TOKO 0SCAR CLASSER

Senin, 24 Februari 2014

MAKALAH اضافة الى ياءالمتكلم


BAB I
PEMBAHASAN


A.LATAR BELAKANG
            Kajian ilmu nahwu sangatlah beragam,banyak kebutuhan terhadap pengetahuan yang perlu dikaji dan diantaranya BAB IDHOFAT YA MUTAKALLIM,maka dari itu melalui makalah ini kami akan sajikan secara lugas hal-hal yang berkaitan dengan bab ini.
B.RUMUSAN MASALAH
            Adapun masalah-masalah yang terlamir sebagai berikut:
a.Pembagian ya’ mutakallim
b.Cara pengidhofatan ya’ mutakalim
c.Munada mudhof ya’ mutakalim
d.Faidah idhofat

C.TUJUAN
Dalam pembahasan ini bertujuan untuk menambah pengetahuan kita tentang ilmu alat (ilmu nahwu), khususnya tentang mudhof ya’ mutakallim.Dalam makalah ini akan terbahas semua materi yang berkaitan dengan judul tersebut.










BAB II
PEMBAHASAN
                                                                                                                                                               

الْمُضَافُ إِلَى يَاءِ الْمُتَكَلِّمِ

MUDHAF PADA YA’ MUTAKALLIM
Ulama berbeda pendapat mengapa bab idhofat ya’ mutakalim terpisah penempatannya dengan bab idhofat,diantaranya:
1.menurut pendapat jumhur ulama salaf hukumnya mur’rob dengan harkat muqodaroh.
2.menurut sebagian ulama,ketika rofa dan nashab dengan harkat muqodaroh dan apabila
   Ketika jeer dengan harkat zhahirah.
3.menurut imam Abdul Qohir Al-Jurjani hukumnya mabni,karena ya mutakalim adalah
   dlamir
4.menurut Imam Ibnu Jini :
   Bukan mu’rob,karena ya’ mutaklim mabni
   Bukan mabni,karena kalimatnya idhofat

A. PEMBAGIAN HURUF YA’
Mengenai pembahasan tentang ya’,ada empat versi:
1.Ya’  mutakalim,yaitu ya’ yang bisa berfungsi kedalam kategori isim, kategori fiil dan juga haraf.
2.Ya’ dlamir,yaitu ya’ yang khusus berfungsi kedalam kategori fiil saja.
3.Ya’ tasniyah,yaitu ya’ yang menjadi ciri dari tasniyyah,dan kedudukan huruf sebelumnya berharkat
    fathah.
4.Ya’ jamak,yaitu ya’ yang menjadi ciri dari jamak,dan kedudukan huruf sebelimnya berharkat
    kasrah,

 


آخِرَ مَا أضِيْفَ لِلْيَا اكْسِرْ إِذَا * لَمْ يَكُ مُعْتَلاً كَرَامٍ وَقَذَا

أوْ يَكُ كَابْنَيْنِ وَزَيْدِيْنَ فَذِي * جَمِيْعُهَا الْيَا بَعْدُ فَتْحُهَا احْتُذِي


Berilah harkat kasroh pada akhir kalimah yg mudhof pada Ya’ Mutakallim,seperti:
·         Isim mufrod,contohnya:غُلَامِى
·         Jamak taksir,contohnya:غِلْمَانِى
·         Jamak muanats salim,contohnya:فَتَيَاتِى
·         Isim mu’tal majros shohih.دَلْوِى
pengecualian:
Berilah harkat fathah pada akhir kalimat yang di idhofatkan ya mutakalim,seperti:
·        Tidak berupa Isim Mu’tal, Contoh: جَاءَ فَتَيَّ وَ قَاضِيَّ - رَأَيْتُ فَتَيَّ وَ قَاضِيَّ -  مَرَرْتُ بِفَتَيَّ وَ قَاضِيَّ
·         Tidak berupa isim tasniyah,tapi apabila kalimatnya berupa isim tasniyah ketika keadaan nashab dan jer,maka wajib di fathahkan,contoh:رَأَيْتُ غُلَامَىَّ , مَرَرْتُ بِغُلَامَىَّ
·         Tidak berupa jamak muzakar salim,tapi apabila kalimatnya berupa jamak mudzakar ketika keadaan nashabdan jer,maka wajib di fathah kan,contoh:   رَأَيْتُ زَيْدِيَّ , مَرَرْتُ بِزَيْدِيّ
B.  CARA PENGIDHOFATAN YA’ MUTAKALLIM

