TOKO 0SCAR CLASSER

Selasa, 12 Januari 2016

MAKALAH KEPATUHAN DAN KETAATAN



BAB I
PEMBAHASAN


Pengertian Kepatuhan
  • Sarfino (1990) di kutip oleh Smet B. (1994) mendefinisikan kepatuhan (ketaatan) sebagai tingkat penderita melaksanakan cara pengobatan dan perilaku yang disarankan oleh dokternya atau yang lain.
  • Kepatuhan adalah perilaku positif penderita dalam mencapai tujuan terapi (Degrest et al, 1998). Menurut Decision theory (1985) penderita adalah pengambil keputusan dan kepatuhan sebagai hasil pengambilan keputusan.
  • Perilaku ketat sering diartikan sebagai usaha penderita untuk mengendalikan perilakunya bahkan jika hal tersebut bisa menimbulkan resiko mengenal kesehatanya (Taylor, 1991).
  • Patuh adalah suka menurut perintah, taat pada perintah atau aturan. Sedangkan kepatuhan adalah perilaku sesuai aturan dan berdisiplin. Seseorang dikatakan patuh berobat bila mau datang ke petugas kesehatan yang telah ditentukan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan serta mau melaksanakan apa yang dianjurkan oleh petugas (Lukman Ali et al, 1999).

Proses perubahan sikap dan perilaku (teori Kelman)
  • Menurut Kelman perubahan sikap dan perilaku individu dimulai dengan tahap kepatuhan, identifikasi kemudian baru menjadi internalisasi Mula-mula individu mematuhi anjuran atau instruksi petugas tanpa kerelaan untuk melakukan tindakan tersebut dan seringkali karena ingin menghindari hukuman/sanksi jika tidak patuh atau untuk memperoleh imbalan yang dijanjikan jika mematuhi anjuran tersebut tahap ini disebut tahap kesediaan, biasanya perubahan yang terjadi dalam tahap ini bersifat sementara, artinya bahwa tindakan itu dilakukan selama masih ada pengawasan petugas. Tetapi begitu pengawasan itu mengendur atau hilang, perilaku itupun ditinggalkan.
  • Pengawasan itu tidak perlu berupa kehadiran fisik petugas atau tokoh otoriter, melainkan cukup rasa takut terhadap ancaman sanksi yang berlaku, jika individu tidak melakukan tindakan tersebut. Dalam tahap ini pengaruh tekanan kelompok sangatlah besar, individu terpaksa mengalah dan mengikuti perilaku mayoritas kelompok meskipun sebenarnya dia tidak menyetujuinya. Namun segera setelah dia keluar dari kelompok tersebut, kemungkinan perilakunya akan berubah menjadi perilakunya sendiri.

