BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Dewasa ini, perkembangan ilmu sudah
melenceng jauh dari hakikatnya, dimana ilmu bukan lagi merupakan sarana yang
membantu manusia mencapai tujuan hidupnya, namun bahkan kemungkinan menciptakan
tujuan hidup itu sendiri. Disinilah moral sangat berperan sebagai landasan
normatif dalam penggunaan ilmu serta dituntut tanggung jawab sosial ilmuwan
dengan kapasitas keilmuwannya dalam menuntun pemanfaatan ilmu pengetahuan dan
teknologi sehingga tujuan hakiki dalam kehidupan manusia bisa tercapai.
1.2. Rumusan Masalah
A. Apa Pengertian Aksiologi
B. Penjelasan Ilmu dan Moral
C. Penjelasan Kategori Dasar Aksiologi
D.Sikap Ilmuan
1.3. Tujuan
A.Untuk Mengetahui Pengertian Aksiologi
B.Untuk Mengetahui Penjelasan Ilmu dan Moral
C.Untuk Mengetahui Penjelasan Kategori Dasar Aksiologi
D.Untuk Mengetahui Sikap Ilmuan
1.4. Manfaat
A.Dapat Mengetahui Pengertian Aksiologi
B.Dapat Mengetahui Penjelasan Ilmu dan Moral
C.Dapat Mengetahui Penjelasan Kategori Dasar Aksiologi
D.Dapat Mengetahui Sikap Ilmuan
BAB II
PEMBAHASAN
1. PENGERTIAN AKSIOLOGI
Menurut bahasa
Yunani, aksiologi berasal dari kata axios artinya nilai dan logos artinya teori
atau ilmu. Jadi aksiologi adalah teori tentang nilai. Aksiologi bisa juga
disebut sebagai the theory of value atau teori nilai. Berikut ini dijelaskan
beberapa definisi aksiologi. Menurut Suriasumantri (1987:234) aksiologi adalah
teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang di peroleh.
Menurut Kamus Bahasa Indonesia (1995:19) aksiologi adalah kegunaan ilmu
pengetahuan bagi kehidupan manusia, kajian tentang nilai-nilai khususnya etika.
Menurut Wibisono aksiologi adalah nilai-nilai sebagai tolak ukur kebenaran,
etika dan moral sebagai dasar normative penelitian dan penggalian, serta
penerapan ilmu.
Jadi Aksiologi
adalah bagian dari filsafat yang menaruh perhatian tentang baik dan buruk (good
and bad), benar dan salah (right and wrong), serta tentang cara dan tujuan
(means and and). Aksiologi mencoba merumuskan suatu teori yang konsisten untuk
perilaku etis[1].
Menurut Bramel Aksiologi terbagi tiga
bagian :
1. Moral
Conduct, yaitu tindakan moral, Bidang ini melahirkan disiplin khusus yaitu
etika.
2. Estetic
expression, yaitu ekspresi keindahan, bidang ini melahirkan keindahan
3.
Socio-politcal life, yaitu kehidupan social politik, yangakan melahirkan
filsafat social politik.
Dalam Encyslopedia of philosophy
dijelaskan aksiologi disamakan dengan value and valuation :
1. Nilai
digunakan sebagai kata benda abstrak, Dalam pengertian yang lebih sempit
seperti baik, menarik dan bagus. Sedangkan dalam pengertian yang lebih luas
mencakup sebagai tambahan segala bentuk kewajiban, kebenaran dan kesucian.
2. Nilai
sebagai kata benda konkret. Contohnya ketika kita berkata sebuah nilai atau
nilai-nilai. Ia sering dipakai untuk merujuk kepada sesuatu yang bernilai,
seperti nilainya atau nilai dia.
3. Nilai juga
dipakai sebagai kata kerja dalam ekspresi menilai, memberi nilai atau dinilai.
Dari definisi
aksiologi di atas, terlihat dengan jelas bahwa permasalahan utama adalah
mengenai nilai. Nilai yang dimaksud adalah sesuatu yang dimiliki manusia untuk
melakukan berbagai pertimbangan tentang apa yang dinilai.Teori tentang nilai
yang dalam filsafat mengacu pada masalah etika dan estetika[2].
2. ILMU DAN MORAL
Ilmu merupakan
sesuatu yang paling penting bagi manusia. Karena dengan ilmu semua keperluan
dan kebutuhan manusia bisa terpenuhi secara lebih cepat dan lebih mudah. Dan
merupakan kenyataan yang tidak bisa dipungkiri bahwa peradaban manusia sangat
berhutang kepada ilmu. Singkatnya ilmu merupakan sarana untuk membantu manusia
dalam mencapai tujuan hidupnya.
Ilmu tidak hanya
menjadi berkah dan penyelamat manusia, tetapi juga bisa menjadi bencana bagi
manusia. Misalnya pembuatan bom yang pada awalnya memudahkan untuk kerja
manusia, namun kemudian digunakan untuk hal-hal yang bersifat negatif yang
meninbulkan malapetaka bagi manusia itu sendiri, seperti bom yang terjadi di
Bali. Disinilah ilmu harus diletakkan secara proporsional dan memihak kepada
nilai-nilai kebaikan dan kemanusiaan. Sebab jika ilmu tidak berpihak kepada
nilai-nilai, maka yang terjadi adalah bencana dan malapetaka.
Setiap ilmu
pengetahuan akan menghasilkan teknologi yang kemudian akan diterapkan pada
masyarakat. Teknologi dapat diartikan sebagai penerapan konsep ilmiah dalam
memecahkan masalah-masalah praktis baik yang berupa perangkat keras (hardware)
maupun perangkat lunak (software). Dalam tahap ini ilmu tidak hanya menjelaskan
gejala alam untuk tujuan pengertian dan pemahaman, namun lebih jauh lagi
memanipulasi faktor-faktor yang terkait dalam gejala tersebut untuk mengontrol
dan mengarahkan proses yang terjadi. Di sinilah masalah moral muncul kembali
namun dalam kaitannya dengan faktor lain. Kalau dalam tahap kontempolasi moral
berkaitan dengan metafisika maka dalam tahap manipulasi ini masalah moral
berkaitan dengan cara penggunaan ilmu pengetahuan. Atau secara filsafati dalam
tahap penerapan konsep terdapat masalah moral ditinjau dari segi aksiologi
keilmuwan[3]
3.
KATEGORI DASAR AKSIOLOGI
Terdapat dua kategori dasar aksiologi :
1. Objectivism,
yaitu penilaian terhadap sesuatu yang dilakukan apa adanya sesuai keadaan objek
yang dinilai.
2. Subjectivism, yaitu penilaian
terhadap sesuatu dimana dalam proses penilaian terdapat unsur intuisi
(perasaan).
Dari sini
muncul empat pendekatan etika, yaitu :
1. Teori nilai intuitif
2. Teori nilai rasional
3. Teori nilai alamiah
4. Teori nilai emotif
Teori nilai
intuitif dan teori nilai rasional beraliran obyectivis sedangkan teori nilai
alamiah dan teori nilai emotif beraliran subyektivis.
1. Teori Nilai intuitif (The Intuitive theory of value)
Teori ini
berpandangan bahwa sukar jika tidak bisa dikatakan mustahil untuk
mendefinisikan suatu perangkat nilai yang absolut. Bagaimanapun juga suatu
perangkat nilai yang absolute itu eksis dalam tatanan yang bersifat obyektif.
Nilai ditemukan melalui intuisi karena ada tatanan moral yang bersifat baku.
Mereka menegaskan bahwa nilai eksis sebagai piranti obyek atau menyatu dalam
hubungan antar obyek, dan validitas dari nilai tidak bergantung pada eksistensi
atau perilaku manusia. Sekali seseorang menemukan dan mengakui nilai tersebut
melalui proses intuitif, ia berkewajiban untuk mengatur perilaku individual
atau sosialnya selaras dengan preskripsi moralnya.
2. Teori nilai rasional (The rational theory of value)
Bagi mereka
janganlah percaya padanilai yang bersifat obyektif dan murni independent dari
manusia. Nilai tersebut ditemukan sebagai hasil dari penalaran manusia. Fakta
bahwa seseorang melakukan suatu yang benar ketika ia tahu degan nalarnya bahwa
itu benar, sebagai fakta bahwa hanyaorang jahat atu yang lalai ynag melakukan
sesuatu berlawanan dengan kehendak atau wahyu tuhan. Jadi dengan nalar atau
peran tuhan nilai ultimo, obyektif, absolut yang seharusnya mengarahkan
perilakunya.
3. Teori nilai alamiah (The naturalistic theory of value)
Nilai
menurutnya diciptakan manusia bersama dengan kebutuhan-kebutuhan dan
hasrat-hasrat yang dialaminya. Nilai adalah produk biososial, artefak manusia,
yang diciptakan , dipakai, diuji oleh individu dan masyarakat untuk melayani
tujuan membimbing perilaku manusia. Pendekatan naturalis mencakup teori nilai
instrumental dimana keputusan nilai tidak absolute tetapi bersifat relative.
Nilai secara umum hakikatnya bersifat subyektif, bergantung pada kondisi
manusia.
4. Teori nilai emotif (The emotive theory of value)
Jika tiga
aliran sebelumnya menentukan konsep nilai dengan status kognitifnya, maka teori
ini memandang bahwa konsep moral dan etika bukanlah keputusan factual tetapi
hanya merupakan ekspresi emosi dan tingkah laku. Nilai tidak lebih dari suatu
opini yang tidak bisa diverivikasi, sekalipun diakui bahwa penelitian menjadi
bagian penting dari tindakan manusia[4].
4.
SIKAP ILMUWAN
Sikap seorang
ilmuwan menghadapi cara berfikir yang keliru pada hakikatnya adalah manusia
yang biasa berfikir dengan teratur dan teliti. Bukan saja jalan pikirannya yang
mengalir melalui pola-pola yang teraur namun juga segenap materi yang menjadi
bahan pemikirannya dikaji dengan teliti. Disinilah kelebihan seorang ilmuwan
dibandingkan dengan cara berfikir orang awam[5].
Kumpulan dari
pengetahuan yang sudah teruji kebenarannya secara ilmiah. Menurut Endrotomo
Dalam ilmu dan teknologi, ilmu merupakan suatu aktivitas tertentu yang
menggunakan metode tertentu untuk menghasilkan pengetahuan tertentu.
Fungsi
ilmu :
1. Menjelaskan,
contohnya menjelaskan semua fenomena kejadian alam
2.
Memprediksi,memprediksi segala sesuatu yang akan terjadi
3. Mengontrol
atau mengendalikan, dari hasil prediksi maka kita dapat mengontrol atau
mengendalikan sesuatu yang akan terjadi.
BAB
III
KESIMPULAN
Ilmu adalah kumpulan dari
pengetahuan yang diperoleh melalui kegiatan penelitian ilmiah yang hasilnya
dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuwan. Ilmu merupakan
produk dari proses berfikir manusia. Ilmu bersifat netral pada bagian
epistemologi dan ontologi saja sedangkan pada tingkat aksiologi ilmu terikat
dengan nilai-nilai. Dalam memanfaatkan atau menggunakan ilmu maka hendaknya
kita berlandaskan kepada moral sebagai landasan normatifnya.
DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas. 2003. Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka
Endrotomo, Ir. 2004. Ilmu dan
Teknologi. Information System ITS.
Poedjawijatna, Prof. Ir. 2004. Tahu
dan Pengetahuan. Jakarta : Rineka Cipta.
S. Suriasumantri, Jujun. 1996.
Filsafat Ilmu sebuah pengantar Populer. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan
Jujun
S. Suriasumantri, Filsafah Ilmu Sebuah Pengantar Populer
MAKALAH
Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu
Tugas
Mata Kuliah Filsafat
AKSIOLOGI
DISUSUN OLEH :
PERA RIYANTI
SITI AISYAH
DEDE ELA
ULFAH MUAOFAH
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM CIPASUNG
SINGAPARNA TASIKMALAYA
2014
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR .............................................................................. i
DAFTAR ISI.............................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................... 1
1.1. Latar
Belakang...................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah................................................................. 1
1.3. Tujuan.................................................................................... 1
1.4. Manfaat.................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
.......................................................................... 3
1. Pengertian Aksiologi.................................................................. 3
2. Ilmu Dan Moral......................................................................... 4
3. Kategori Dasar Aksiologi........................................................... 5
4. Sikap Ilmuwan............................................................................ 7
BAB III KESIMPULAN........................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA................................................................................ 9
KATA
PENGANTAR
Puji
dan Syukur Penulis
Panjatkan ke Hadirat
Tuhan Yang Maha Esa
karena berkat limpahan Rahmat dan
Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah ini tepat pada
waktunya. Makalah ini membahas filsafat aksiologi
Dalam
penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan hambatan akan
tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Olehnya
itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, semoga bantuannya mendapat
balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.
Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis
harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir
kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar