FITRI SUFIYANINGSIH
RAHAYU
KELAS : III - I
Cerita Nabi Ismail
dikorbankan
Beberapa waktu
kemudian Nabi Ibrahim pergi ke Makkah untuk mengunjungi putranya yaitu Nabi
Ismail as di tempat yang dianggapnya masih asing, untuk menghilangkan rasa
rindu pada putranya yang sangat disayanginya, dan juga untuk menenangkan
hatinya yang selalu risau jika mengingat keadaan puteranya bersama ibunya yang
ditinggalkan di tempat yang tandus. Jauh dari masyarakat kota dan pergaulan
umum.
Ketika Nabi Ismail as
mencapai usia remaja, Nabi ibrahim mendapat mimpi bahwa ia harus menyembelih
puteranya, yaitu Nabi Ismail. Dan mimpi seorang Nabi merupakan salah satu
dari cara Allah menurunkan wahtunya kepada Nabi, jadi perintah yang diterimanya
dalam mimpi itu harus dilaksanakan oleh Nabi Ibrahim as. Mengetahui perintah
itu, ibrahim duduk dan termenung memikirkan ujian dari Allah yang begitu berat
tersebut. Sebagai seorang ayah yang baru saja dikarunia seorang puterang
setelah puluhan tahun diharapkan dan didamnbakan, serta saat ini ia sedang
penuh kebahagiaan bersama puteranya yang diharapkan bisa menjadi pewaring dan
menyambung kelangsungan keturunannya, tiba tiba harus dijadikan qurban dan
harus direnggut oleh tangan ayahnya sendiri.
Cerita nabi islami – Tapi karena ia merupakan seorang
Nabi, yang menjadi pesuruh Allah dan pembawa agama yang seharusnya menjadi
contoh dan teladan bagi para pengikutnya dalam beribadah kepada Allah,
menjalankan segala pernitah-Nya dan menempatkan cintanya kepada Allah di atas
cintanya kepada anak, istri, harta dan benda lain-lain. Tentu ia harus
melaksanakan perintah dari Allah yang diwahyukan melalui mimpinya, apapun yang
akan terjadi sebagai akibat pelaksanaan perintah itu.
Sungguh amat berat
ujian yang dihadapi oleh Nabi Ibrahim as, namun sesuai dengan firman Allah yang
bermaksud : “Allah lebih mengetahui dimana dan kepada siap Dia mengamanatkan
risalah-Nya”. Lalu Nabi ibrahim as tidak membuang waktu lagi, berniat tetap
akan menyembelih Nabi Ismail as puteranya sebagai qurban sesuai dengan perintah
Allah yang telah diterimanya. Dan berangkatlah Nabi Ibrahim as menuju ke Makkah
untuk menemui dan menyampaikan kepada puteranya apa yang Allah perintahkan.
Nabi Ismail sebagai
anak yang soleh yang sangat taat kepada Allah dan bakti kepada orang tuanya,
ketika Nabi Ismail as mulai besar Nabi ibrahim as berkata : “Hai anakku! Aku
telah bermimpi, di dalam tidur seolah-olah saya menyembelih kamu, maka
bagaimanakah pendapatmu?”
Tanpa ragu-ragu dan berfikir panjang
Nabi Ismail pun menjawab perkataaan ayahnya :
“Wahai ayahku!
Laksanakanlah apa yang telah diperintahkan oleh Allah kepadamu. Engkau akan menemuiku
insya-Allah sebagai seorang yang sabar dan patuh kepada perintah. Aku hanya
meminta dalam melaksanakan perintah Allah itu agar ayah mengikatku kuat kuat
supaya aku tidak banyak bergerak sehingga menyusahkan Ayah, kedua agar
menanggalkan pakaianku supaya tidak terkan darah yang akan menyebabkan
berkurangnya pahalaku ketika ibuku melihatnya, ketiga tajamkanlah pedangmu dan
percepatlah pelaksanaan penyembelihan agar meringankan penderitaaan dan rasa
pendihku, keempat dan yang terakhir sampaikanlah salamku kepada ibuku
berikanlah kepadanya pakaianku ini untuk menjadi penghiburnya dalam kesedihan
dan tanda mata serta kenang-kenangan baginya dari putera tunggalnya”
Kemudian dipeluknya Nabi Ismail as dan
dicium pipinya oleh Nabi Ibrahim seraya berkata :
“Bahagialah aku mempunyai seorang
putera yang taat kepada Allah, bakti kepada orang tua yang ikhlas hati
menyerahkan dirinya untuk melaksanakan perintah Allah”
Cerita Nabi Ismail
disembelih
Saat penyembelihan
yang mengerikan telah tiba. Diikatlah kedua tangan dan kaki Nabi Ismail as,
dibaringkanlah ia di atas lantai, lalu diambillah parang tajam yang sudah
tersedia dan sambil memegang parang ditangannya, kedua mata Nabi ibrahi asi
tergenang air berpindah memadang dari wajah puteranya ke parah yang mengkilap
di tangannya, seakan-akan pada saat itu hari beliau menjadi tempat pertarungan
antara perasaan seorang ayah di satu pihak dan kewajiban seorang rasul di satu
pihak yang lain. Pada akhirnya dengan memejamkan matanya, parang diletakkan
pada leher Nabi Ismail as dan penyembelihan dilakukan. Akan tetapi apa saya,
parang yang sudah ditajamkan itu ternyata menjadi tumpul di leher Nabi Ismail
as dan tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya dan sebagaimana diharapkan.
