MAKALAH
LOGIKA
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas MataKuliah Logika
Dosen : Bpk. Sumitra
Oleh:
Tubagus Maulana
Kelas :
PAI A/ Semester 3
INSTITUT AGAMA ISLAM CIPASUNG
FAKULTAS TARBIYYAH
TASIKMALAYA
2013
LOGIKA
A. Pengertian logika
PengertianLogika Secara
etimologi, logika diturunkan dari kata sifat logike, bahasa Yunani,yang
berhubungan dengan kata logos,yang artinya pikiran atau perkatan
sebagaipernyataan dari pikiran. Sumber lain mengatakan logika berasal dari kata
logosyang berarti perkataan atau sabda. Istilah lainnya adalah mantiq, kata
Arab yangdiambil dari kata kerja nataqa yang berarti berkata atau berucap.
B.
Objek Kajian Logika
Oleh karena yang berfikir itu manusia maka
objek penyelidikan logikaialah manusia itu sendiri. Tetapi manusia ini disoroti
dari sudut tertentu, yaknibudinya. Begitu pula berfikir adalah obyek material
logika. Berfikir di sini adalahkegiatan pikiran, akal budi manusia. Dengan
berfikir manusia mengolah,mengerjakan pengetahuan yang telah diperolehnya. Dengan
mengolah danmengerjakannya ini terjadi dengan mempertimbangkan,
menguraikan,membandingkan serta menghubungkan pengertian yang satu dengan
pengertianyang lainnya.
C. Manfaat logika
1.
Membantu setiap orang yang
mempelajari logika untuk berpikir secara rasional, kritis, lurus, tetap,
tertib, metodis dan koheren.
2.
Meningkatkan kemampuan berpikir
secara abstrak, cermat, dan objektif.
3.
Menambah kecerdasan dan
meningkatkan kemampuan berpikir secara tajam dan mandiri.
4.
Memaksa dan mendorong orang untuk
berpikir sendiri dengan menggunakan asas-asas sistematis.
5.
Meningkatkan cinta akan kebenaran
dan menghindari kesalahan-kesalahan berpkir, kekeliruan serta kesesatan.
6.
Mampu melakukan analisis terhadap
suatu kejadian.
7.
Terhindar dari klenik ,
gugon-tuhon ( bahasa Jawa ).
8.
Apabila sudah mampu berpikir
rasional, kritis,lurus,metodis dan analitis sebagaimana tersebut pada butir
pertama maka akan meningkatkan citra diri seseorang.
D. Konsep Penalaran Dan Konsep Logika
1. Penalaran
Penalaran
merupakan suatu proses berfikir dalam menarik sesuatu kesimpulan yang berupa
pengetahuan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam masalah ini adalah tentang
asas-asas pemikiran seperti.
a.
Principium Identitas,
atau disebut dengan asas kesamaan.
b.
Principium
Countradictionis. asas ini biasa di sebut dengan asas pertentangan.
c.
Principium Tertii
Exclusif, yang asas ini sering disebut sebagai asas tidak adanya kemungkinan
ketiga.
Kemudian
ciri-ciri penalaran menurut (Jujun.S.,2003:42) membagi dalam dua pola sebagai
berikut:
a.
Adanaya suatu pola
pikir yang secara luas dapat disebut logika. Maksudnya penalaran merupakan
suatu proses berfikir logis dalam artian kegiatan berfikir menurut suatu pola
tertentu, atau logika tertentu.
b.
Bersifat analitik
dari proses berpikirnya. Artinya penalaran merupakan suatu kegiatan analisis
yang memepergunakan logika ilmiah.
Berdasarkan
ciri-ciri di atas, maka dapat kita katakana bahwa tidak semua kegiatanberpikir
bersifat logis dan analitik. Atau dapat disimpulkan cara berpikir yang tidak
termasuk penalaran bersifat tidak logis dan tidak analitik.dengan demikian maka
kita dapat membedakan secara garis besar ciri-ciri berpikir menurut penalaran
dan berpikir yang bukan berdasarkan penalaran.
2. Logika
Logika
merupakan cabang-cabang filsafat yang menyelidiki lurus tidaknya pemikiran
kita. Lapangan dalam logika adalah asas-asas yang menentukan pemikiran yang
lurus, tepat, dan sehat.
Menurut
(The Liang Gie.2000:21) logika adalah bidang pengetahuan yang mempelajari
segenap asas, aturan, dan tata cara penalaran yang betul (corret reasoning),
agar pengetahuan yang dihasilkan penalaran itu mempunyai dasar kebenaran, maka
proses berpikir itu harus di katakana suatu cara tertentu. Dan caraa tertentu
itu di sebut logika.
Dimana logika dapat didefinisikan
pengkajian berpikir secara shahih.
Ada
dua macam logika diantaranya :
a.
Logika induktif
Logika
induktif yaitu penarikan kesimpulan yang bersifat umum dari berbagai kasus yang
bersifat khusus.
b.
Logika deduktif
Logika deduktif
adalah cara berpikir dimana penarikan kesimpulan yang bersifat khusus dan kasus
yang bersifat umum.
E.Teori
Logika
Dalam teori logika dikenal adanya suatu pernyataan atau
preposition.Preposition merupakan komponen logika dasar yang dilambangkan
dengan hurufdan memiliki nilai kebenaran true atau false. Preposition
dideklarasikan dengansebuah kalimat tertutup yang dalam hal ini dimaksudkan
sebagai suatu pernyataanlengkap akan suatu keadaan. Dua preposition atau
pernyataan ini dapatdihubungkan dengan penghubung tertentu yang menghasilkan
kalimat logika. Interpretasi merupakan pemberian nilai kebenaran pada setiap
pernyataanatau preposition dalam suatu kalimat logika. Sebuah kalimat logika
dapat
F. Kesesatan Berfikir
Ilmu logika lahir bersamaan dengan lahirnya Filsafat
Barat di Yunani. Dalam usaha untuk menyebar luaskan pemikiran-pemikirannya,
para filusuf Yunani banyak yang mencoba membantah pemikirannya dengan para
filusuf lainnya dengan menunjukkan kesesatan penalarannya. Sejak awal, logika
telah menaruh perhatian atas kesesatan penalaran tersebut. Kesesatan penalaran
ini disebut dengan kesesatan berfikir (fallacia/fallacy)
Kesesatan berfikir adalah proses penalaran atau
argumentasi yang sebenarnya tidak logis, salah arah dan menyesatkan. Ini karena
adanya suatu gejala berfikir yang disebabkan oleh pemaksaan prinsip-prinsip
logika tanpa memperhatikan relevansinya.
Kesesatan relavansi timbul ketika seseorang menurunkan
suatu kesimpulan yang tidak relevan pada premisnya atau secara logis kesimpulan
tidak terkandung bahkan tidak merupakan implikasi dari premisnya.
G. Bentuk-bentuk Kesesatan
Relevansi:
1.
Argumentum ad Hominem.
Kesesatan ini terjadi jika kita berusaha agar orang
lain menerima atau menolak suatu usul yang tidak berdasarkan penalaran,
melainkan karena alasan yang berhubungan dengan kepentingan atau keadaan orang
yang mengusulkan dan orang yang diusuli. Contoh:
Menolak land reform karena pembagian tanah itu selalu
dituntut oleh orang komunis.
Jadi, usul land reform itu perbuatan orang komunis dan
perbuatan orang komunis itu jahat.
2.
Argumentum ad Veccundiam atau Argumentum Auctoritas.
Kesesatan ini sama
dengan Argumentum ad Hominem, yaitu menerima atau menolak sesuatu tidak
berdasarkan nilai penalarannya, akan tetapi karena orang yang mengemukakannya
adalah orang yang berwibawa, dapat dipercaya dan seseorang yang ahli.
3.
Argumentum ad Baculun.
Baculum artinya tongkat. Kesesatan ini terjadi jika
penerimaan atau penolakan suatu penalaran didasarkan atas adanya ancaman
hukuman, jika tidak menyetujui akan dihukum, dipenjarakan, dipukuli, bahkan
dipersulit hidupnya dan diteror. Teror pada hakikatnya adalah suatu paksaaan
untuk menerima suatu gagasan karena ketakutan.
4.
Argumentum ad Misericordiam.
Argumentum ad Misericordiam adalah penalaran yang
ditujukan untuk menimbulkan belas kasihan agar dapat diterima. Argumen ini
biasanya berhubungan dengan usaha agar suatu perbuatan dimaafkan.
Penalaran ini biasanya diungkapkan dalam pengadilan.
Seperti, terdakwa mengingatkan hakim bahwa ia mempunyai anak, istri, keluarga
dan yang lain-lain.
5.
Argumentum ad Populum.
Argumentum ad Populum
banyak dijumpai dalam kampanye politik, seperti pidato-pidato, demonstrasi dan
propaganda. Karena Argumentum ad Popolum ditujukan kepada rakyat, kepada suatu
masa atau kepada halayak ramai, maka dalam Argumentum ad Populum perlu
pembuktian sesuatu secara klogis tidak dipentingkan, yang diutamakan adalah
menggugah perasaan masa pendengar atau membakar emosi pendengar agar menerima
suatu konklusi tertentu.
6.
Kesesatan Non Causa Pro Causa.
Kesesatan Non Causa Pro Causa terjadi apabila kita
menganggap sesuatu sebagai sebab, padahal sebenarnya bukan sebab atau bukan
sebab yang lengkap.
7.
Kesesatan Aksidensi.
Sifat atau kondisi aksidental adalah sifat yang
kebetulan, tidak harus ada dan tidak mutlak. Kesesatan aksidensi terjadi jika
kita menerapkan prinsip atau pernyataan umum kepada peristiwa-peristiwa
tertentu, tetapi karena keadaannya yang bersifat aksidental, maka menyebabkan
penerapan itu tidak cocok. Contoh:
Makan adalah suatu perbuatan baik. Tetapi jika makan
pada waktu harus berpuasa, maka
penalaran tersebut sesat karena faktor
aksidensi.
8.
Kesesatan Komposisi atau Divisi.
Kesesatan karena komposisi dan divisi terjadi ketika
menyimpulkan bahwa predikat itu juga berlaku untuk kelompok kolektif
seluruhnya. Maka disini penalaran kita sesat karena komposisi. Contoh:
Jika film itu bagus, belum tentu semua pemerannya
bermain bagus.
9.
Petition Principia.
Petition Principia adalah kesesatan ketika membuktikan
sesuatu. Penalaran yang disusun menggunakan konklusinya atau apa yang hendak
kita buktikan itu sebagai premis, sudah tentu dengan kata-kata atau ungkapan
yang berbeda dengan bunyi konklusinya. Contoh:
Manusia harus berlaku adil. Karena adil adalah perintah Tuhan yang
tercantum dalam Kitab Suci.
Sebagai alasan (premis), dikemukakan bahwa Kitab Suci
itu berisi perintah Tuhan. Disini dibuktikan bahwa perintah Tuhan itu tercantum
dalam Kitab Suci karena Kitab Suci berisi perintah Tuhan.
10.
Ignoratio Elenchi.
Ignoraito Elenchi atau disebut pula kesesatan
penalaran yang tidak disebabkan oleh bahasa. Kesalahan ini terjadi ketika
konklusi yang diturunkan dari premis tidak relavan dengan premis itu. Contoh:
Dalam suatu pengadilan, seorang pembela dengan panjang
lebar berhasil membuktikan bahwa
pembunuhan adalah suatu perbuatan yang
sangat keji dan
menarik kesimpulan bahwa terdakwa melakukan perbuatan
sekeji itu.
11.
Kesesatan Karena Pertanyaan yang Kompleks.
Sebuah pertanyaan atau perintah seringkali bukan
pertanyaan yang tunggal dan dapat dijawab dengan tepat dengan satu jawaban,
meskipun pertanyaannya berbentuk kalimat tunggal. Contoh:
Rumah itu terdiri atas bagian-bagian apa saja?. Dapat
dijawab: atap, dinding, langit-langit,
dan sebagainya.
Pertanyaan itu sebetulnya terdiri atas sejumlah
pertanyaan. Demikian juga perintah untuk menyebutkan jenis-jenis kalimat dapat
dijawab dengan kalimat tanya dan kalimat berita, atau kalimat pasif dan aktif,
atau dengan kalimat panjang atau pendek. Kalau kita bertanya: jam berapa kamu
bangun?, maka pertanyan itu tidak kompleks. Karena terdiri dari satu
peretanyaan, akan tetapi pertanyaan itu mengandung sebuah pernyataan di
dalamnya, yaitu “bahwa kamu tidur”. Kalau ASEAN menuntut supaya Vietnam menarik
mundur tentaranya dari Kampuchea, di dalamnya terkandung pernyataan bahwa Vietnam telah memasuki
Kampuchea dengan tidak sah. Kalau perjanjian Camp David mengenai otonomi
Palestina ditafsirkan berbeda oleh Mesir dan Israel, itu disebabkan karena
bunyi kalimat-kalimat yang bersangkutan mengandung makna yang kompleks,
sehingga Negara yang satu dapat menunjuk makna Negara lainnya. Biasanya suatu
persetujuan diplomatik memang mengandung makna majemuk yang kelak dapat
ditafsirkan menurut situasinya.
12.
Argumentum ad Ignoratiam.
Kesesatan ini terjadi pada hal-hal yang berkaitan erat
dengan sesuatu yang tidak terbuktikan. Seperti: gejala psikis, telepati dan
semacamnya. Hal itu sulit di buktikan baik oleh pendukung maupun penentangnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar