menerima pelajaran atau dengan kata lain tidak
dipertimbangkan bahwa anak-anak yang usianya sama tidak selalu memiliki tingkat
kematangan belajar yang sama.
2. Perbedaan Inteligensi
Jika kita bandingkan antara anak
yang pada dasarnya pandai dengan anak yang kurang pandai, maka akan kelihatan
beberapa perbedaan seperti berikut:
Anak yang pandai:
-
cepat menangkap isi pelajaran
-
tahan lama memusatkan perhatian pada
pelajaran dan kegiatan
-
dorongan ingin tahu kuat, banyak
inisiatif
-
cepat memahami prinsip-prinsip dan
pengertian-pengertian
-
sanggup bekerja dengan pengertian
abstrak
-
dapat mengkritik diri sendiri, tahu
bahwa is tidak tahu
-
memiliki minat yang luas.
Sedang
anak yang kurang pandai berlaku keadaan sebaliknya:
-
lambat menangkap pelajaran
-
perhatiannya terhadap pelajaran
cepat hilang
-
kurang dan tidak punya inisiatif
3. Perbedaan Kesanggupan dan Kecepatan
Dalam melakukan kegiatan-kegiatan
sekolah, kesanggupan dan kecepatan anak berbeda. Anak yang cerdas akan jauh
lebih cepat menyelesaikan tugas-tugasnya dalam hitungan daripada anak yang
kurang cerdas. Demikian pula dalam berbagai bidang terdapat perbedaan
kesanggupan. Yang umum ialah kurang pandai dalam satu atau beberapa bidang
tetapi dalam hal lain menunjukkan kesanggupannya.
Berdasarkan kenyataan tersebut di
atas, perlu dipikirkan bagaimana cara mengorganisir pelajaran sedemikian rupa
sehingga dapat memenuhi atau sesuai dengan kesanggupan anak sebagai individu.
B. Motivasi
Seorang pengajar harus dapat menimbulkan motivasi
anak. Motivasi ini sebenarnya banyak dipergunakan dalam berbagai bidang dan
situasi, tetapi dalam uraian ini diarahkan kepada bidang pendidikan, khususnya
bidang proses belajar mengajar.
C. Aktivitas
Kalau ditinjau dari ilmu jiwa anak, maka anak
yang normal selalu bertindak dengan tingkatan perkembangan umur mereka. Ia
mengadakan reaksi-reaksi terhadap lingkungannya, atau adanya aksi dari
lingkungan maka ia melakukan kegiatan atau aktivitas.
D. Minat dan Perhatian
Setiap individu mempunyai kecenderungan
fundamental untuk berhubungan dengan sesuatu yang ada dalam lingkungannya.
Apabila sesuatu itu memberikan kesenangan kepada dirinya ia akan berminat
terhadap sesuatu itu.
Peranan perhatian dalam proses
belajar diungkapkan dalam al-Qur'an antara lain Al-A’raf: 204. Artinya
:
“Dan apabila dibacakan Al Quran, Maka dengarkanlah
baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat. (QS.
Al-A’raf: 204)
Atas dasar uraian diatas maka tahap-tahap awal suatu proses
pengajaran hendaklah dimulai dengan usaha membangkitkan minat tersebut. Minat
harus dijaga. Selama proses pengajaran berlangsung, karena mudah sekali
berkurang atau hilang selam proses pengajaran berlangsung karena mudah sekali
berkurang atau hilang selama proses pengajaran tersebut.
E. Keperagaan
Pada sekolah tradisional murid-murid hanya
mendengarkan ucapan guru, mengulang kembali dan mengahafalnya. Mereka tidak
mengetahui pengertian yang sebenarnya, sehingga sering menimbulkan Verbalisme
yaitu."tahu kata tetapi tidak tahu arti"
F. Pengulangan
Pengajaran memerlukan banyak mengulang,
pengulangan bahan yang telah dipelajari akan memperkuat hasil belajar.
G. Keteladanan
Sejak pase-pase awal kehidupan manusia banyak
sekali belajar lewat peniruan terhadap kebiasaan dan tingkah laku orang-orang
disekitarnya, khususnya dari kedua orang tuanya.
H. Pembiasaan
Pembiasaan adalah upaya praktis dalam pembinaan
dan pembentukan anak. Hasil dari pembiasaan yang dilakukan oleh pendidik adalah
terciptanya suatu kebiasaan bagi anak didik. Kebiasaan adalah suatu tingkah
laku tertentu yang sifatnya otomatis, tanpa direncanakan terlebih dahulu, dan
berlaku begitu saja tanpa dipikirkan lagi.
Pemilihan metode mengajar yang
"tepat" ditentukan oleh berbagai faktor, yaitu:
1. Kemampuan/ketrampilan guru.
Bagaimana
kemampuan dan ketrampilan guru dalam menggunakan metode yang ditetapkannya?
2. Kebutuhan peserta didik.
Dalam segi
apakah guru mengharapkan peserta didik mengalami perubahan?
3. Besarnya kelompok.
Cocokkah
metode yang dipilih untuk kelompok yang akan dihadapi?
4. Tujuan pelajaran.
Apakah
metode yang dipilih dan akan dipakai cukup baik untuk membantu tercapainya
tujuan belajar?
5. Keterlibatan peserta didik.
Mampukah
metode yang dipilih membuat para peserta didik aktif belajar? Bisakah
diharapkan terjadi suasana atau interaksi dialogis dalam kegiatan
belajar-mengajar?
6. Kesesuaian dengan bahan pengajaran.
Sesuaikah
metode yang dipilih dengan sifat bahan pelajaran?
7. Fasilitas yang tersedia.
Cukupkah
fasilitas yang tersedia untuk menunjang pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar,
sesuai dengan metode yang ditetapkan?
8. Waktu yang tersedia.
Mungkinkah
suatu metode diterapkan dalam belajar mengajar, dilihat dari segi waktu? Metode
karya wisata misalnya, tentu membutuhkan waktu untuk refleksi dan memberikan
laporan.
9. Variasi pengalaman belajar.
Dalam penetapan
metode kita harus mempertimbangkan berapa jauh variasi pengalaman belajar dapat
terjadi. Pengalaman belajar bagaimana yang dapat maksimal terjadi? Mendengar
sajakah? Melihat sajakah? Berpikir dan berbuatkah?
10. Ketrampilan tertentu dari peserta didik.
Metode
yang kita tetapkan dalam mengajar hendaklah sedemikian rupa sehingga dapat
membangkitkan ketrampilan tertentu. Kalau tidak peserta didik menjadi pasif;
hanya tahu teori. Hal ini penting apalagi berkaitan dengan pengajaran yang
ingin menanamkan segi-segi "how to" atau "teknik".
BAB III
PENUTUP
Metode adalah cara atau jalan yang harus ditempuh atau
dilalui untuk mencapai tujuan tertentu. Metode mengajar
adalah jalan yang harus dilalui untuk mengajar anak-anak supaya dapat mencapai
tujuan belajar mengajar.
Adapun
prinsip-prinsip metode mengajar banyak sekali pendapat dari para Tokoh
pendidikan, dan dapat kami simpulkan bahwa prinsip metode mengajar adalah
motivasi, kebutuhan, dan minat yang disesuaikan, adanya prinsip tujuan,
kematangan, perbedaan individu, pembawaan anak, kemampuan anak. Semua prinsip-prinsip itu harus
diperhatikan atau diketahui oleh seorang guru dalam mengajar.
Pada
hakekatnya kegiatan belajar mengajar, berhasilnya atau tidaknya tujuan dalam
proses pembelajaran di sekolah adalah merupakan tanggung jawab seorang guru,
sehingga sebelum mengadakan proses belajar mengajar seorang guru harus terlebih
dahulu mempersiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan kegiatan pengajaran
tersebut, misalnya mempersiapkan bahan pengajaran/materi, metode pengajaran dan
komponen lain yang berkaitan.
DAFTAR PUSTAKA
Harjanto, Perencanaan Pengajaran. Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 1997
Zakiah Daradjat, dkk, Metodik
Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1995
Depag RI, Al-Qur’an dan
Terjemahnya, Semarang: CV. Adi Grafika Semarang, 1994
Ramayulis, Metodologi Pengajaran
Agama Islam , Kalam Mulia, Jakarta, 2001
http://sabda.org/lead/pemikiran_sekitar_metode_mengajar
MAKALAH
Prinsip-prinsip metode pembelajaran kebebasan
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas makalah
MK PAI
Di Susun Oleh :
HILMI ABDUL AZIZ
INSTITUT AGAMA ISLAM CIPASUNG
(IAIC)
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dan syukur
kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini yaitu tentang “Prinsip-prinsip Metode Pembelajaran
Kebebasan “.
Kami mengucapkan banyak terima kasih dan penghargaan
setinggi-tingginya kepada semua kalangan yang ikut membantu dengan tiada lelah memberikan sumbangsih atas
selesainya penyusunan tugas makalah ini.
Kendati makalah ini telah diupayakan untuk tampil secara ideal.
Akan tetapi, tidak menutup kemungkinan masih terdapat banyak kekurangan dan
kesalahannya. Oleh karena itu, saran dan kritik yang konstruktif sangat kami
harapkan.
Terimakasih.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...............................................................................................................i
DAFTAR ISI
.............................................................................................................................ii
BAB
I PENDAHULUAN
.......................................................................................1
BAB
II PEMBAHASAN
..........................................................................................2
A.
Individualitas ..........................................................................................2
B.
Motivasi
..................................................................................................4
C.
Aktivitas
..................................................................................................4
D.
Minat dan Perhatian
................................................................................4
E.
Keperagaan
.............................................................................................5
F.
Pengulangan
............................................................................................5
G.
Keteladanan
............................................................................................5
H.
Pembiasaan
.............................................................................................5
BAB III PENUTUP
....................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................................9
Tidak ada komentar:
Posting Komentar