Kejadian tersebut merupakan suatu
mukjizati dari Allah yang menegaskan bahwa perintah pengorbatan islmail itu
hanya suatu ujian Nabi ibrahim as dan Nabi Ismail as sampai sejauh mana cinta
dan taat mereka kepada Allah. Ternyata keduanya telah lulus dalam ujian yang
sangat berat itu. Nabi ibrahim as telah menunjukkan kesetiaan yang tulus dengan
pengorbanan puteranya untuk berbakti melaksanakan perintah Allah sedangkan Nabi
Ismail as tidak sedikit pun ragu atau bimbang dalam melaksanakan kebaktiannya
kepada Allah dan kepada orang tuanya dengan menyerahkan jiwa raganya untuk
dikorbankan, sampai-sampai terjadi seketika merasa bahwa perang itu tidak mampu
memotong lehernya, berkatalah ia kepada ayahnya :
“Wahai ayahku!
Rupa-rupanya engkau tidak sampai hati memotong leherku karena melihat wajahku,
cobalah telangkupkan aku dan laksanakanlah tugasmu tanpa melihat wajahku”
Akan tetapi
parang itu ttetap tidak berdaya mengeluarkan setitik darah pun dari daging
Ismail walau telah telangkupkan dan dicoba memotong lehernya dari belakang.
Dalam keadaan
bingung dan sedih hati, karena gagal dalam usahanya menyembelih puteranya,
datanglah kepada Nabi ibrahim wayu allah dengan firmannya : dan kami panggilah
dia : Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpimu itu sesungguhnya
demikianlah kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.
Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan kami tebus anak itu
dengan seekor sembelihan besar:. Kemudian sebagia ganti nyawa Nabi Ismail as
yang telah diselamatkan itu, Allah memerintahkan Nabi Ibrahim as menyembelih
seekor kambing yang telah tersedia disampingnya dan segera dipotong leher
kambing itu oleh beliau dengan parang yang tmpul di leher puterangnya tadi itu.
Dan inilah asal permulaan sunnah berqurnban yang dilakukan oleh umat islam pada
setiap hari raya Idhul Adha di seluruh dunia.
Cerita Nabi Ismail
dan istrinya
Ketika Nabi Ismail as
telah dewasa, ia dinikahkan dengan seorang wanita dari suku jurhum. Pada suatu
hari ketika Nabi ibrahim as datang ke rumah Nabi Ismail as, namun ketika itu anaknya
sedang tidak berada di rumah, namun hanya istrinya yang ada di rumah. Kemudian
Nabi ibrahim as pulang karena rupaya ia tidak dterima dengan baik oleh
menantunya itu. Nabi Ibrahim as minta izin pulang dengan meninggalkan pesan
untuk anaknya Nabi Ismail as.
Nabi ibrahim berkata : “Jika suamimu
datang nanti, katakanlah bahwa saya datang kemari, ceritakanlah ada orang tua
sifanya seperti ini, dan berpesan kepadany, bahwa saya ini tidak suka kepada
bawang pintu rumah ini dan minta supaya lekas ditukarnya”
cerita nabi ismail – Setelah Nabi Ismail tiba di
rumahnya, istrinya tadi menceritakan semua pesan ayahnya kepada Nabi Ismail as.
Lalu Nabi Ismail berkata kepada istrinya :
“Itulah dia ayahku (Ibrahim) dan
rupayanya engkau tidak menghiraukan dan menghormati ayahku, sekarang engkau
saya cerai sebab ayahku tidak menyukai orang yang berperangai rendah”
Kemudian Nabi Ismail as menikah kembali
dengan seorang wanita jurhum lainya, dan Nabi ibrahim as sangat menyukai
menantu ini. Dari pernikahan dengan wanita kedua ini, Nabi brahim dikarunia
keturunan yang banyak dan anak-anaknya menjadi peimpin kaumnya dan mereka itu
dinamakan Rab Musta’ribah
Nabi Ismail meninggal dunia pada suai
137 tahun di negeri palestina, namun ada riwayat lain yang menyebutkan
bahwa bahwa beliau meninggal di Mekah.
Nabi ibrahim dan Nabi Ismail mempunyai
wasiat untuk anak cucunya, yang bunyinya sebagai berikut :
“Hai anak-anaku! Sesungguhnya Allah
telah memilih islam menjadi agamamu, karena itu janganlah kamu mati kecuali
tetap dalam ke Islaman.
Semoga kita bisa mengambil banyak
hikmah dari cerita nabi ismail di atas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar