BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tidak dapat di ragukan lagi bahwa
tafsir telah melalui banyak periode sehingga sampai kepada corak dan bentuk
yang sekarang ini yang di tuang dalam berbagai kitab dan karangan. Ada yanga
sudah di cetak dan ada yang masih dalam bentuk tulisan tangan.
Tafsir al-qur’an telah tumbuh dimasa
nabi Saw.Dan beliaulah penafsir awal (Al-mufassir al-awal )terhadap kitab Allah. Beliau
menerangkan maksud-maksud wahyu yang di turunkan kepadanya. Sahabat-sahabat
rasul yang mulia,tidak ada yang berani menafsirkan Al-qur’an ketika rasullulah
Saw masih Hidup. Rasulullah sendirilah tugas menafsirkan Al-qur’an.
Sesudah rasululah SAW wafat barulah
Para sahabat yang a’lim yang mengetahui rahasia-rahasia Al-qur’an Dan yang
mendapat petunjuk langsung dari nabi, merasa perlu untuk menerangkan apa yang
mereka ketahui dan menjelaskan apa yang mereka pahami tentang maksud-maksud
Al-qur’an.
B.
Rumusan Masalah
1.
Ilmu apakah yang
di pergunakan Oleh Para Mufassir?
2. Bagaimana Seorang Ijtihad Menafsirkan Al-qur’an?
3. Bagaimana As-sunah Menafsirkan Al-qur’an?
4. Apa yang di maksud Tafsir Isyari?
5. Bagaimana pengaruhnya mencampurkan Antara ilmu
adab dan ilmu alam dengan Tafsir?
C.
Tujuan
1.
Untuk mengetahui
ilmu apakah yang di pergunakan oleh seorang mufassir.
2. Untuk mengetahui Ijtihad dan As-sunah
Menafsirkan Al’qur’an.
3. Untuk mengetahui pengertian Tafsir
Isyari.
4. Untuk mengetahui bagaimana pengaruhnya jika
mencampurkan ilmu adab
dan ilmu alam dengan tafsir.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
ILMU YANG DI PERGUNAKAN 0LEH PARA
MUFASSIR
Para u’lama telah menetapkan bahwa ilmu-ilmu
yang wajib di miliki dengan sempurna oleh seorang mupassir di antaranya:
a)
Bahasa arab,ilmu nahwu,sharaf,dan
ilmu-ilmu balagoh
b)
Ilmu ushul fiqih.
c)
Ilmu tauhid
d)
Ilmu asbab an nuzul dan qias
e)
Ilmu nasikh wal mansyukh.
f)
Ilmu hadis yang menerangkan
maksud-maksud dan lafal-lafal yang mujmal dan yang mubram.
g)
Ilmu mauhibah yaitu suatu ilmu
yang allah wariskan kepada orang yang mengamal-kan apa yang telah di ketahui
dan yang hatinya bersih dari ketakaburan dan kecintaan kepada dunia.
Syarat-syarat dari ilmu” yang telah di
terangkan di atas adalah untuk mewujudkan tapsir yang paling tinggi
martabat-nya.
Diantara-nya
tapsir yang paling tinggi martabat nya,hanya dapat di capai apabila memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
pertama,memahami hakikat lapal yang
tunggal, yang terdapat di dalam al-qur’an dengan memperhatikan cara-cara ahli
bahasa mempergunakan kalimat” itu.
kedua,seorang mufassir(ahli tapsir) harus memperhatikan uslub” al-qur’an dan
mampu memahami uslub” bahasa arab dengan mempelajari bahasa arab
ketiga,mengetahui keaadaan” manusia
dijaman dahulu (mengetahui sejarah peradaban dunia).bgaimana keadaan
mahluk,tabiatnya,sunah” ketuhanan di alam menciptakan manusia.
keempat mengetahui cara-cara al-quran memberi petunjuk kepada manusia.Oleh karenanya wajiblah atas seorang mufassirin yang melaksanakan fardu kifayah ini, mengetahui keadaan manusia di masa nabi muhammad saw baik bangsa arab maupun bangsa lain.Karena al-quran mengatakan dengan lantang bahwa manusia semuanya berada dalam kesesatan dan bahwa nabi muhammad saw di utus oleh alloh untuk memberi petunjuk bagi manusia dan mendatangkan kebahagiaan kepada mereka maka bagaimana para mufasir bisa mengetahui adat-adat orang arab yang buruk apabila ia tidak mengetahui keadaan orang arab.
keempat mengetahui cara-cara al-quran memberi petunjuk kepada manusia.Oleh karenanya wajiblah atas seorang mufassirin yang melaksanakan fardu kifayah ini, mengetahui keadaan manusia di masa nabi muhammad saw baik bangsa arab maupun bangsa lain.Karena al-quran mengatakan dengan lantang bahwa manusia semuanya berada dalam kesesatan dan bahwa nabi muhammad saw di utus oleh alloh untuk memberi petunjuk bagi manusia dan mendatangkan kebahagiaan kepada mereka maka bagaimana para mufasir bisa mengetahui adat-adat orang arab yang buruk apabila ia tidak mengetahui keadaan orang arab.
Syaidina umar ra berkata :
Artinya:
Sesungguhnya orang-orang yang tidak mengetahui tentang keadaan-keadaan orang
jahiliah itulah orang yang di hawatirkan akan merusakan simpulan’simpulan
islam, satu demi satu.”
kelima mengetahui sirah ( Riwayat hidup
Nabi SAW dan sahabatnya ). Bagaimana keadaan para sahabat, baik dalam bidang
ilmu, bidang amal, dan bagaimana mereka menghadapi masalah-masalah keduniawian
dan keakhiratan
B.
MENAFSIRKAN AL-QUR’AN DENGAN
IJTIHAD
Para ulama berbeda pendapat dalam menanggapi
masalah ini ada yang memperbolehkan kita berijtihad dalam menafsirkan al-quran
dan ada pula yang tidak memperbolehkannya
Pertama, menafsirkan al-quran dengan ar-ra’yu, sama artinya dengan mengatakan sesuatu tanpa ilmu dan apabila menyangkut tentang ilmu allah sama sekali tidak di benarkan karenanya menggunakan logika dalam menafsirkan al-quran.
Seorang mufasir yang menafsirkan al-quran dengan ijtihad, tidak dapat meyakini bahwa ijtihadnya itu benar. Golongan yang memperbolehkan berkata : Orang yang menetapkan sesuatu berdasarkan kepada jhan dalam hal-hal yang tidak di peroleh nash yang qath’y dan tidak di peroleh pula dalik aqli, sebenarnya dia bersandar kepada suatu dalil qath’y yaitu dalil yang membolehkan kita berpegang kepada jhan.
Kedua, hadisy yangdi riwayatkan At-turmudzi dari ibnu abbas dari nabi muhammad saw bersabda:
Pertama, menafsirkan al-quran dengan ar-ra’yu, sama artinya dengan mengatakan sesuatu tanpa ilmu dan apabila menyangkut tentang ilmu allah sama sekali tidak di benarkan karenanya menggunakan logika dalam menafsirkan al-quran.
Seorang mufasir yang menafsirkan al-quran dengan ijtihad, tidak dapat meyakini bahwa ijtihadnya itu benar. Golongan yang memperbolehkan berkata : Orang yang menetapkan sesuatu berdasarkan kepada jhan dalam hal-hal yang tidak di peroleh nash yang qath’y dan tidak di peroleh pula dalik aqli, sebenarnya dia bersandar kepada suatu dalil qath’y yaitu dalil yang membolehkan kita berpegang kepada jhan.
Kedua, hadisy yangdi riwayatkan At-turmudzi dari ibnu abbas dari nabi muhammad saw bersabda:
Dan
barang siapa yang mengatakan terhadap al-quran berdasarkan kepada ijtihadnya
maka hendaklah dia mencari tepat duduknya di dalam neraka
Ketiga, riwayat-riwayat yang diterima dari para sahabat dan tabiin bahwa mereka tidak mau menafsirkan al-quran dengan ijtihad mereka. Riwayat – riwayat ini di tanggapi oleh golongan yang membolehkan dengan mengatakan bahwa para sahabat bersikap demikian karena hanyalah takut terjadi kesalahan, bukan karena tidak boleh mempergunakan ijtihad. Apabila mereka telah mengetahui mana yang benar dari tafsir ayat, mereka tida segan memberikan penafsiran nya.
Ketiga, riwayat-riwayat yang diterima dari para sahabat dan tabiin bahwa mereka tidak mau menafsirkan al-quran dengan ijtihad mereka. Riwayat – riwayat ini di tanggapi oleh golongan yang membolehkan dengan mengatakan bahwa para sahabat bersikap demikian karena hanyalah takut terjadi kesalahan, bukan karena tidak boleh mempergunakan ijtihad. Apabila mereka telah mengetahui mana yang benar dari tafsir ayat, mereka tida segan memberikan penafsiran nya.
