TOKO 0SCAR CLASSER

Senin, 11 Januari 2016

SUBJEK PENDIDIKAN



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Pendahuluan
Al-Quran adalah kitab suci yang menjadi sumber pertama dalam Islam, sebagai pijakan dalam berbagai hal, termasuk di dalamnya tentang pendidikan. Salah satu ayat al-Quran yang menjadi landasan dalam proses pendidikan Islam adalah QS. Ar-Rahman: 1-4 dan QS. An-Nahl : 43-44, yang di dalamnya membicarakan tentang tujuan dan subjek pendidikan, dalam hal ini sumber didik dan pengetahuan, peran dan tanggung jawab orang berilmu, dan peran guru sebagai subjek pendidikan dalam rangka mencari minat, bakat dan keseriusan seorang murid dalam mengikuti pendidikan.

B.  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan uraian di atas, rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah
  1. Bagaimana bunyi  QS Ar-rahman:1-4,QS  An-nahl:43-44?
  2. Bagaimana Tafsir mufradat ayat di atas?
  3. Bagaimana asbabun nuzul dari ayat tersebut?
  4. Apa kandungan pokok ayat di atas?
  5.  Hadist yang berkaitan dengan ayat di atas?
  6. Apa pelajaran yang bisa di ambil dari ayat di atas?
C.    Tujuan Masalah
Dengan adanya rumusan masalah di atas, maka tujuan masalah  makalah ini adalah:
1.      Untuk mengetahui terjemah kosa kata surat Ar-rahman:1-4, An-nahl:43-44.
2.      Untuk mengetahui tafsir mufradatnya.
3.      Untuk mengetahui asbabun nuzul dari ayat tersebut.
4.      Untuk mengetahui kandungan pokok ayat tersebut.
5.      Untuk mengetahui hadist yang berkaitan dengan ayat tersebut.
6.       Untuk mengetahui serta pelajaran yang dapat di ambil.

BAB II
PEMBAHASAN
     
Subjek pendidikan sangat berpengaruh sekali terhadap keberhasilan atau gagalnya pendidikan (Langgulung, 1992), disebabkan banyak hal yang melatarbelakangi sipendidik.
Subjek pendidikan adalah orang ataupun kelompok yang bertanggung jawab dalam memberikan pendidikan, sehingga materi yang diajarkan atau yang disampaikan dapat dipahami oleh objek pendidikan.
Subjek pendidikan yang dipahami kebanyakan para ahli pendidikan adalah orang tua, guru-guru di institusi formal (disekolah) maupun non formal dan lingkungan masyarakat, sedangkan pendidikan pertama (tarbiyatul awwal) yang kita pahami selama ini adalah rumah tangga (orang tua). Sebagai seorang muslim kita harus menyatakan bahwa pendidik pertama manusia adalah Allah dan yang kedua adalah Rasulullah. Sebagaimana dapat kita lihat dalam surat al-‘Alaq (96) 4-5 (Shihab, 2004 : 65).
Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.

  1. Teks dan Terjemah  Ayat
1.      QS. Ar-Rahman :1-4
ß`»oH÷q§9$# ÇÊÈ   zN¯=tæ tb#uäöà)ø9$# ÇËÈ   šYn=y{ z`»|¡SM}$# ÇÌÈ   çmyJ¯=tã tb$ut6ø9$# ÇÍÈ  
1. (Tuhan) yang Maha pemurah,
2. Yang telah mengajarkan Al Quran.
3. Dia menciptakan manusia.
4. Mengajarnya pandai berbicara.


2.      QS. An-Nahl : 43-44
!$tBur $uZù=yör& ÆÏB y7Î=ö6s% žwÎ) Zw%y`Í ûÓÇrqœR öNÍköŽs9Î) 4 (#þqè=t«ó¡sù Ÿ@÷dr& ̍ø.Ïe%!$# bÎ) óOçGYä. Ÿw tbqçHs>÷ès? ÇÍÌÈ   ÏM»uZÉit7ø9$$Î/ ̍ç/9$#ur 3 !$uZø9tRr&ur y7øs9Î) tò2Ïe%!$# tûÎiüt7çFÏ9 Ĩ$¨Z=Ï9 $tB tAÌhçR öNÍköŽs9Î) öNßg¯=yès9ur šcr㍩3xÿtGtƒ ÇÍÍÈ  
43. dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang Kami beri wahyu kepada mereka; Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan[828] jika kamu tidak mengetahui,
44. keterangan-keterangan (mukjizat) dan kitab-kitab. dan Kami turunkan kepadamu Al Quran, agar kamu menerangkan pada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka[829] dan supaya mereka memikirkan,


  1. Tafsir Mufradat
1.      QS. An-Nahl : 43-44
اَلْبَيِِّنَةُ                     :   mukjizat yang membuktikan kebenaran rasul.+-
الزُّبُوْرِ                  :   bentuk jamak dari “زَبُوْرٌ”, yaitu kitab-kitab yang memuat syariat dan taklif yang disampaikan para rasul kepada hamba Allah.
لِتُبَيِّنَ لِلنَّاسِ           :   untuk menjelaskan kepada mereka rahasia-rahasia tasyri’ yang tersembunyi bagi mereka.







  1. Asbabun Nuzul
Qur’an Surat Ar-rahman turun sekaligus satu surat sempurna, turun di madinah tapi termasuk surat makkiyah karena turun qabla(setelah) hijrah. Terdapat pada juz 27 surat ke 55 dalam Al-qur’an.
Sesuai namanya Ar Rahman (Yang Maha Penyayang). Pada ayat ini Allah yang Maha Pemurah menyatakan bahwa Dia telah mengajar Muhammad saw Alquran dan Muhammad telah mengajarkan umatnya. Ayat ini turun sebagai bantahan bagi penduduk Mekah yang mengatakan:
“Sesungguhnya Alquran itu diajarkan oleh seorang manusia kepadanya (Muhammad)”.(Q.S.An-Nahl:103).
Oleh karena isi ayat ini mengungkapkan beberapa nikmat Allah atas hamba-Nya, maka surah ini dimulai dengan menyebut nikmat yang paling besar faedahnya dan paling banyak manfaatnya bagi hamba-Nya, yaitu nikmat mengajar Alquran. Maka manusia dengan mengikuti ajaran Alquran akan berbahagialah di dunia dan di akhirat dan dengan berpegang teguh pada petunjuk-petunjuk Nya niscaya akan tercapailah tujuan di kedua tempat tersebut.
Alquran adalah induk kitab-kitab samawi yang diturunkan kepada sebaik-baik makhluk Allah yang berada di bumi ini.

  1. Penjelasan Kandungan Pokok Ayat
Titik tekan pada QS. An-Nahl ayat 43 adalah perintah bertanya kepada ahlu dzikri tentang sesuatu yang belum diketahui. Menurut Quraish Shihab, walaupun ayat penggalan ayat ini turun dalam konteks tertentu, yakni objek pertanyaan, serta siapa yang ditanya tertentu pula, namun karena redaksinya bersifat umum, maka ia dapat dipahami pula sebagai perintah bertanya apa saja yang tidak diketahui atau diragukan kebenarannya kepada siapa pun yang tahu dan tidak tertuduh objektivitasnya..
Di sisi lain, menurut Shihab, perintah untuk bertanya kepada ahli kitab—yang dalam ayat ini mereka digelari ahli dizkir—menyangkut apa yang tidak diketahui, selama mereka dinilai berpengatahuan dan objektif, menunjukkan betapa Islam sangat terbuka dalam perolehan pengetahuan. Memang seperti sabda Nabi saw.: “Hikmah adalah sesuatu yang didambakan seorang mukmin, di mana pun dia menemukannya, maka dia yang lebih wajar mengambilnya.” Demikian juga dengan ungkapan yang populer dinilai sebagai sabda Nabi saw. walaupun bukan, yaitu “Tuntutlah ilmu walaupun di negeri China.” Itu semua merupakan landasan untuk menyatakan bahwa ilmu dalam pandangan Islam bersifat universal, terbuka, serta manusiawi dalam arti harus dimanfaatkan oleh dan untuk kemaslahatan seluruh manusia.
Pada ayat 44, Allah membicarakan bahwa tujuan al-Quran diturunkan oleh Allah swt. adalah sebagai peringatan bagi manusia agar Nabi saw. memberitahukan kepada manusia tentang apa yang diturunkan kepada mereka, berupa hukum syariat dan ikhwal umat-umat yang dibinasakan dengan berbagai azab, sebagai balasan atas pertentangan mereka terhadap para nabi dan agar Nabi saw. menjelaskan hukum-hukum yang terasa sulit mereka, serta menguraikan apa yang diturunkan secara garis besar, sesuai dengan tingkat kesiapan dan pemahaman mereka terhadap rahasia tasyri’.
Dari kedua ayat di atas, seseorang yang memiliki pengetahuan, baik agama maupun umum adalah subjek pendidikan yang memiliki kewajiban untuk menyebarluaskan ilmu pengetahuannya kepada semua orang, mendidik dan membina masyarakat umum dengan ilmu pengetahuan yang dimilikinya. Sebaliknya, bagi orang yang tidak berpengetahuan memiliki kewajiban untuk bertanya kepada mereka yang memiliki pengetahuan.

  1. Hadits Yang Bekaitan Dengan Ayat
59 – حدثنا محمد بن سنان قال: حدثنا فليح (ح). وحدثني إبراهيم بن المنذر قال: حدثنا محمد بن فليح قال: حدثني أبي قال: حدثني هلال بن علي، عن عطاء بن يسار، عن أبي هريرة قال:
بينما النبي صلى الله عليه وسلم في مجلس يحدث القوم، جاءه أعرابي فقال: متى الساعة؟. فمضى رسول الله صلى الله عليه وسلم يحدث، فقال بعض القوم: سمع ما قال فكره ما قال. وقال بعضهم: بل لم يسمع. حتى إذ قضى حديثه قال: (أين – أراه – السائل عن الساعة). قال: ها أنا يا رسول الله، قال: (فإذا ضعيت الأمانة فانتظر الساعة). قال: كيف إضاعتها؟ قال: (إذا وسد الأمر إلى غير أهله فانتظر الساعة).
Artinya: Muhammad bin Sinan menceritakan kepadaku, beliau berkata, Falih menceritakan kepadaku dan Ibrahim bin Mundzir menceritakan kepadaku, beliau berkata, Muhammad bin Falih menceritakan kepadaku, beliau berkata, Bapakku menceritakan kepadaku, beliau berkata, Hilal bin Ali menceritakan kepadaku dari atho’ bin Yasar dari Abi Hurairah beliau berkata,”pada suatu hari Nabi SAW dalam suatu majlis sedang berbicara dengan sebuah kaum, datanglah kepada beliau orang badui dan bertanya,” kapan kiamat datang?” maka Rasulullah meneruskan pembicaraannya. Maka sebagian kaum berkata,” beliau dengar apa yang diucapkan dan beliau tidak suka apa yang dikatakannya.” Sebagian lagi berkata,” beliau tidak mendengarnya.” Setelah beliau selesai dari pembicaraannya beliau berkata,” dimana orang yang bertanya tentang kiamat?.” Saya ya Rasulullah.” Beliau bersabda,”Ketika amanat disia-siakan maka tunggu saja kedatangan kiamat.” Orang itu bertanya lagi,” Bagaimana menyia-nyiakan amanat?.” Beliau bersabda: Ketika sesuatu perkara diserahkan kepada selain ahlinya maka tunggulah datangnya kiamat ( kehancurannya ).” ( HR. Bukhori bab Barangsiapa ditanyai suatu ilmu sementara dia sedang sibuk berbicara maka selesaikan pembicaraannya lalu jawab pertanyaannya )
Hadis di atas memberikan pelajaran pada kita dua hal, yang pertama kita hendaknya jangan memotong pembicaraan orang lain ketika hendak bertanya tentang suatu ilmu, karena memotong pembicaraan orang lain untuk tujuan apapun tidak dibenarkan sama sekali. Termasuk di dalamnya adalah menginterupsi guru atau dosen yang sedang mengajar dengan sebuah pertanyaan sebelum sang guru / dosen tersebut memberikan waktu khusus untuk bertanya kepadanya. Memotong pembicaraan guru atau dosen termasuk su’ul adab kepada sang guru, dan itu bisa mengurangi keberkahan ilmu yang ia dapatkan, yang kedua apabila si penanya telah menyampaikan pertanyaannya sementara kita masih serius dalam pembicaraan maka kita lanjutkan pembicaraan sampai selesai, baru kemudian menjawab pertanyaan yang disampaikan, hal itu dimaksudkan agar tujuan dari pembicaraan tidak terputus.
F.     Pelajaran Yang Bisa Diambil
        Pelajaran yang terkandung dalam dua ayat di atas, antara lain :
1.      Wajib bertanya kepada orang yang berilmu bagi orang yang tidak tahu tentang urusan   agamanya, baik itu masalah akidah, ibadah, maupun hukum.
        2.      As-Sunnah merupakan kebutuhan mutlak, karena as-Sunnah menjelaskan secara rinci kandungan al-Qur’an yang bersifat global dan menjelaskan makna-maknanya. 
        Kaitannya dengan subyek pendidikan adalah bahwa orang-orang yang berilmu dan Rasulullah saw adalah sebagai pelaku pendidikan. Orang-orang yang berilmu harus menjawab pertanyaan orang-orang yang bertanya tentang urusan agamanya, baik dalam masalah akidah, ibadah maupun masalah hukum. Juga Rasulullah saw menjelaskan secara rinci kandungan al-Qur’an yang bersifat global, dan menerangkan makna-maknanya.











BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Dari uraian-uraian yang telah disampaikan di atas, dapat disimpulkan bahwa:
1.      Segala ciptaan Allah, baik yang bernyawa ataupun tidak merupakan sumber ilmu pengetahuan.
2.      Orang-orang berilmu memiliki tanggung jawab untuk menyampaikan ilmu pengetahun secara objektif dan mendidik masyarakat dengan ilmu yang dimilikinya.
3.      Guru sebagai subjek pendidikan harus mengadakan:
a.       Tes kepada anak didiknya untuk mengetahi minat dan motivasinya dalam belajar.
b.      Kontrak belajar dengan siswa agar keseriusan siswa dalam belajar dapat dipertahankan.
c.       Kaderisasi agar perjuangan pendidikannya ada generasi yang melanjutkan.
4.      Kode etik seorang murid terhadap guru dalam proses belajar adalah mememperlihatkan sifat tawadlu’ dan keseriusan mengikuti belajar.
5.      . Subyek pendidikan meliputi pendidik dan peserta didik, keduanya merupakan suatu yang tidak dapat dipisahkan. Jika salah satu diantara keduanya tidak ada maka tidak akan terjadi proses pendidikan, sehingga tujuan pendidikan untuk mencapai insan kamil tidak akan dapat tercapai

B.     Saran
Penulis menyadari dalam pemaparan makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, apabila dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan, saya  berharap kritik dan saran bagi saya,  agar lebih baik kedepannya. Mudah-mudahan makalah ini bisa bermanfaat bagi semua kalangan pelajarar/mahasiswa.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Maraghy. tt. Tafsir al-Maraghy. Beirut: Dâr el-Fikr.
Az-Zarkasi, al-Burhân fî ‘Ulûmu al-Qurân (Beirut: Dar al-Fikr, 1988).
Quraish Shihab, TafsirAl-Misbah, vol. III (Jakarta: Lentera Hati, 2002)
Sa’id Hawa, Al-Asas fi at-Tafsir, vol. VI (Mesir: Dar as-Salâm, 1991


Tidak ada komentar:

Posting Komentar