·        Jamak mudzakar

وَتُدْغَمُ الْيَا فِيْهِ وَالْوَاوُ وَإِنْ مَا قَبْلَ وَاوٍ ضُمَّ فَاكْسِرْهُ يَهُنْ

Ya’ akhir kalimah diidghomkan pada Ya’ Mutakallim. Dan Wawu akhir kalimah (juga diidghomkan pada Ya’ Mutakallim, yakni setelah Wawu itu diganti Ya’). Jika huruf sebelum Wawu berharkat Dhommah, maka gantilah dengan harkat kasroh demikian menjadi ringan.

·        Isim tasniyah dan isim maqsur

وَأَلِفَاً سَلِّمْ وَفِي الْمَقْصُوْر عَنْ هُذَيْلٍ انْقِلاَبُهَا يَاءً حَسَنْ

Tetapkan Salim (yakni selamat tanpa ada perubahan) pada Alif akhir kalimah (di dalam Isim Maqshur dan juga Isim Tatsniyah Marfu’). Perubahan Alif kepada Ya’ di dalam Isim Maqshur adalah baik menurut logat Bani Hudzail.
mmmenmBottom of Form

C.   MUNADA MUDHAF PADA YA’ MUTAKALLIM

وَاجْعَلْ مُنَادًى صَحَّ إنْ يُضِفْ لِيَا ¤ كَعَبْدِ عَبْدِي عَبْدَا عَبْدِيَا
Jika Munada Shahih akhir mudhaf pada Ya’ Mutakallim maka buatlah serupa contoh Abdi,
Abdiy, Abdaa atau Abdayaa. Munada yang dimudhafkan pada Ya’ Mutakallim bisa berupa
Isim Mu’tal Akhir atau Shahih Akhir.

Apabila berupa Isim Mu’tal Akhir, maka hukumnya sama dengan ketika tidak menjadi
Munada, sebagaimana penjelasannya dalam Bab Mudhaf pada Ya’ Mutakallim, yaitu
menetapkan Ya Mutakallim dengan berharkat fathah, contoh:

يا فتايَ  YAA FATAAYA = Hai Pemudaku!

يا قاضيَّ  YAA QAADIYA = Hai Hakimku !

Apabila berupa Isim Shahih, maka boleh dibaca dengan lima cara :

1. Membuang Ya’ Mutakallim dan menetapkan harkat kasrah sebagai dalil terbuangnya Ya’
Mutakallim. Cara yang pertama ini adalah yang paling banyak digunakan, contoh :

يا غلامِ  YAA GHULAAMI = wahai anak mudaku !

Contoh dalam Ayat Al-Qur’an :

يَا عِبَادِ فَاتَّقُونِ  YAA ‘IBAADI FAT-TAQUUN
 = Maka bertakwalah kepada-Ku hai hamba-hamba-Ku (QS. Azzumar 16)

Lafazh ‘IBAADI = Munada Mudhaf, Manshub tanda nashabnya Fathah Muqaddar di atas
huruf sebelum Ya’ Mutakallim yg dibuang untuk takhfif/meringankan, dicegah i’rab
zhahirnya karena Isytighol mahal/ termuatnya posisi dengan huruf yang sesuai. Ya’ yg
terbuang adalah Dhamir Mutakallim Mabni Sukun pada posisi Jarr sebagai Mudhaf Ilaih.

2. Menetapkan Ya’ dengan berharkat Sukun, Cara yang keduan ini juga yang paling banyak
digunakan setelah cara yg pertama, contoh:

يا غلامي
YAA GHULAAMIY = wahai pemudaku !

Contoh dalam Ayat Al-Qur’an dengan menetapkan Ya’ sukun oleh sebagian Qiro’ah Sab’ah
bacaan Abu ‘Amr dan Ibnu “Amir:

يَا عِبَادِيْ لَا خَوْفٌ عَلَيْكُمُ الْيَوْمَ وَلَا أَنتُمْ تَحْزَنُونَ
YAA ‘IBAADIY LAA KHOUFUN ‘ALAIKUMUL-YAUMA WA LAA ANTUM
TAHZANUUN.
= “Hai hamba-hamba-Ku, tiada kekhawatiran terhadapmu pada hari ini dan tidak pula kamu bersedih hati.(Az-Zukhruf 68)

Lafazh IBAADIY = Munada Manshub, tanda nashabnya Fathah muqaddar diatas Ya’ yg
dibuang. Ya’ dhamir mutakallim mabni sukun dalam posisi Jarr sebagai Mudhaf Ilaih.

3. Mengganti Ya’ dengan Alif kemudian membuangnya, menetapkan harkat Fathah sebagai
dalil terbuangnya Alif, contoh:

يا غلامَ  YAA GHULAAMA = wahai pemudaku !

Lafazh GHULAAMA = Munada Mudhaf Manshub, tanda nashabnya Fathah zhahir. Ya’
Mutakallim diganti Alif yg terbuang dalam mahal Jar Mudhaf Ilaih.

4. Mengganti Ya’ dengan Alif yg ditetapkan, contoh:

يا غلامَا
YAA GHULAAMAA = wahai pemudaku !

Contoh dalam Ayat Al-Qur’an:

يَا أَسَفَى عَلَى يُوسُفَ
YAA ASAFAA ‘ALAA YUUSUFA = “Aduhai duka citaku terhadap Yusuf” (QS. Yusuf 84)

Lafazh ASAFAA = Munada Manshub, tanda nashabnya dengan fathah zhahir,    
Ya’Mutakallim digantikan Alif sebagai Dhamir yg mabni atas sukun dalam mahal Jar
Mudhaf Ilaih.

5. Menetapkan Ya’ dengan berharkat Fathah, contoh :

يا غلامِيَ  YAA GHULAAMIYA = wahai pemudaku!

contoh dalam Ayat Al-Qur’an :

قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنفُسِهِمْ
QUL YAA ‘IBAADIYAL-LADZIINA ASROFUU ‘ALAA ANFUSIHIM
= Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri
(QS. Az-Zumar :53)

Lafazh ‘IBAADIYA = Munada dinashabkan dengan Fathah Muqaddar, Ya’ mutakallim
dhamir mabni fathah dalam mahal jarr menjadi Mudhaf Ilaih.

Lima cara bacaan diatas dalam hal yang paling banyak digunakan, yaitu : dengan membuang
Ya’ Mutakallim dan cukup dengan harkat kasrah pada akhir kalimat, kemudian menetapkan
Ya’ sukun atau berharkat Fathah, kemudian mengganti Ya’ dengan Alif, kemudian
membuang Alif, terakhir cukup dengan Fathah akhir kalimah.
Top of Form
Bottom of Form

D. FAIDAH IDHOFAH

1. Secara umum, kandungan makna idhofah mempunyai tiga arti:
a. Bermakna مِنْ (dari)
Contoh: خَاتَمُ حَدِيْدٍ (Cincin besi) Maknanya adalah, خَاتَمٌ مِنْ حَدِيْدٍ(Cincin dari besi)
b. Bermakna لِ (milik)
Contoh: بَيْتُ عَلِيٍّ (Rumah Ali) Maknanya adalah,بَيْتٌ لِعَلِيٍّ (Rumah milik Ali)
c. Bermakna فِي (di dalam)
Contoh:عَذَابُ القَبْرِ (Azab Kubur) Maknanya adalah عَذَابٌ فِي القَبْرِ (Azab di dalam kubur)
2. Apabila mudhof berupa isim yang berakhiran dengan alif, dan mudhof ilaihi berupa
    ya’ mutakallim, maka ya’ ditulis dengan harakat fathah
Contoh:
·         يَدَايَ (Kedua tanganku)
Asalnya adalah يَدَانِ sebagai mudhof, nunnya dibuang sehingga bentuknya menjadiيَدَا .
mengingat يَدَا berakhiran alif, maka ketika diidhofahkan kepada ya’ mutakallim
menjadi يَدَايَ .
·         هُدَايَ (Petunjukku)
          Asalnya adalah,
         اَلْهُدَى dan ya’ mutakallim (ي)
·         سِوَايَ (Selainku)
          Asalnya adalah,
          سِوَى dan ya’ mutakallim (ي)
3. Apabila mudhof berupa isim yang berakhiran dengan ya’ dan mudhof ilaihi berupa
    ya’ mutakallim, maka ya’ ditulis dengan fathah yang ditasdid.
Contoh:
·         مُدَرِّسِيَّ (Para pengajarku)
          Asalnya adalah,
          مُدَرِّسِيْنَ dan ya’ mutakallim (ي)
·         مُحَامِيَّ (Pengacaraku)
          Asalnya adalah,
          اَلْمُحَامِي dan ya’mutakallim (ي)
·         مُفْتِيَّ (Muftiku)
          Asalnya adalah,
          مُفْتِي dan ya’ mutakallim (ي)



BAB III
PENUTUP
A.KESIMPULAN
               Idhofat ya’ mutakalim merupakan penggabungan kalimat dengan ya’ mutakalim menjadi satu kalimat.Dan penggabungan kalimat ini memiliki cara-cara tertentu.Serta pembacaan harkatnya pun berbeda-beda,ada yang di fathahkan dan di kasrahkan.
B.KRITIK dan SARAN
                Dari penulis makalah diatas, secara tersurat maupun tersirat, yang pasti jauh dari kesempurnaan. Maka dari sebab itu, penulis menghargai kritik dan saran para pembaca guna untuk memperbaiki makalah selanjutnya.












DAFTAR PUSTAKA
·         KITAB JAMI’U AD-DURUUS AL-AROBIYAH
·         KITAB TASHILU AL-MASALIK



MAKALAH
اضافة الى ياءالمتكلم  
DiajukanUntukMemenuhi Salah SatuTugasMata Kuliah Shorof
Dosen:Asep Nursamsi,S.ag.M.SI


Disusun Oleh kelompok 3:
Dede Burhanuddiin
Deden Muamar Khadafi
Nita Septiani
Nurlailatinnaashipah

INSTITUT AGAMA ISLAM CIPASUNG
TASIKMALAYA
2014

KATA PENGANTAR


Puji beserta sukur senantiasa terucapkan kepada ALLAH SWT ,berkat  kudrat dan kuasa NYA kita dapat merasakan kenikmatan yang tak terukur bandingan NYA berdasarkan rasa kasih sayang NYA.
Shalawat beserta salam semoga terlimpahkan selalu kepada baginda alam yakni Nabi MuhamadSAW,tidak lupa kepada para sahabat nya tabi’in dan tabi’atnya,dan semoga kita selalu menjadi umat yang taat akan ajarannya,bersamaan safaat beliau kita raih nanti.
Alhamdilialah dengan kerendahan hati kami dapat menyelesaikan makalah ini meski masih banyak kealfaan dan kekurangan dari isi penyusunan atau gaya bahasa yang di sajikan.
Dan kami menyadari bahwa makalah ini masih belum mencapai kesempurnaan,  untuk itu kami sangat membutuhkan keritik dan saran guna meningkatkan keratifitas untuk masa yang lebih baik di masa depan.




Cipasung,25 februari 2014


                                                                                                            Penulis




DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ .......... i
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ......... ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... ......... 1
A.LATAR BELAKANG ..................................................................................... 1
B.RUMUSAN MASALAH ........................................................................ ......... 1
C.TUJUAN....................................................................................................                       1
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................        2
A.PEMBAGIAN YA MUTAKALLIM ................................................................ ......... 2
B.CARA PENGIDHOFATAN KEPADA YA’ MUTAKALLIM ............................... 3
C.MUNADA MUDHOF YA’ MUTAKALLIM ............................................................ 4
D.FAIDAH IDHOFAT ........................................................................................... ......... 6
BAB III PENUTUP ................................................................................................ ......... 8
DAFTAR PUSTAKA  ............................................................................................ ......... 9







Tidak ada komentar:

Posting Komentar