BAB I
PENDAHULUAN
A.
Pendahuluan
Al-Quran adalah kitab suci yang menjadi sumber pertama
dalam Islam, sebagai pijakan dalam berbagai hal, termasuk di dalamnya tentang
pendidikan. Salah satu ayat al-Quran yang menjadi landasan dalam proses
pendidikan Islam adalah QS. Ar-Rahman: 1-4 dan QS. An-Nahl : 43-44, yang di dalamnya membicarakan tentang tujuan dan subjek pendidikan,
dalam hal ini sumber didik dan pengetahuan, peran dan tanggung jawab orang
berilmu, dan peran guru sebagai subjek pendidikan dalam rangka mencari minat,
bakat dan keseriusan seorang murid dalam mengikuti pendidikan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan uraian di
atas, rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah
- Bagaimana bunyi QS Ar-rahman:1-4,QS An-nahl:43-44?
- Bagaimana Tafsir mufradat ayat di atas?
- Bagaimana asbabun nuzul dari ayat tersebut?
- Apa kandungan pokok ayat di atas?
- Hadist yang berkaitan dengan ayat di atas?
- Apa pelajaran yang bisa di ambil dari ayat di atas?
C. Tujuan Masalah
Dengan
adanya rumusan masalah di atas, maka tujuan masalah makalah ini adalah:
1.
Untuk mengetahui terjemah kosa kata
surat Ar-rahman:1-4,
An-nahl:43-44.
2.
Untuk mengetahui tafsir mufradatnya.
3.
Untuk mengetahui asbabun nuzul dari ayat tersebut.
4.
Untuk mengetahui kandungan pokok ayat
tersebut.
5.
Untuk mengetahui hadist yang berkaitan
dengan ayat tersebut.
6.
Untuk mengetahui serta
pelajaran yang dapat di ambil.
BAB II
PEMBAHASAN
Subjek pendidikan sangat
berpengaruh sekali terhadap keberhasilan atau gagalnya pendidikan (Langgulung,
1992), disebabkan banyak hal yang melatarbelakangi sipendidik.
Subjek pendidikan adalah orang
ataupun kelompok yang bertanggung jawab dalam memberikan pendidikan, sehingga
materi yang diajarkan atau yang disampaikan dapat dipahami oleh objek
pendidikan.
Subjek pendidikan yang dipahami
kebanyakan para ahli pendidikan adalah orang tua, guru-guru di institusi formal
(disekolah) maupun non formal dan lingkungan masyarakat, sedangkan pendidikan
pertama (tarbiyatul awwal) yang kita pahami selama ini adalah rumah
tangga (orang tua). Sebagai seorang muslim kita harus menyatakan bahwa pendidik
pertama manusia adalah Allah dan yang kedua adalah Rasulullah. Sebagaimana
dapat kita lihat dalam surat al-‘Alaq (96) 4-5 (Shihab, 2004 : 65).
Yang mengajar (manusia) dengan
perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
- Teks dan Terjemah Ayat
1.
QS.
Ar-Rahman :1-4
ß`»oH÷q§9$#
ÇÊÈ zN¯=tæ
tb#uäöà)ø9$# ÇËÈ Yn=y{
z`»|¡SM}$#
ÇÌÈ çmyJ¯=tã
tb$ut6ø9$# ÇÍÈ
1. (Tuhan) yang Maha pemurah,
2. Yang telah mengajarkan Al Quran.
3. Dia menciptakan manusia.
4. Mengajarnya pandai berbicara.
2.
QS. An-Nahl : 43-44
!$tBur
$uZù=yör& ÆÏB y7Î=ö6s%
wÎ)
Zw%y`Í ûÓÇrqR öNÍkös9Î)
4 (#þqè=t«ó¡sù
@÷dr&
Ìø.Ïe%!$#
bÎ) óOçGYä. w
tbqçHs>÷ès? ÇÍÌÈ ÏM»uZÉit7ø9$$Î/
Ìç/9$#ur 3 !$uZø9tRr&ur y7øs9Î)
tò2Ïe%!$#
tûÎiüt7çFÏ9 Ĩ$¨Z=Ï9
$tB tAÌhçR öNÍkös9Î)
öNßg¯=yès9ur
crã©3xÿtGt ÇÍÍÈ
43.
dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang Kami beri
wahyu kepada mereka; Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai
pengetahuan[828] jika kamu tidak mengetahui,
44. keterangan-keterangan (mukjizat)
dan kitab-kitab. dan Kami turunkan kepadamu Al Quran, agar kamu menerangkan
pada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka[829] dan supaya
mereka memikirkan,
- Tafsir Mufradat
1. QS.
An-Nahl : 43-44
اَلْبَيِِّنَةُ : mukjizat yang membuktikan kebenaran rasul.+-
الزُّبُوْرِ : bentuk jamak dari “زَبُوْرٌ”,
yaitu kitab-kitab yang memuat syariat dan taklif yang disampaikan para rasul
kepada hamba Allah.
لِتُبَيِّنَ لِلنَّاسِ : untuk menjelaskan kepada mereka
rahasia-rahasia tasyri’ yang tersembunyi bagi mereka.
- Asbabun Nuzul
Qur’an
Surat Ar-rahman turun sekaligus satu surat sempurna, turun di madinah tapi
termasuk surat makkiyah karena turun qabla(setelah) hijrah. Terdapat pada juz
27 surat ke 55 dalam Al-qur’an.
Sesuai namanya Ar Rahman (Yang Maha Penyayang). Pada ayat ini Allah yang Maha Pemurah menyatakan bahwa Dia telah mengajar Muhammad saw Alquran dan Muhammad telah mengajarkan umatnya. Ayat ini turun sebagai bantahan bagi penduduk Mekah yang mengatakan:
“Sesungguhnya Alquran itu diajarkan oleh seorang manusia kepadanya (Muhammad)”.(Q.S.An-Nahl:103).
Oleh karena isi ayat ini mengungkapkan beberapa nikmat Allah atas hamba-Nya, maka surah ini dimulai dengan menyebut nikmat yang paling besar faedahnya dan paling banyak manfaatnya bagi hamba-Nya, yaitu nikmat mengajar Alquran. Maka manusia dengan mengikuti ajaran Alquran akan berbahagialah di dunia dan di akhirat dan dengan berpegang teguh pada petunjuk-petunjuk Nya niscaya akan tercapailah tujuan di kedua tempat tersebut. Alquran adalah induk kitab-kitab samawi yang diturunkan kepada sebaik-baik makhluk Allah yang berada di bumi ini.
Sesuai namanya Ar Rahman (Yang Maha Penyayang). Pada ayat ini Allah yang Maha Pemurah menyatakan bahwa Dia telah mengajar Muhammad saw Alquran dan Muhammad telah mengajarkan umatnya. Ayat ini turun sebagai bantahan bagi penduduk Mekah yang mengatakan:
“Sesungguhnya Alquran itu diajarkan oleh seorang manusia kepadanya (Muhammad)”.(Q.S.An-Nahl:103).
Oleh karena isi ayat ini mengungkapkan beberapa nikmat Allah atas hamba-Nya, maka surah ini dimulai dengan menyebut nikmat yang paling besar faedahnya dan paling banyak manfaatnya bagi hamba-Nya, yaitu nikmat mengajar Alquran. Maka manusia dengan mengikuti ajaran Alquran akan berbahagialah di dunia dan di akhirat dan dengan berpegang teguh pada petunjuk-petunjuk Nya niscaya akan tercapailah tujuan di kedua tempat tersebut. Alquran adalah induk kitab-kitab samawi yang diturunkan kepada sebaik-baik makhluk Allah yang berada di bumi ini.
- Penjelasan Kandungan Pokok Ayat
Titik tekan pada QS. An-Nahl ayat 43 adalah perintah
bertanya kepada ahlu dzikri tentang sesuatu yang belum diketahui. Menurut
Quraish Shihab, walaupun ayat penggalan ayat ini turun dalam konteks tertentu,
yakni objek pertanyaan, serta siapa yang ditanya tertentu pula, namun karena
redaksinya bersifat umum, maka ia dapat dipahami pula sebagai perintah bertanya
apa saja yang tidak diketahui atau diragukan kebenarannya kepada siapa pun yang
tahu dan tidak tertuduh objektivitasnya..
Di sisi lain, menurut Shihab, perintah untuk bertanya
kepada ahli kitab—yang dalam ayat ini mereka digelari ahli dizkir—menyangkut
apa yang tidak diketahui, selama mereka dinilai berpengatahuan dan objektif,
menunjukkan betapa Islam sangat terbuka dalam perolehan pengetahuan. Memang seperti sabda Nabi saw.: “Hikmah
adalah sesuatu yang didambakan seorang mukmin, di mana pun dia menemukannya,
maka dia yang lebih wajar mengambilnya.” Demikian juga dengan ungkapan yang
populer dinilai sebagai sabda Nabi saw. walaupun bukan, yaitu “Tuntutlah ilmu
walaupun di negeri China.”
Itu semua merupakan landasan untuk menyatakan bahwa ilmu dalam pandangan Islam
bersifat universal, terbuka, serta manusiawi dalam arti harus dimanfaatkan oleh
dan untuk kemaslahatan seluruh manusia.
Pada ayat 44, Allah membicarakan bahwa tujuan al-Quran
diturunkan oleh Allah swt. adalah sebagai peringatan bagi manusia agar Nabi
saw. memberitahukan kepada manusia tentang apa yang diturunkan kepada mereka,
berupa hukum syariat dan ikhwal umat-umat yang dibinasakan dengan berbagai
azab, sebagai balasan atas pertentangan mereka terhadap para nabi dan agar Nabi
saw. menjelaskan hukum-hukum yang terasa sulit mereka, serta menguraikan apa
yang diturunkan secara garis besar, sesuai dengan tingkat kesiapan dan
pemahaman mereka terhadap rahasia tasyri’.
Dari kedua ayat di atas, seseorang yang memiliki
pengetahuan, baik agama maupun umum adalah subjek pendidikan yang memiliki
kewajiban untuk menyebarluaskan ilmu pengetahuannya kepada semua orang,
mendidik dan membina masyarakat umum dengan ilmu pengetahuan yang dimilikinya.
Sebaliknya, bagi orang yang tidak berpengetahuan memiliki kewajiban untuk
bertanya kepada mereka yang memiliki pengetahuan.
- Hadits Yang Bekaitan Dengan Ayat
59 – حدثنا محمد بن سنان قال: حدثنا فليح
(ح). وحدثني إبراهيم بن المنذر قال: حدثنا محمد بن فليح قال: حدثني أبي قال: حدثني
هلال بن علي، عن عطاء بن يسار، عن أبي هريرة قال:
بينما
النبي صلى الله عليه وسلم في مجلس يحدث القوم، جاءه أعرابي فقال: متى الساعة؟.
فمضى رسول الله صلى الله عليه وسلم يحدث، فقال بعض القوم: سمع ما قال فكره ما قال.
وقال بعضهم: بل لم يسمع. حتى إذ قضى حديثه قال: (أين – أراه – السائل عن الساعة).
قال: ها أنا يا رسول الله، قال: (فإذا ضعيت الأمانة فانتظر الساعة). قال: كيف
إضاعتها؟ قال: (إذا وسد الأمر إلى غير أهله فانتظر الساعة).
Artinya: Muhammad bin Sinan
menceritakan kepadaku, beliau berkata, Falih menceritakan kepadaku dan Ibrahim
bin Mundzir menceritakan kepadaku, beliau berkata, Muhammad bin Falih
menceritakan kepadaku, beliau berkata, Bapakku menceritakan kepadaku, beliau
berkata, Hilal bin Ali menceritakan kepadaku dari atho’ bin Yasar dari Abi
Hurairah beliau berkata,”pada suatu hari Nabi SAW dalam suatu majlis sedang
berbicara dengan sebuah kaum, datanglah kepada beliau orang badui dan bertanya,”
kapan kiamat datang?” maka Rasulullah meneruskan pembicaraannya. Maka sebagian
kaum berkata,” beliau dengar apa yang diucapkan dan beliau tidak suka apa yang
dikatakannya.” Sebagian lagi berkata,” beliau tidak mendengarnya.” Setelah
beliau selesai dari pembicaraannya beliau berkata,” dimana orang yang bertanya
tentang kiamat?.” Saya ya Rasulullah.” Beliau bersabda,”Ketika amanat
disia-siakan maka tunggu saja kedatangan kiamat.” Orang itu bertanya lagi,”
Bagaimana menyia-nyiakan amanat?.” Beliau bersabda: Ketika sesuatu perkara
diserahkan kepada selain ahlinya maka tunggulah datangnya kiamat (
kehancurannya ).” ( HR. Bukhori bab Barangsiapa ditanyai suatu ilmu sementara
dia sedang sibuk berbicara maka selesaikan pembicaraannya lalu jawab
pertanyaannya )
Hadis di atas
memberikan pelajaran pada kita dua hal, yang pertama kita hendaknya jangan
memotong pembicaraan orang lain ketika hendak bertanya tentang suatu ilmu,
karena memotong pembicaraan orang lain untuk tujuan apapun tidak dibenarkan
sama sekali. Termasuk di dalamnya adalah
menginterupsi guru atau dosen yang sedang mengajar dengan sebuah pertanyaan
sebelum sang guru / dosen tersebut memberikan waktu khusus untuk bertanya
kepadanya. Memotong pembicaraan guru atau dosen termasuk su’ul adab kepada sang
guru, dan itu bisa
mengurangi keberkahan ilmu yang ia dapatkan, yang kedua apabila si penanya
telah menyampaikan pertanyaannya sementara kita masih serius dalam pembicaraan
maka kita lanjutkan pembicaraan sampai selesai, baru kemudian menjawab
pertanyaan yang disampaikan, hal itu dimaksudkan agar tujuan dari pembicaraan
tidak terputus.
F.
Pelajaran Yang Bisa Diambil
Pelajaran yang terkandung dalam dua ayat di atas, antara lain :
1. Wajib bertanya kepada orang
yang berilmu bagi orang yang tidak tahu tentang urusan agamanya, baik itu masalah akidah, ibadah,
maupun hukum.
2. As-Sunnah merupakan kebutuhan mutlak, karena as-Sunnah menjelaskan
secara rinci kandungan al-Qur’an yang bersifat global dan menjelaskan
makna-maknanya.
Kaitannya dengan
subyek pendidikan adalah bahwa orang-orang yang berilmu dan Rasulullah saw
adalah sebagai pelaku pendidikan. Orang-orang yang berilmu harus menjawab
pertanyaan orang-orang yang bertanya tentang urusan agamanya, baik dalam
masalah akidah, ibadah maupun masalah hukum. Juga Rasulullah saw menjelaskan
secara rinci kandungan al-Qur’an yang bersifat global, dan menerangkan
makna-maknanya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian-uraian yang telah disampaikan di atas, dapat
disimpulkan bahwa:
1. Segala
ciptaan Allah, baik yang bernyawa ataupun tidak merupakan sumber ilmu
pengetahuan.
2. Orang-orang
berilmu memiliki tanggung jawab untuk menyampaikan ilmu pengetahun secara
objektif dan mendidik masyarakat dengan ilmu yang dimilikinya.
3. Guru
sebagai subjek pendidikan harus mengadakan:
a. Tes
kepada anak didiknya untuk mengetahi minat dan motivasinya dalam belajar.
b. Kontrak
belajar dengan siswa agar keseriusan siswa dalam belajar dapat dipertahankan.
c. Kaderisasi
agar perjuangan pendidikannya ada generasi yang melanjutkan.
4. Kode
etik seorang murid terhadap guru dalam proses belajar adalah mememperlihatkan
sifat tawadlu’ dan keseriusan mengikuti belajar.
5. .
Subyek pendidikan meliputi pendidik dan peserta didik,
keduanya merupakan suatu yang tidak dapat dipisahkan. Jika salah satu diantara
keduanya tidak ada maka tidak akan terjadi proses pendidikan, sehingga tujuan
pendidikan untuk mencapai insan kamil tidak akan dapat tercapai
B.
Saran
Penulis
menyadari dalam pemaparan makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan,
apabila dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan, saya berharap kritik dan saran bagi saya, agar lebih baik kedepannya. Mudah-mudahan makalah
ini bisa bermanfaat bagi semua kalangan pelajarar/mahasiswa.
DAFTAR
PUSTAKA
Al-Maraghy. tt. Tafsir
al-Maraghy. Beirut:
Dâr el-Fikr.
Az-Zarkasi, al-Burhân
fî ‘Ulûmu al-Qurân (Beirut: Dar al-Fikr, 1988).
Quraish Shihab, TafsirAl-Misbah,
vol. III (Jakarta:
Lentera Hati, 2002)
Sa’id Hawa, Al-Asas
fi at-Tafsir, vol. VI (Mesir: Dar as-Salâm, 1991
Tidak ada komentar:
Posting Komentar