  • Kepatuhan individu berdasarkan rasa terpaksa atau ketidakpahaman tentang pentingnya perilaku yang baru itu dapat disusul dengan kepatuhan yang berbeda, yaitu kepatuhan demi menjaga hubungan baik dengan petugas kesehatan atau tokoh yang menganjurkan perubahan tersebut (change agent).
  • Biasanya kepatuhan ini timbul karena individu merasa tertarik atau mengagumi petugas atau tokoh tersebut, sehingga ingin mematuhi apa yang dianjurkan atau diinstruksikan tanpa memahami sepenuhnya arti dan mamfaat dari tindakan tersebut, tahap ini disebut proses identifikasi.
  • Meskipun motivasi untuk mengubah perilaku individu dalam tahap ini lebih baik dari pada dalam tahap kesediaan, namun motivasi ini belum dapat menjamin kelestarian perilaku itu karena individu belum dapat menghubungkan perilaku tersebut dengan nilai-nilai lain dalam hidupnya, sehingga jika dia ditinggalkan petugas atau tokoh idolanya itu maka dia merasa tidak perlu melanjutkan perilaku tersebut.
  • Perubahan perilaku individu baru dapat menjadi optimal jika perubahan tersebut terjadi melalui proses internalisasi, dimana perilaku yang baru itu dianggap bernilai positif bagi diri individu dan diintegrasikan dengan nilai-nilai lain dari hidupnya.
  • Proses internalisasi ini dapat dicapai jika petugas atau tokoh merupakan seseorang yang dapat dipercaya (kredibilitasnya tinggi) yang dapat membuat individu memahami makna dan penggunaan perilaku tersebut serta membuat mereka mengerti akan pentingnya perilaku tersebut bagi kehidupan mereka sendiri.
  • Memang proses internalisasi ini tidaklah mudah dicapai sebab diperlukan kesediaan individu untuk mengubah nilai dan kepercayaan mereka agar menyesuaikan diri dengan nilai atau perilaku yang baru.Teori The Health Belief Model (Model Kepercayaan Kesehatan)
  • Model kepercayaan kesehatan adalah suatu bentuk penjabaran dari teori Sosial-Psikologi, model ini didasarkan pada kenyataan bahwa problem-problem kesehatan ditandai oleh kegagalan-kegagalan orang atau masyarakat untuk menerima usulan-usulan pencegahan dan penyembuhan penyakit yang diselenggarakan oleh provider.
  • Model kepercayaan kesehatan ini menyatakan, apabila individu bertindak untuk melawan atau mengobati penyakitnya, ada 5 (lima) variabel kunci yang terlibat dalam tindakan tersebut, yaitu:
  • Kerentanan yang dirasakan (Perceived Susceptibility)
  • Seseorang akan melakukan tindakan pengobatan atau pencegahan terhadap suatu penyakit bila individu merasa rentan terhadap penyakit tersebut.

Keseriusan yang dirasakan (Perceived Seriousness)
  • Seseorang akan terdorong untuk melakukan tindakan pengobatan atau pencegahan terhadap suatu penyakit oleh karena keseriusan penyakit yang dirasakannya.

Manfaat yang dirasakan (Perceived Benefits)
  • Seseorang akan terdorong untuk melakukan tindakan pengobatan atau pencegahan terhadap suatu penyakit oleh karena adanya manfaat yang dirasakannya dalam mengambil tindakan tersebut bagi penyakitnya.

Ancaman yang dirasakan (Perceived Threat)
  • Seseorang akan terdorong untuk melakukan tindakan pengobatan atau pencegahan terhadap suatu penyakit oleh karena adanya ancaman yang dirasakan dari penyakitnya.

Isyarat atau petunjuk untuk bertindak (Cues to Action)
  • Untuk dapat meningkatkan penerimaan yang benar tentang kerentanan, kegawatan dan keuntungan, perlu adanya isyarat atau petunjuk dari orang lain, misalnya; Media massa, Nasehat petugas kesehatan atau anggota keluarga.

Faktor - faktor yang mempengaruhi kepatuhan
  • Dalam hal kepatuhan Carpenito L.j.(2000) berpendapat bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kepatuhan adalah segala sesuatu yang dapat berpengaruh positif sehingga penderita tidak mampu lagi mempertahankan kepatuhanya, sampai menjadi kurang patuh dan tidak patuh. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan diantaranya:

Pemahaman tentang instruksi.
  • Tidak seorang pun mematuhi instruksi jika ia salah paham tentang instruksi yang diberikan padanya. Ley dan Spelman tahun 1967 menemukan bahwa lebih dari 60% responden yang di wawancarai setelah bertemu dengan dokter salah mengerti tentang instruksi yang diberikan kepada mereka. Kadang kadang hal ini disebabkan oleh kegagalan profesional kesalahan dalam memberikan informasi lengkap, penggunaan istilah-istilah medis dan memberikan banyak instruksi yang harus di ingat oleh penderita.

Tingkat pendidikan.
  • Tingkat pendidikan pasien dapat meningkatkan kepatuhan, sepanjang bahwa pendidikan tersebut merupakan pendidikan yang aktif yang diperoleh secara mandiri, lewat tahapan-tahapan tertentu (Feuer Stein et.al., 1986).
  • Singgih D. Gunarso ( 1990 ) mengemukakan bahwa semakin tua umur seseorang maka proses perkembangan mentalnya bertambah baik, akan tetapi pada umur – umur tertentu, bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak secepat ketika berusia belasan tahun, dengan demikian dapat disimpulkan factor umur akan mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang yang akan mengalami puncaknya pada umur – umur tertentu dan akan menurun kemampuan penerimaan atau mengingat sesuatu seiring dengan usia semakin lanjut.Hal ini menunjang dengan adanya tingkat pendidikan yang rendah.



Kesakitan dan pengobatan.
  • Perilaku kepatuhan lebih rendah untuk penyakit kronis (karena tidak ada akibat buruk yang segera dirasakan atau resiko yang jelas), saran mengenai gaya hidup dan kebiasaan lama, pengobatan yang kompleks, pengobatan dengan efek samping, perilaku yang tidak pantas (Dikson dkk,1989,1990, ley,1992).

Keyakinan, sikap dan kepribadian.
  • Kepribadian antara orang yang patuh dengan orang yang gagal, Orang yang tidak patuh adalah orang yang mengalami depresi, ansietas, sangat memperhatikan kesehatannya, memiliki kekuatan ego yang lebih lemah dan memiliki kehidupan social yang lebih, memusatkan perhatian kepada dirinya sendiri. Kekuatan ego yang lebih ditandai dengan kurangnya penguasaan terhadap lingkunganya. Variabel-variabel demografis juga digunakan untuk meramalkan ketidak patuhan (Tylor, 1991). Sebagai contoh, di Amerika Serikat para wanita kaum kulit putih dan orang-orang tua cenderung mengikuti anjuran dokter (Sarafino, 1990).

Dukungan Keluarga
  • Dukungan Keluarga dapat menjadi faktor yang dapat berpengaruh dalam menentukan keyakinan dan nilai kesehatan individu serta menentukan program pengobatan yang akan mereka terima. Keluarga juga memberi dukungan dan membuat keputusan mengenai perawatan anggota keluarga yang sakit. Derajat dimana seseorang terisolasi dari pendampingan orang lain, isolasi sosial, secara negatif berhubungan dengan kepatuhan (Baekeland dan Lundawall)

Tingkat ekonomi
  • Tingkat ekonomi merupakan kemampuan finansial untuk memenuhi segala kebutuhan hidup, akan tetapi ada kalanya penderita TBC sudah pensiun dan tidak bekerja namun biasanya ada sumber keuangan lain yang bisa digunakan untuk membiayai semua program pengobatan dan perawatan sehingga belum tentu tingkat ekonomi menengah ke bawah akan mengalami ketidakpatuhan dan sebaliknya tingkat ekonomi baik tidak terjadi ketidakpatuhan (Power park C.E., 2002).

Dukungan sosial
  • Dukungan sosial dalam bentuk dukungan emosional dari anggota keluarga teman, waktu, dan uang merupakan factor penting dalam kepatuhan contoh yang sederhana, jika tidak ada transportasi dan biaya dapat mengurangi kepatuhan penderita. Keluarga dan teman dapat membantu mengurangi ansietas yang disebabkan oleh penyakit tertentu, mereka dapat menghilangkan godaan pada ketidakpatuhan dan mereka seringkali dapat menjadi kelompok pendukung untuk mencapai kepatuhan. Dukungan sosial nampaknya efektif di negara seperti Indonesia yang memeliki status sosial lebih kuat, dibandingkan dengan negara-negara barat (Meichenbaun, 1997).

Perilaku sehat.
  • Perilaku sehat dapat di pengaruhi oleh kebiasaan, oleh karena itu perlu dikembangkan suatu strategi yang bukan hanya untuk mengubah perilaku tetapi juga dapat mempertahankan perubahan tersebut. Sikap pengontrolan diri membutuhkan pemantauan terhadap diri sendiri, evaluasi diri dan penghargaan terhadap diri sendiri terhadap perilaku yang baru tersebut (Dinicola dan Dimatteo, 1984).

Dukungan profesi keperawatan (kesehatan)
  • Dukungan profesi kesehatan merupakan faktor lain yang dapat mempengaruhi perilaku kepatuhan penderita. Dukungan mereka terutama berguna pada saat penderita menghadapi kenyataan bahwa perilaku sehat yang baru itu merupakan hal yang penting. Begitu juga mereka dapat mempengaruhi perilaku penderita dengan cara menyampaikan antusias mereka terhadap tindakan tertentu dari penderita, dan secara terus menerus memberikan yang positif bagi penderita yang telah mampu beradabtasi dengan program pengobatanya (Meichhenbaum, 1997)

KETAATAN
Ketaatan adalah Perilaku yang ditampakan oleh individu meskipun mereka lebih tidak suka menampilkanya dikarenakan adanya tuntutan yang mengharuskan individu tersebut melakukanya.
Faktor – Faktor Yang Memperkuat Ketaatan
1. Adanya Punishment (ganjaran atau hukuman)
2. Adanya Ancaman
3. Tekanan Sosial

Faktor – Faktor Penurunan tingkat Ketaatan
1. Aturan yang terlalu keras sehingga mengakibatkan perlawanan 
2. Aturan yang tidak sesuai dengan harapan banyak orang

Membentuk Ketaatan
a. Etika
Dalam pembentukan ketaatan tentu adanya kata sepakat terlebih dahulu di dalam kelompok sosial yang dianggap sesuai. Dalam pembentukan  ketaatan itu dimulai dari diri sendiri terlebih dahulu. Dengan adanya Etika seorang individu akan merasa malu apabila dia melakukan penyimpangan di dalam kelompok sosial. Etika sendiri juga sebagai alat pembantu dalam pembentukan kedua hal tersebut. Etika adalah bagian dari filsafat yang meliputi hidup baik, menjadi orang yang baik, berbuat baik, dan menginginkan hal – hal yang baik di dalam kehidupan.  
Jadi, Ketaatan itu juga terbentuk karena adanya niat dari individu, kesadaran diri dari individu tersebut untuk menjadi lebih baik dan itu disebut dengan etika di dalam lingkungan sosial atau kelompok sosial.

b. Etos
Selain etika, dimana ingin menjadi lebih juga adanya sifat yang ada di dalam lingkungan masyarakat (traits). Sifat ini disebut dengan etos, adapun etos merupakan bagian dari etika dimana sifat individu dapat mempengaruhi kelompok sosial dan begitu juga sebaliknya individu dapat terpengaruh oleh kelompok sosial.
Etos adalah inti dari sikap, keyakinan dan perasaan yang memberikan hubungan vitalitas bagi suatu bangsa. Etos ini berlaku saat individu berada dalam ruang lingkup lingkungan sosial. Dimana adanya norma dan aturan yang berlaku

c. Moral
Antara etika dan etos itu saling melengkapi, dan juga ada yang namanya moral. Dmana moral adalah suatu penilaian bagi individu terhadap individu lainya. Penilaian ini dapat berupa penilaian yang positif maupun penilaian yang negatif. Ini semua tergantung dari individu yang bersangkutan dapat dikatakan penyimpangan ataupun berbuah positif

Perilaku Individu Dalam Kelompok

Manusia sebagai individu selalu berada di tengah tengah masyarakat, perilaku individu dalam kelompok ataupun tindakan terhadap orang lain bisa positif atau pun sebaliknya yaitu tindakan negatif. Positif adalah tindakan yang dilakukan dengan maksud baik dan tanpa adanya kerugian diantara kedua belah pihak. Dan tindakan yang berpengaruh negatif dimaksudkan tindakan yang dapat berpengaruh buruk baik buat dirinya sendiri maupun untuk orang lain. Individu merupakan suatu sebutan yang dipakai untuk menyatakan suatu kesatuan yang paling kecil dan terbatas.  Individu bukan manusia secara keseluruhan melainkan sebagai manusia perorangan. Individu disebut juga manusia pribadi, yang memiliki ciri khas tersendiri. Individu adalah makhluk yang tidak dapat dibagi bagi.

Perilaku atau tindakan positif dan negatif dalam kelompok dapat dibagi menjadi empat bagian diantaranya menolong (helping), kerjasama (cooperation), kompetisi (competition), dan konflik (conflict). Yang pertama menolong atau dalam bahasa inggrisnya helping merupakan tindakan yang bersifat positif karena tidak merugikan orang lain dan diri sendiri. Menolong atau helping dapat mempererat tali persaudaraan didalam suatu kelompok. Menolong merupakan perbuatan yang terpuji. Contohnya diantaranya ada dua orang dalam suatu perusahaan yang bekerja dibidang yang sama, dua orang tersebut memang sudah berteman sejak awal mereka bekerja di tempat tersebut suatu ketika teman sekantornya mendapatkan masalah sehingga dia tidak dapat memberikan proyek keatasannya. Saat itu kebetulan teman sekantornya tersebut sedang tidak sibuk. Maka temannya tersebut membantunya dan ia memberikan proyek ketemannya untuk disampaikan pada atasannya karena ia berhalangan hadir. Itu salah satu contoh dari menolong atau helping. Contoh yang kedua adalah yang berada di linikungan sekitar, suatu saat seseorang yang mengadakan acara atau resepsi pernikahan makan tetangga yang lain akan ikut membantu dalam menjalankan rencana seperti contohnya membantu dalam memasak dan mencuci piring. Perilaku menolong tetangga ini akan semakin menambah kerukunan dalam lingkungan tempat tinggal kita. Perilaku individu yang kedua adalah kerjasama (cooperation). Kerjasama atau coorperation merupakan perilaku yang netral tergantung tujuannya karena kerjasama dapat masuk kedalam perilaku yang negatif dam dapat masuk kedalam perilaku positif. Contoh kerjasama yang negatif adalah bekerjasama dalam melakukan kejahatan seperti mencuri maupun menodong. Sedangkan kerjasama yang positif adalah kerjasama yang dilakukan dengan tujuan yang baik dan tidak merugikan oranglain. Seperti contohnya kerjasama yang dilakukan antar individu. Sekelompok individu bekerjasama dalam membuat sebuah free software. Dalam kelompok tersebut individu mempunyai kemampuannya sendiri dan kemampuannya berbeda dengan yaang lain begitu juga terhadap yang lain. Tetapi mereka dapat membuat suatu free software yang menarik dan sangat berguna oleh seluruh permakai komputer di dunia. Perilaku individu yang ketiga adalah kompetisi (competition). Kompetisi adalah suatu perilaku atau tindakan individu dalam bersaing dalam suatu hal. Kompetisi ini bertujuan untuk mengukur siapa yang berada di paling atas. Seperti contohnya dalam kehidupan para pelajar mereka sebagai individu berkompetisi dengan semua individu yang berada dalam suatu kelompok, dalam hal ini adalah kelas. Mereka semua berkompetisi untuk mendapatkan rangking satu sebagai tolak ukur siapa yang paling pintar dan dapat menguasai semua pelajaran dalan suatu kelas. Persaingan ini dilakukan secara sehat maksudnya adalah persaingan ini dilakukan tanpa adanya kekerasan satu sama lain. Contoh yang kedua adalah dalam lingkungan pekerjaan. Semau individu yang bekerja dalam suatu perusahaan bersaing atau berkompetisi dalam mendapatkan kedudukan yang paling tinggi dalam suatu perusahaan. Mereka berlomba atau berkompetisi dengan sehat tanpa adanya kekerasan diantara individu individu. Perilaku individu yang terakhir adalah konflik (conflict). Konflik terjadi dibagi menjadi dua diantaranya konflik yang terjadi dengan kekerasan atau keributan dan ada pula konflik yang terjadi tanpa adanya kekerasan atau keributan. Konflik terjadi karena adanya masalah antara individu yang bersangkutan. Konflik juga dapat terjadi antara kelompok individu contohnya adalah konflik antar desa. Contoh pertama adalah konflik yang terjadi antara individu dalam hal ini sebab terjadinya konflik adalah kompetisi dalam memperebutkan suatu kedudukan dalam suatu lembaga. Konflik ini mengakibatkan kedua individu ini tidak saling menegur satu sama lain. Contoh yang kedua adalah konflik yang terjadi antara siswa, konflik kekerasan biasanya terjadi dalam remaja karena masih labil dan berpikir pendek tanpa berpikir panjang. Konflik ini terjadi umumnya karena masalah persinggungan maksudnya adalah sindir menyindir antar individu sehingga menyebabkan kemarahan pada remaja yang bersangkutan.



DAFTAR PUSTAKA



  1. Arikunto, S. (2000). Manajemen Penelitian. Rineka Cipta. Jakarta.
  2. Baughman, Diane C. et.al. (2000). Kepewatan Madikal Bedah. EGC. Jakarta.
  3. Brunner&Suddarth. (2002). Keperawatan Medikal - Bedah. EGC. Jakarta.
  4. Clark J, Marry (2003). Community Health Nursing. EGC. Jakarta.
  5. Corwin, Elizabeth J. (2001). Patofisiologi. EGC. Jakarta.
  6. Friedman, Marilyn M. (1998). Keperawatan Keluarga Teori dan Praktek. EGC. Jakarta.
  7. Hidayat, A. Aziz Alimul. (2007). Metode Penelitian Keperawatan dan Tehnk Analis Data. Salemba Medika. Jakarta.
  8. Lanywati, Endang. (2001). Diabetes Melitus Penyakit Kencing Manis. Kanisius. Yogyakarta.
  9. Mansjoer, Arif. et.al.(2000). Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius FKUI. Jakarta.
  10.  
  11. Niven, Neil. (2002). Psikologi Kesehatan. EGC. Jakarta.
  12. Noer, Sjaifoellah. et.al. (1999). Ilmu Penyakit Dalam. FKUI. Jakarta.
  13. Notoatmodjo, Soekidjo. (2002). Metodologi Penelitian Kesehatan. PT Rineka Cipta. Jakarta.
  14. Notoatmodjo, Soekidjo (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.
  15. Nursalam (2003). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Salemba Medika. Jakarta.
  16. Patrick Davey. (2002). At a Glance Medicine. Erlangga. Surabaya.
  17. Ranakusuma, Boedisantoso. Et.al. (1999). Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. CV Aksara Buana. Jakarta.
  18. Suprajitno (2004). Asuhan Keperawatan Keluarga. EGC. Jakarta.
  19. Askandar T. (2006). Hidup Sehat dan Bahagia bersama Diabetes Melitus. PT Gramedia Pustaka


KEPATUHAN DAN KETAATAN
Makalah Ini Ini Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu
 Tugas Mata Kuliah Psikologi Sosial


DISUSUN OLEH :
MUHAMMAD TIJANI JAUHARI
FAK/JUR : SYARIAH / EKOS
KELAS : II – A


INSTITUT AGAMA ISLAM CIPASUNG
SINGAPARNA – TASIKMALAYA
2016


KATA PENGANTAR





 Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Kuasa, yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya kepada kami sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Tak lupa sholawat serta salam kami haturkan kepada junjungan kami Nabi Muhammad saw. Makalah ini kami beri judul “ KEPATUHAN DAN KETAATAN ” yang disesuaikan dengan materi tugas mata kuliah Psikologi sosial.
 Semoga dengan adanya makalah ini kami dapat memahami tentang ketaatan dan kepatuhan.
Kesempurnaan hanyalah milik Allah, kekurangan dan kelemahan adalah milik kami, karena itu kami berharap kritik dan saran, guna meningkatkan mutu dan kualitas kinerja kami, agar dapat memperbaiki makalah yang selanjutnya, menjadi makalah yang lebih baik lagi.


Cipasung, Januari 2016



Penyusun



Tidak ada komentar:

Posting Komentar