C
. Dalil-dalil al-quran yang
di kemukakan oleh golongan yang membolehkan kita berijtihad
Golongtan yang membolehkan kita
menafsirkan al-quran dengan ijtihad berdalil dengan beberapa dalil diantaranya
:
Pertama,
firman allah swt
“Maka
apalah mereka tidak memahami al-quran atauah hati-hati mereka terkunci.”(QS,
Muhammad[47]:24)
Mereka berkata : “Sesungguhnya allah menggerakan kita memahami al-quran dan mengambil pengajaran dengan ayat-ayatnya.
Mereka berkata : “Sesungguhnya allah menggerakan kita memahami al-quran dan mengambil pengajaran dengan ayat-ayatnya.
Kedua, Sesungguhnya rasululloh saw telah
menyatakan dalam doanya kepada ibnu abbas:
“Wahai
tuhanku jadikanlah dia seorang yang fakih dalam agama dan ajarkanlah takwil
kepadanya.”
Andai kata takwil itu hanya terbatas pada apa yang di dengar saja, tentulah tiadak ada faidahnya untuk di takhsihkan takwil bagi ibnu abbas ini kalau demikian maka di kehendaki dengan takwi ialah tafsir deengan menggunakan ijtihad.
Andai kata takwil itu hanya terbatas pada apa yang di dengar saja, tentulah tiadak ada faidahnya untuk di takhsihkan takwil bagi ibnu abbas ini kalau demikian maka di kehendaki dengan takwi ialah tafsir deengan menggunakan ijtihad.
Ketiga, andai kata tafsir dengan ijtihad
tidak di bolehkan, tentulah akan hilang kebanyaan hukum. Karena nabi muhammad
saw tidak menafsirkan seluruh ayat. Orang yang berijtihad, mendapat pahala
walaupun dia salah assal saja dia telah berijtihad dengan mempergunakan segala
kesanggupan dan dia berijtihad untuk memperoleh suatu kebenaran.
Kesimpulannya kita membolehkan menafsirkan
al-quran dengan ijtihad apabila kita cukup mempunyai syarat-syarat nya dan
tidak boleh kita menafsirkan nya dengan ijtihad apabila kita tidak mempunyai
syarat yang cukup untuk itu dan perselisihan ini adalah pada tafsir tingkat
tinggi
C.
CARA-CARA AS-SUNAH MENAFSIRKSAN
AL-QUR’AN
As-sunnah adalah pensyarah
al-qur’an, karena rasulullah bertugas menyampaikan al-qur’an dan menjelas kan
pengertian nya.as-sunah menerangkan makna al-qur’an adalah dengan :
1.
menerangkan apa yang di maksud
dari ayat-ayat yang mujmal, seperti menerangkan waktu-waktu shalat yang
lima,bilangan raka’at,tata cara ruku,tata cara sujud, kadar-kadar jakat,
waktu-waktu memberikan jakat,macam-macamnya dan cara-caranya mengerjakan haji.
Karengan orana inilah rasulullah saw bersabda:
“ambillah dari
padaku cara-cara kamu mengerjakan haji”.
Dan
beliau juga bersabda:
2. menerangkan hukum-hukum
yang tidak ada dalam al-qur’an,seperti mengharamkan kita menikahi seseorang
wanita bersamaan dengan menikahi saudara ayahnya atau saudara ibunya, seperti
di haram kannya kita memakan daging keledai kampung, seperti mengharamkan kita
memakan hewan yang bertaring dan seperti memutuskan perkara dengan berpegang
kepada sumpah dan saksi.
Menerangkan makna dan lafal perpautannya,seperti menafsirkan almagdhubi
‘alaihim dengan orang yahudi dan menafsirkan adh-dhalim,dengan orang nasrani.
D.
TAFSIR ISYARI
Menurut Shubhi as-shalih tafsir
isyari adalah:
Tafsir
Yang Menta’wilkan Ayat tidak menurut Zahirnya namun di sertai usaha
Menggabungkan Antara yang zhahir dan tersembunyi.” Ma’na Khalil Al-Qattan menyatakan bahwa
setiap ayat mempunyai ma’na zahir dan ma’na batin (tersembunyi ).
Ma’na zahir ialah segala sesuatu
yang mudah di pahami akal pikiran lainnya. Sedangkan ma’na batin adalah
isyarat-isyarat tersembunyi di balik itu yang hanya nampak dan di ketahui
maknanya oleh para ahli tertentu (ahli suluk ).
Sedangkan Menurut Muhammad Aly Ash
Shabuny Dalam Kitab nya Al-tibyan Pengertian Tafsir Isyari adalah:”
“Penafsirran Al-qur’an Yang Berlainan
Menurut zahir ayat karena adanya petunjuk-petunjuk Yang Tersirat Dan Hanya Di
ketahui Oleh Sebagian ulama Atau Hanya Di Ketahui Oleh Orang yang mengenal Allah
Yaitu Orang yang berpribadi luhur dan telah terlatih jiwanya (mujahadah)” Dan
mereka yang di beri sinar oleh Allah sehingga dapat menjangkau rahasia-rahasia
al-qur’an. Pikirannya penuh dengan arti-arti yang dalam dengan pelantaraan
ilham illahi atau pertolongan allah.
Tafsir Isyari di sebut juga tafsir
sufi,yaitu penafsiran al-qur’an dengan melibatkan kapasitas sufistik atau
tasauf; Mencoba memahami ayat-ayat dengan mengungkapkan makna atau isyarat di
balik makna zahir ayat.
Dari mengumpulkan berbagai macam-macam
keterangan sekitar tafsir isyari, Para ulama membuat satu kesimpulan bahwa Tafsir isyari yang bisa di terima jika bisa
memenuhi lima syarat Diantaranya:
a)
Tidak di katakan secara pasti bahwa makna
itulah yang di maksudkan oleh al-qur’an, bukan makna yang zhahir.
b)
Takwilnya itu tidak jauh dari yang semestinya.
c)
Tidak bertentangan dengan suatu dalil syariat
atau dalil aqli.
d)
Dapat di kuatkan dengan sesuatu dalil syar
1. KITAB-KITAB TAFSIR ISYARI
YANG TERPENTING
a) tafsir an-naisabury
tafsir ini mula-mula menerangkan makna
yang zhahir dari ayat . seudah itu barulah dia mengatakan,menurut pendapat ulama isyarat atau ulama takwil ayat ini mengatakan demikian. Umpamanya: dia
mengatakan bahwa penyembelihan nafsu hewaniah.menyembelih nafsu hewaniah itulah
yang di namakan jihad akbar.
b) Tafsir at-tastary
Tafsir ini disusun oleh Abu Muhammad
sahal ibnu abdullah at-tastary yang wapat pada tahun 383 H . tafsir ini tidak
menafsirkan semua ayat,walaupun menafsirkan semua surat.dan penafsirannya
menempuh jalan yang di tempuh oleh ahli zhahir.
c) tafsir Ibnu Arraby
tafsiir ini di susun abdullah
muhammad ibnu muhammad ibnu ahmad ibnu abdullah muhyidin ibnu araby,seorang
ahli tasawuf,piqih dan hadist.di lahirkan di marsiyah pada tahun 506 H dan
wapat di damaskus pada tahun 638 H.di antara karya-nya ialah al-jam’u wa-at
at-tafsir pi ibda ma’an at-tanzil dan
di antarnya I’jaz al-bayan fi
at-tarjumat’an al-qur’an.
Al-ghazaly dalam kitab al-ihya’ telah
membicarakan apa yang di maksudkan oleh ahli-ahli tasawuf beliau berkata:” ada
dua macam ucapan yang telah di adakan oleh sebagian ulama sufi.”
Pertama,pengakuan-pengakuan yang
lebar panjang bahwa mereka sangat merindukan alloh dan bahwa mereka telah
mempunyai hubungan erat dengan alloh hingga mereka tida perlu lagi megerjakan
amalan-amalan yang nyata.mereka mengatakan bahwa tida ada lagi
hijab(dinding)antara mereka dengan alloh. Mereka mnyerupakan diri dengan
al-hallaj yang sudah disalib lantaran menyebut kata kata yang membawa kepada
kesesatan, seperti mengatakan:
Annal haqqo artinya “sayalah, haq”.
kedua,kata-kata yang tida dapat
dipahamkan yang mempunyai makna-makna yang zhair yang menarik,tapi tidak
mendatangkan faedah apa-apa.Bahkan yang mengatakan sendiri,tidak memahami maksud kata itu.atau dia dapat
memahaminya,tetapi dia tida dapat memahaminya kepada orang lain.inilahinilah
macam syathhah yang kedua.
Ketiga,memalingkan lafal-lafal
syara’dari makna yang dapat dipahamkan kepada makna-makna yang tida dapat
dipahamkan,sebagai mana yang biasa dilakukan oleh golongan Bathiniyah,memalingkan lafal dari
zhahirinya,tanpa ada dalil-dalil dari syara’dan tanpa ada sesuatu hal yang
mendesak ,akan membawa kita hilangnya kepercayaan kepa llfal-lafal itu dan
hilang nya manfaat kalam alloh dan kalam Rasul-nya,denganjalan demikian
orang-orang Bathiniyah akan dapat merusak hukum-hukum agama yaitu dengan
memaknakan nash-nash agama menurut kemauan mereka sendiri.merea mengatakan
bahwa maksud allah dengan perkataan-Nya:
E.
PENGARUH MENCAMPURKAN ILMU-ILMU
ADAB DAN ILMU-ILMU ALAM DENGAN
TAFSIR
Al-qur’an adalah kitab
petunjuk,kitab yang tidak dapat di tantang oleh siapapun.hidayahnya dan
kemukjizatannya di gambarkan oleh para mufassir dalam tafsir nya masing-masing
menurut kadar kemampuanya.
Al-qur’an semenjak turuya sampai sekarang
telah melalui beberapa jaman dan beberapa masa dan dia akan tetap demikian
terus menerus.oleh karena orang Arab dahulu mempunyai keahlian ang sempurna
dalam bahasanya,walaupun mereka tida pandai membaca dan menulis mereka dapat
dengan mudah memahami al-qur’an.tetapi sesudah bangsa Arab yang pada mulanya di
miliki dengan sempurna, kian hari kian menurun.maka sebagai natijah dari
terjadinya pencampuran masyarakat, timbullah kerusakan dalam bahasa Arab dan
perlulah mereka mempunyai kaidah-kaidah yang memelihara bahasa Arab dan
memelihara manusia dari salah memahami Al-qur’an dan as-sunah. Karena
itu,timbullah ilmu-ilmu adab atau ilmu-ilmu sepsrti itu
Dengan sebab iini lah ilmu adab dan ilmu
umum mulai masuk ke dalam tafsir Al-qur’an, karena untuk memahami Alqu’an kita
memerlukan ilmu lughah dan adab karena keadaan-keadaan kata,akhir kata dan
petunjuk-petunjuknya serta dengan ilmu itulah kita mengetahui makna-makna
susunan kalimat dan dapat membedakan antara susunan yang renah.
Inilah sebabnya tafsir yang kita hadapi
sekarang ini bercampur dengan ilmu-ilmu bahasa Arab dan ilmu-ilmu umum dan
ilmu-ilmu itu mendapat tempat yang baik dalam kitab-kitab tafsir.
Tafsir az-zajjaj dan tafsir Abu Hayyan penuh
dengan pembahasan nahwu. Tafsir az-Zamakhsyary dan Tafsir Abu Suud penuh dengan pembahasan balagoh. Tafsir
Al-Khazin penuh dengan kisah dan khabar. Tafsir Al-Jawahir karangan
Thanthawy Jauhary penuh dengan ilmu umum.
A. PENGARUH
BERCAMPURNYA ILMU-ILMU ADAB DENGAN TAFSIR
Pengaruh pencampuran ilmu-ilmu
adab dengan tafsir dapat kita ringkaskan dalam hal-hal di bawah ini:
a.menerangkan makna-makna Al-qur’an dan
hidayah-hidayahnya.
b.menampakkan kebalaghahan Al-qur’an dan
kefashahannya.
c.menunjukkan kepada kemukjizatan Al-qur’an
dari segi uslub dan penjelasannya.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
1.Ilmu-ilmu yang di perlukan oleh
para mufasir
a. Bahasa Arab, Nahwu ,sharaf dan
ilmu-ilmu balaghah
b. Ilmu Ushul al-fiqh
c. Ilmu Tauhid
d. Ilmu asbab an-nuzul dan Qias
e. Ilmu Nasikh wal-Mansukh.
f. Ilmu Hadist
g. Ilmu Mauhibah
2. Kitab-kitab tafsir isyari yang
terpenting
a. Tafsir an-Naisabury
b. Tafsir al-Alusy
c. Tafsir at-Tastary
d. Tafir Ibnu Araby
3. Syarat-syarat kita dapat
menerima tafsir isyary
a. Tidak berlawanan maknanya dengan zhahir
Al-Qur’an.
b. Tidak di katakan secara pasti bahwa
makna itulah yang di maksudkan oleh Al-
Qur’an,bukan makna yang zhahir.
c. Takwilnya itu tidak jauh dari yang
semestinya.
d. Tidak bertentangan dengan sesuatu dalil
syari’at atau dalil aqli
e. Dapat di kuatkan dengan sesuatu dalil
syar’i
4. Pengaruh Bercampurnya
Ilmu-ilmu Adab dengan Tafsir.
a. Menerangkan makna-makna Al-Qur’an dan
hidayah-hidayahnya.
b. Menampakkan kebalaghahan Al-Qur’an dan
kefashahannya
c. Menunjukkan kepada kemukjizatan
Al-Qur’an dari segi uslub dan penjelasannya.
DAFTAR
PUSTAKA
Teungku
M .Hasbi ash-shidiq, ilmu-ilmu al-qur’an, PT Remaja Rosdakarya,2003:Bandung
Manahil Al-Irfan II:530-531, Oleh
Az-Zarkany
ILMU
YANG DI PERGUNAKAN OLEH PARA MUFASSIR
MENAFSIRKAN
AL-QUR’AN DENGAN IJTIHAD
AS-SUNAH MENAFSIRKAN ALQUR’AN, TAFSIR
ISYARI DAN
PENGARUH MENCAMPURKAN ILMU ADAB DAN ILMU
ALAM DENGAN TAFSIR
MAKALAH
Diajukan Untuk Memenuhi
Salah-Satu Tugas
Mata Kuliah Ulumul Qur’an
Di
Susun Oleh :
1. IBAD
SUPIRMAN
2. LUTFI FAISAL FAHMI
3.
MAKIN
KLS
: 1 D
FAK/JUR:
TARBIYAH/PAI
INSTITUT
AGAMA ISLAM CIPASUNG
SINGAPARNA-TASIKMALAYA
2013
KATA
PENGANTAR
Segala
Puji Hanyalah milik allah yang maha pengasih lagi maha penyayang. Berkat Rahmat
dan karunianya alhamdulilah Kita semua
di berikan pengetahuan dan kesehatan
sehingga bisa menyusun makalah ini dengan baik. Shalawat beserta salam
allah semoga selamanya selalu tercurah limpahkan kepada nabi tertingi,rasul
termulya ya’ni nabi besar Muhammad Saw, tak lupa kepada keluarganya,sahabatnya,
tabi’in tabia’tnya mudah-mudah sampai kepada kita semua sampai hari
kiamat...... aminnnnnnnn yaallah ya
rabbal a’lamin.
Dalam pembuatan Makalah ini, penulis menyadari
Sepenuhnya bahwa masih banyak sekali kesalahan dan kekurangan dalam penulisan
makalah ini, baik mengenai rangkaian kata Ataupun Dalam penyusunnya, sehingga
masih perlu perbaikan dari berbagai pihak. Kritik Dan Saran adalah suatu solusi terbaik bagi
penulis untuk bisa lebih baik dan menyempurnakan dalam pembuatan makalah ini.
Akhirnya,semoga Makalah
ini Dapat Bermanpaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi kita semua.semoga
allah Swt meridhai kita semua. Amiiinn
Cipasung, Desember
2013
Penulis
i
|
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR ........................................................................... .......... i
DAFTAR
ISI ......................................................................................... ......... ii
BAB
I PENDAHULUAN ...................................................................... ......... 1
A.
Latar
Belakang ....................................................................... ......... 1
B.
Rumusan
Masalah ................................................................. ......... 1
C.
Tujuan ..................................................................................... ......... 1
BAB
II PEMBAHASAN .......................................................................
A.
Ilmu Yang Digunakan Para Mufassir....................................... ......... 2
B.
Menafsirkan Al-Quran dengan Ijtihad..................................... ......... 3
C.
Cara – cara As-sunnah Menafsirkan Al-Quran....................... ......... 5
D.
Tafsir Isyari.................................................................................. ......... 5
E.
Pengaruh Mencampurkan Ilmu – Ilmu Adab dan Ilmu – Ilmu
Alam dengan Tafsir 8
BAB
III PENUTUP ............................................................................... ....... 10
Kesimpulan
.................................................................................
ii
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar