BAB I
PEMBAHASAN
A.LATAR BELAKANG
Kajian ilmu nahwu
sangatlah beragam,banyak kebutuhan terhadap pengetahuan yang perlu dikaji dan
diantaranya BAB IDHOFAT YA MUTAKALLIM,maka dari itu melalui makalah ini kami akan
sajikan secara lugas hal-hal yang berkaitan dengan bab ini.
B.RUMUSAN MASALAH
Adapun masalah-masalah
yang terlamir sebagai berikut:
a.Pembagian ya’
mutakallim
b.Cara
pengidhofatan ya’ mutakalim
c.Munada mudhof ya’
mutakalim
d.Faidah
idhofat
C.TUJUAN
Dalam pembahasan ini bertujuan untuk menambah
pengetahuan kita tentang ilmu alat (ilmu nahwu), khususnya tentang mudhof ya’ mutakallim.Dalam makalah ini akan terbahas semua materi yang
berkaitan dengan judul tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
الْمُضَافُ إِلَى يَاءِ الْمُتَكَلِّمِ
MUDHAF PADA YA’
MUTAKALLIM
Ulama
berbeda pendapat mengapa bab idhofat ya’ mutakalim terpisah penempatannya
dengan bab idhofat,diantaranya:1.menurut pendapat jumhur ulama salaf hukumnya mur’rob dengan harkat muqodaroh.
2.menurut sebagian ulama,ketika rofa dan nashab dengan harkat muqodaroh dan apabila
Ketika jeer dengan harkat zhahirah.
3.menurut imam Abdul Qohir Al-Jurjani hukumnya mabni,karena ya mutakalim adalah
dlamir
4.menurut Imam Ibnu Jini :
Bukan mu’rob,karena ya’ mutaklim mabni
Bukan mabni,karena kalimatnya idhofat
A. PEMBAGIAN HURUF YA’
Mengenai
pembahasan tentang ya’,ada empat versi:
1.Ya’ mutakalim,yaitu
ya’ yang bisa berfungsi kedalam kategori isim, kategori fiil dan juga haraf.
2.Ya’ dlamir,yaitu ya’ yang khusus berfungsi kedalam
kategori fiil saja.
3.Ya’ tasniyah,yaitu ya’ yang menjadi ciri dari
tasniyyah,dan kedudukan huruf sebelumnya berharkat
fathah.
4.Ya’ jamak,yaitu ya’ yang menjadi ciri dari jamak,dan kedudukan
huruf sebelimnya berharkat
kasrah,
آخِرَ مَا أضِيْفَ لِلْيَا اكْسِرْ إِذَا * لَمْ يَكُ مُعْتَلاً كَرَامٍ وَقَذَا
أوْ يَكُ كَابْنَيْنِ وَزَيْدِيْنَ فَذِي * جَمِيْعُهَا الْيَا بَعْدُ فَتْحُهَا احْتُذِي
Berilah harkat
kasroh pada akhir kalimah yg mudhof pada Ya’ Mutakallim,seperti:
·
Isim
mufrod,contohnya:غُلَامِى
·
Jamak
taksir,contohnya:غِلْمَانِى
·
Jamak
muanats salim,contohnya:فَتَيَاتِى
·
Isim
mu’tal majros shohih.دَلْوِى
pengecualian:
Berilah harkat fathah pada akhir kalimat yang di idhofatkan ya mutakalim,seperti:
·
Tidak berupa
Isim Mu’tal, Contoh: جَاءَ فَتَيَّ وَ قَاضِيَّ - رَأَيْتُ فَتَيَّ وَ قَاضِيَّ - مَرَرْتُ بِفَتَيَّ وَ قَاضِيَّ
·
Tidak
berupa isim tasniyah,tapi apabila kalimatnya berupa isim tasniyah ketika keadaan
nashab dan jer,maka wajib di fathahkan,contoh:رَأَيْتُ غُلَامَىَّ ,
مَرَرْتُ بِغُلَامَىَّ
·
Tidak
berupa jamak muzakar salim,tapi apabila kalimatnya berupa jamak mudzakar ketika
keadaan nashabdan jer,maka wajib di fathah kan,contoh: رَأَيْتُ زَيْدِيَّ , مَرَرْتُ بِزَيْدِيّ
B.
CARA PENGIDHOFATAN YA’ MUTAKALLIM
· Jamak mudzakar
وَتُدْغَمُ الْيَا فِيْهِ وَالْوَاوُ وَإِنْ مَا قَبْلَ وَاوٍ ضُمَّ فَاكْسِرْهُ يَهُنْ
Ya’ akhir kalimah diidghomkan pada
Ya’ Mutakallim. Dan Wawu akhir kalimah (juga diidghomkan pada Ya’ Mutakallim,
yakni setelah Wawu itu diganti Ya’). Jika huruf sebelum Wawu berharkat Dhommah,
maka gantilah dengan harkat kasroh demikian menjadi ringan.
· Isim tasniyah dan isim maqsur
وَأَلِفَاً سَلِّمْ وَفِي الْمَقْصُوْر عَنْ هُذَيْلٍ انْقِلاَبُهَا يَاءً حَسَنْ
Tetapkan Salim (yakni selamat
tanpa ada perubahan) pada Alif akhir kalimah (di dalam Isim Maqshur dan juga
Isim Tatsniyah Marfu’). Perubahan Alif kepada Ya’ di dalam Isim Maqshur adalah
baik menurut logat Bani Hudzail.
C. MUNADA
MUDHAF PADA YA’ MUTAKALLIM
وَاجْعَلْ مُنَادًى صَحَّ إنْ يُضِفْ لِيَا ¤ كَعَبْدِ عَبْدِي عَبْدَا عَبْدِيَا
وَاجْعَلْ مُنَادًى صَحَّ إنْ يُضِفْ لِيَا ¤ كَعَبْدِ عَبْدِي عَبْدَا عَبْدِيَا
Jika Munada
Shahih akhir mudhaf pada Ya’ Mutakallim maka buatlah serupa contoh Abdi,
Abdiy, Abdaa atau Abdayaa. Munada yang dimudhafkan
pada Ya’ Mutakallim bisa berupa
Isim Mu’tal Akhir atau Shahih Akhir.
Apabila berupa Isim Mu’tal Akhir, maka hukumnya sama dengan ketika tidak menjadi
Apabila berupa Isim Mu’tal Akhir, maka hukumnya sama dengan ketika tidak menjadi
Munada, sebagaimana penjelasannya dalam Bab Mudhaf
pada Ya’ Mutakallim, yaitu
menetapkan Ya Mutakallim dengan berharkat fathah,
contoh:
يا فتايَ YAA FATAAYA = Hai Pemudaku!
يا قاضيَّ YAA QAADIYA = Hai Hakimku !
Apabila berupa Isim Shahih, maka boleh dibaca dengan lima cara :
1. Membuang Ya’ Mutakallim dan menetapkan harkat kasrah sebagai dalil terbuangnya Ya’
يا فتايَ YAA FATAAYA = Hai Pemudaku!
يا قاضيَّ YAA QAADIYA = Hai Hakimku !
Apabila berupa Isim Shahih, maka boleh dibaca dengan lima cara :
1. Membuang Ya’ Mutakallim dan menetapkan harkat kasrah sebagai dalil terbuangnya Ya’
Mutakallim. Cara yang pertama ini adalah yang paling
banyak digunakan, contoh :
يا غلامِ YAA GHULAAMI = wahai anak mudaku !
Contoh dalam Ayat Al-Qur’an :
يَا عِبَادِ فَاتَّقُونِ YAA ‘IBAADI FAT-TAQUUN
يا غلامِ YAA GHULAAMI = wahai anak mudaku !
Contoh dalam Ayat Al-Qur’an :
يَا عِبَادِ فَاتَّقُونِ YAA ‘IBAADI FAT-TAQUUN
= Maka
bertakwalah kepada-Ku hai hamba-hamba-Ku (QS. Azzumar 16)
Lafazh ‘IBAADI = Munada Mudhaf, Manshub tanda nashabnya Fathah Muqaddar di atas
Lafazh ‘IBAADI = Munada Mudhaf, Manshub tanda nashabnya Fathah Muqaddar di atas
huruf sebelum Ya’ Mutakallim yg dibuang untuk takhfif/meringankan,
dicegah i’rab
zhahirnya karena Isytighol mahal/ termuatnya posisi dengan
huruf yang sesuai. Ya’ yg
terbuang adalah Dhamir Mutakallim Mabni Sukun pada
posisi Jarr sebagai Mudhaf Ilaih.
2. Menetapkan Ya’ dengan berharkat Sukun, Cara yang keduan ini juga yang paling banyak
2. Menetapkan Ya’ dengan berharkat Sukun, Cara yang keduan ini juga yang paling banyak
digunakan setelah cara yg pertama, contoh:
يا غلامي
يا غلامي
YAA GHULAAMIY = wahai pemudaku !
Contoh dalam Ayat Al-Qur’an dengan menetapkan Ya’ sukun oleh sebagian Qiro’ah Sab’ah
Contoh dalam Ayat Al-Qur’an dengan menetapkan Ya’ sukun oleh sebagian Qiro’ah Sab’ah
bacaan Abu ‘Amr dan Ibnu “Amir:
يَا عِبَادِيْ لَا خَوْفٌ عَلَيْكُمُ الْيَوْمَ وَلَا أَنتُمْ تَحْزَنُونَ
يَا عِبَادِيْ لَا خَوْفٌ عَلَيْكُمُ الْيَوْمَ وَلَا أَنتُمْ تَحْزَنُونَ
YAA ‘IBAADIY LAA KHOUFUN ‘ALAIKUMUL-YAUMA WA LAA ANTUM
TAHZANUUN.
= “Hai hamba-hamba-Ku, tiada kekhawatiran terhadapmu
pada hari ini dan tidak pula kamu bersedih hati.(Az-Zukhruf 68)
Lafazh IBAADIY = Munada Manshub, tanda nashabnya Fathah muqaddar diatas Ya’ yg
Lafazh IBAADIY = Munada Manshub, tanda nashabnya Fathah muqaddar diatas Ya’ yg
dibuang. Ya’ dhamir mutakallim mabni sukun dalam
posisi Jarr sebagai Mudhaf Ilaih.
3. Mengganti Ya’ dengan Alif kemudian membuangnya, menetapkan harkat Fathah sebagai
3. Mengganti Ya’ dengan Alif kemudian membuangnya, menetapkan harkat Fathah sebagai
dalil terbuangnya Alif, contoh:
يا غلامَ YAA GHULAAMA = wahai pemudaku !
Lafazh GHULAAMA = Munada Mudhaf Manshub, tanda nashabnya Fathah zhahir. Ya’
يا غلامَ YAA GHULAAMA = wahai pemudaku !
Lafazh GHULAAMA = Munada Mudhaf Manshub, tanda nashabnya Fathah zhahir. Ya’
Mutakallim diganti Alif yg terbuang dalam mahal Jar
Mudhaf Ilaih.
4. Mengganti Ya’ dengan Alif yg ditetapkan, contoh:
يا غلامَا
YAA GHULAAMAA = wahai pemudaku !
Contoh dalam Ayat Al-Qur’an:
يَا أَسَفَى عَلَى يُوسُفَ
4. Mengganti Ya’ dengan Alif yg ditetapkan, contoh:
يا غلامَا
YAA GHULAAMAA = wahai pemudaku !
Contoh dalam Ayat Al-Qur’an:
يَا أَسَفَى عَلَى يُوسُفَ
YAA ASAFAA ‘ALAA YUUSUFA = “Aduhai duka citaku
terhadap Yusuf” (QS. Yusuf 84)
Lafazh ASAFAA = Munada Manshub, tanda nashabnya dengan fathah zhahir,
Lafazh ASAFAA = Munada Manshub, tanda nashabnya dengan fathah zhahir,
Ya’Mutakallim digantikan Alif sebagai Dhamir yg mabni
atas sukun dalam mahal Jar
Mudhaf Ilaih.
5. Menetapkan Ya’ dengan berharkat Fathah, contoh :
يا غلامِيَ YAA GHULAAMIYA = wahai pemudaku!
contoh dalam Ayat Al-Qur’an :
قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنفُسِهِمْ
يا غلامِيَ YAA GHULAAMIYA = wahai pemudaku!
contoh dalam Ayat Al-Qur’an :
قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنفُسِهِمْ
QUL YAA ‘IBAADIYAL-LADZIINA ASROFUU ‘ALAA ANFUSIHIM
= Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas
terhadap diri mereka sendiri
(QS. Az-Zumar :53)
Lafazh ‘IBAADIYA = Munada dinashabkan dengan Fathah Muqaddar, Ya’ mutakallim
Lafazh ‘IBAADIYA = Munada dinashabkan dengan Fathah Muqaddar, Ya’ mutakallim
dhamir mabni fathah dalam mahal jarr menjadi Mudhaf
Ilaih.
Lima cara bacaan diatas dalam hal yang paling banyak digunakan, yaitu : dengan membuang
Lima cara bacaan diatas dalam hal yang paling banyak digunakan, yaitu : dengan membuang
Ya’ Mutakallim dan cukup dengan harkat kasrah pada akhir
kalimat, kemudian menetapkan
Ya’ sukun atau berharkat Fathah, kemudian mengganti
Ya’ dengan Alif, kemudian
membuang Alif, terakhir cukup dengan Fathah akhir
kalimah.
D. FAIDAH IDHOFAH
1. Secara
umum, kandungan makna idhofah mempunyai tiga arti:
Contoh: خَاتَمُ
حَدِيْدٍ (Cincin besi) Maknanya adalah,
خَاتَمٌ مِنْ حَدِيْدٍ(Cincin
dari besi)
Contoh:
بَيْتُ عَلِيٍّ (Rumah Ali) Maknanya adalah,بَيْتٌ لِعَلِيٍّ (Rumah
milik Ali)
Contoh:عَذَابُ القَبْرِ (Azab Kubur) Maknanya adalah عَذَابٌ فِي القَبْرِ (Azab
di dalam kubur)
2.
Apabila mudhof berupa isim yang berakhiran dengan alif, dan mudhof ilaihi
berupa
ya’ mutakallim, maka ya’ ditulis dengan
harakat fathah
Contoh:
·
يَدَايَ (Kedua tanganku)
mengingat يَدَا berakhiran alif, maka ketika diidhofahkan
kepada ya’ mutakallim
menjadi يَدَايَ .
·
هُدَايَ (Petunjukku)
Asalnya adalah,
·
سِوَايَ (Selainku)
Asalnya adalah,
3. Apabila
mudhof berupa isim yang berakhiran dengan ya’ dan mudhof ilaihi berupa
ya’ mutakallim, maka ya’ ditulis dengan
fathah yang ditasdid.
Contoh:
·
مُدَرِّسِيَّ (Para
pengajarku)
Asalnya adalah,
·
مُحَامِيَّ (Pengacaraku)
Asalnya adalah,
·
مُفْتِيَّ (Muftiku)
Asalnya adalah,
BAB III
PENUTUP
A.KESIMPULAN
Idhofat ya’ mutakalim merupakan penggabungan kalimat dengan ya’
mutakalim menjadi satu kalimat.Dan penggabungan kalimat ini memiliki cara-cara
tertentu.Serta pembacaan harkatnya pun berbeda-beda,ada yang di fathahkan dan
di kasrahkan.
B.KRITIK
dan SARAN
Dari penulis
makalah diatas, secara tersurat maupun tersirat, yang pasti jauh dari
kesempurnaan. Maka dari sebab itu, penulis menghargai kritik dan saran para
pembaca guna untuk memperbaiki makalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
·
KITAB
JAMI’U AD-DURUUS AL-AROBIYAH
·
KITAB
TASHILU AL-MASALIK
MAKALAH
اضافة الى ياءالمتكلم
DiajukanUntukMemenuhi Salah SatuTugasMata Kuliah Shorof
Dosen:Asep Nursamsi,S.ag.M.SI
Disusun Oleh kelompok 3:
Dede Burhanuddiin
Deden Muamar Khadafi
Nita Septiani
Nurlailatinnaashipah
INSTITUT AGAMA ISLAM CIPASUNG
TASIKMALAYA
2014
KATA PENGANTAR
Puji beserta sukur senantiasa terucapkan kepada ALLAH SWT ,berkat kudrat dan kuasa NYA kita dapat merasakan kenikmatan
yang tak terukur bandingan NYA berdasarkan rasa kasih sayang NYA.
Shalawat beserta salam semoga terlimpahkan selalu kepada baginda alam
yakni Nabi MuhamadSAW,tidak lupa kepada para sahabat nya tabi’in dan tabi’atnya,dan
semoga kita selalu menjadi umat yang taat akan ajarannya,bersamaan safaat beliau
kita raih nanti.
Alhamdilialah dengan kerendahan hati kami dapat menyelesaikan makalah
ini meski masih banyak kealfaan dan kekurangan dari isi penyusunan atau gaya bahasa
yang di sajikan.
Dan kami menyadari bahwa makalah ini masih belum mencapai kesempurnaan, untuk itu kami sangat membutuhkan keritik dan
saran guna meningkatkan keratifitas untuk masa yang lebih baik di masa depan.
Cipasung,25 februari 2014
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................ .......... i
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ......... ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... ......... 1
A.LATAR BELAKANG ..................................................................................... 1
B.RUMUSAN MASALAH ........................................................................ ......... 1
C.TUJUAN.................................................................................................... 1
BAB II
PEMBAHASAN............................................................................................ 2
A.PEMBAGIAN YA MUTAKALLIM ................................................................ ......... 2
B.CARA PENGIDHOFATAN KEPADA YA’ MUTAKALLIM ............................... 3
C.MUNADA MUDHOF YA’ MUTAKALLIM ............................................................ 4
D.FAIDAH IDHOFAT ........................................................................................... ......... 6
BAB III PENUTUP ................................................................................................ ......... 8
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ ......... 9
Tidak ada komentar:
Posting Komentar