BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesatuan wujud manusia antara fisik dan psikis serta
didukung oleh potensi-potensi yang ada membuktikan bahwa manusia sebagai ahsan
al-taqwin dan menempatkan manusia pada posisi yang strategis yaitu:
1. Sebagai hamba Allah,
2. Sebagai Khalifah Allah di bumi.
Dalam proses mmpersiapkan generasi penerus estafet
kekhalifahan yang sesuai dengan nilai-nilai Ilahiyah, maka pendidikan yang
ditawarkan harus mampu memberikan dan membentuk pribadi peserta didiknya dengan
acuan nilai-nilai Ilahiyah. Namun tidak semua pendidikan dapat mengemban tugas
dan fungsi manusia tersebut.
Maka terbentuklah suatu konsep yaitu Pendidikan Islam.
Dengan pendidikan Islam manusia sebagai khalifah tidak akamn berbuat sesuatu
yang mencerminkan kemungkaran kepada Allah dan bahkan ia berusaha agar segala
aktivitasnya sebagai khalifah harus dilaksanakan dalam rangka ubudiyah kepada
Allah SWT.
Dalam
makalah ini penulis bermaksud menguraikan tentang dasar-dasar kebutuhan anak
memperoleh Pendidikan yang terlebih dahulu kami uraikan tentang pengertian Ilmu
Pendidikan Islam
BAB
II
PEMBAHASAN
DASAR-DASAR KEBUTUHAN ANAK UNTUK MEMPEROLEH PENDIDIKAN
Secara kodrati anak memerlukan pendidikan atau bimbingan dari orang
dewasa. Dasar kodrati dapat dimengerti dari kebutuhan dasar yang dimiliki oleh
setiap anak yang hidup di dunia ini.
Rasulullah SAW bersabda:
مَامِنْ مَوْلُوْدٍإِلاَّيُوْلَدُعَلَىاْلفِطْرَةِفَأَبَوَاهُ يُهُوِّدَانِهِ
أَوْيُمَجِّسَانِهِ كَمَاتَنْتَحُ البَهِيْمَةُ جَمْعَاءُهَلْ تُحِسُّوْنَ مِنْ جَدْعَاءَ
,ثُمَّ يَقُوْلُ أَبُوْهُرَيْرَةَ, وَاقْرَءُوْاإِنْ شِئْتُمْ فِطْرَةَاللهِ الَّتِى
فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَالاَتَبْدِيْلَ لَخَلْقِ اللهِ ذلِكَ الدِّيْنُ اْلقَيِّمُ
(رواه ملسم )
Artinya:
“Tiadalah seorang yang dilahirkan melainkan menurut fitrahnya, maka
akibat kedua orang tuanyalah yang me-Yahudikan atau men-Nasranikannya atau
me-Majusikannya. Sebagaimana halnya binatang yang dilahirkan dengan sempurna,
apakah kamu lihat binatang itu tiada berhidung dan bertelinga? Kemudian Abi
Hurairah berkata, apabila kau mau bacalah lazimilah fitrah Allah yang telah
Allah ciptakan kepada manusia di atas fitrahNya. Tiada penggantian terhadap
ciptaan Allah. Itulah agama yang lurus (Islam).”
(H.R Muslim)
Allah berfirman:
وَاللهُ أَخْرَجَكُمْ مِنْ بُطُوْنِ أُمَّهَاتِكُمْ لاَتَعْلَمُوْنَ شَيْأً
(النحل:78)
Artinya:
“Tuhan itu
melahirkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu
apapun.”
(QS. An
Nahl:78)
Dari Hadits dan
ayat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa manusia itu untuk dapat
menentukan status manusia sebagaimana mestinya adalah harus mendapatkan
pendidikan. Dalam hal ini keharusan mendapatkan pendidikan itu jika diamati
lebih jauh sebenarnya mengandung aspek-aspek kepentingan yang antara lain dapat
dikemukakan sebagai berikut.
a. Aspek
Paedagogis
Dalam aspek ini para ahli didik memandang manusia sebagai animal
educandum: makhluk yang memerlukan pendidikan. Dalam kenyataanya manusia dapat
dikategorikan sebagai animal, artinya binatang yang dapat dididik. Sedangkan
binatang pada umumnya tidak dapat dididik, melainkan hanya dilatih secara
dressur, artinya latihan untuk mengerjakan sesuatu yang sifatnya statis, tidak
berubah.
Adapun manusia dengan potensi yang dimilikinya mereka dapat dididik
dan dikembangkan ke arah yang diciptakan, setaraf dengan kemampuan yang
dimilikinya.
Rasulullah SAW bersabda:
حَقُّ الوَالَدِ عَلَى اْلوَلَدِ أَنْ يُحْسِنَ اسْمَهُ وَأَدَبَهُ وَأَنْ
يُعَلِّمَهُ اْلكِتَابَهَ وَالسِّبَاحَةَ وَالرِّمَايَةَ وَأَنْ لاَيَرْزُقَهُ إِلاَّطَيِّبًا
وَأَنْ يُزَوِّجَهُ إِذَاأَدْرَكَ (رواه الحاكم)
Artinya:
”Kewajiban orang tua kepada anaknya adalah memberi nama yang baik,
mendidik sopan santun dan mengajari tulis menulis, renang, memanah, membri
makan dengan makanan yang baik serta mengawinkannya apabila iia telah mencapai
dewasa.”
(HR. Hakim)
Islam mengajarkan bahwa anak itu membawa berbagai potensi yang
selanjutnya apabila potensi tersebut dididik dan dikembangkan ia akan menjadi
manusia yang secara fisik-fisik dan mental memadai.
b. Aspek
Sosiologis dan Kultural
Menurut ahli sosiologi pada prinsipnya, manusia adalah homosocius,
yaitu makhluk yang berwatak dan berkemampuan dasar atau memiliki gazirah
(instink) untuk hidup bermasyarakat. Sebagai makluk sosial manusia harus
memiliki rasa tanggung jawab sosial (social responsibility) yang diperlukan
dalam mengembangkan hubungan timbal balik (inter relasi) dan saling pengaruh
mempengaruhi antara sesama anggota masyarakat dalam kesatuan hidup mereka.
Allah berfirman:
ضُرِبَتْ عَلَيْهِمْ الذِّلَّةُ أَيْنَمَاثُقِفُوْآإِلاَّبِحَبْلٍ مِنَ
اللهِ وَحَبْلٍ مِنَ النَّاسِ …(ال عمران:112)
Artinya:
“Mereka diliputi kehinaan dimana saja mereka berada, kecuali jika
mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan
manusia…”
(QS. Ali Imran: 112)
Apabila manusia sebagai makluk sosial itu berkembang, maka berarti
pula manusia itu adalah makhluk yng berkebudayaan, baik moral maupun material.
Diantara instink manusia adalah adanya kecenderungan mempertahankan segala apa
yang dimilikinya termasuk kebudayaannya. Oleh karena itu maka manusia perlu
melakukan transformasi dan transmisi (pemindahan dan penyaluran serta
pengoperan) kebudayaannya kepada generasi yang akan menggantiikan dikemudian hari.
Allah berfirman:
إِنَّ اللهَ لاَيُغَيِّرُمَابِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوْامَابِأَنْفُسِهِمْ
(الرعد: 11)
Artinya:
“…..sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan sesuatu kaum,
sehingga mereka megubah keadaan yang ada pada mereka sendiri….”
(QS. Ar-Ra’d: 111)
c. Aspek Tauhid
Aspek tauhid ini adalah aspek pandangan yang mengakui bahwa manusia
itu adalah makhluk yang berketuhanan yang menurut istilah ahli disebut homo
divinous (makhluk yang percaya adanya Tuhan) atau disebut dengan homo religious
artinya makhluk yang beragama. Adapun kemampuan dasar yang meyebabkan manusia
menjadi makhluk yang berketuhanan atau beragama adalah karena di dalam jiwa
manusia terdapat instink yang disebut instink religious atau gazirah diniyah
(instink percaya kepada agama). Itu sebabnya, tanpa melalui proses pendidikan
instink religious dan gazirah diniyah tersebut tidak akan mungkin dapat
berkembang secara wajar. Dengan demikian pendidikan keagamaan mutlak diperlukan
untuk mengembangkan instink religious atau gazirah Diniyah tersbut.
Allah berfirman:
فَأَقِمْ وَجْهَكَ للدِّيْنِ حَنِيْفًاطَ فِطْرَتَ اللهِ الَّتِىْ فَطَرَالنَّاسَ
عَلَيْهَاطَ لاَتَبْدِيْلَ لِخَلْقِ اللهِ طَ ذلِكَ الدِّيْنُ اْلقَيِّمُ وَلَكِنَّ
أَكْثَرَالنّاسِ لاَيَعْلَمُوْنَ. (الروم: 30)
Artinya:
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah)
(tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu.
Tidak ada perubahan pada fitrah Allah (itulah) agam yang lurus; tetapi
kebanyakan manusia tidak mengeyahui.”
(QS. Ar-Rum: 30)
Selanjutnya apabila diperhatikan dan diperbandingkan secara teliti
orang-orang dewasa dilingkungan kita ternyata kita saksikan adanya orang pandai
yang bodoh, ada yang terampil dan ada yang malas, ada yang berbudi pekerti
luhur dan yang rendah budi pekertinya, ada yang mengakui adanya Tuhan serta
mengagungkan-Nya dan menyembah-Nya; ada yang tidak mengakui adanya Tuhan
membangkan bahkan mengkhianati-Nya. Di samping adanya dua kutub yang berbeda
teresebut tentunya ada pula yang sedang, yang kurang dari sedang atau yang
lebih daripada sedang. Tetapi yang jelas anak wajib dibawa kepada pihak yang
baik dan luhur, dijauhkan dari hal-hal yang buruk dan hina. Dengan demikian
dapatlah disimpulkan bahwa mendidik anak adalah merupakan suatu hal yang mutlak
dilaksanakan oleh pihak-pihak yang bertanggung jawab
Allah berfirman:
قُوْآأَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيْكُمْ نَارًا (التحريم: 6)
Artinya:
“Peliharalah dirimu dan keluargamau dar api neraka.”
(QS. At-Tahrim: 6)
Apabila pendidikan tidak ada, maka kemungkinan besar anak-anak akan
berkembang ke arah yang tidak baik/buruk, seperti tidak mengakui Tuhan, budi
pekertinya rendah, bodoh dan malas bekerja.
Keharusan adanya pendidikan bagi anak tersebut akan lebih nyata apabila
mengamati kemampuan /perkembangan anak sesudah dialahirkan oleh ibunya sampai
mencapai kedewasaannya dan kita bandingkan pula dengan anak hewan, anak manusia
atau bayi lahir, badannya lemah sekali. Keaktifan perbuatan instink lemah
sedikit sekali, ia hanya ia dapat menggerakan kaki dan tangannya, menangis dan
sebentar lagi menetek. Keaktifan lain yang sudah siap sedia sebagai bekal
hidupnya tidak tampak pada waktu ia lahir. Apabila sejak dilahirkan itu
dibiarkan saja, tidak dirawat oleh ibunya atau orang lain, maka ia tidak dapat
hidup. Selanjutnya sesudah ia dapat hidup perkembangan jasmaninya terlihat
lambat sekali terutama bila dibandingkan dengan perkembangan badan anak hewan.
Baru sesudah ia berumur + 1 tahun, anak itu dapat berjaan, sekalipun demikian
bentuk badannya belum sama dengan badan orang dewasa.
Perbedaan dalam bidang kerohanian termasuk di dalam moral dan etika
antara anak dengan orang dewasa lebih lanjut, begitupula kepandaian
pengetahuan, aktifan dan kemampuan yang lainnya. Bahwa setiap orang dewasa
dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dengan cara sendiri-sendiri seperti bercocok
tanam, berdagang, menukang, mengabdikan tenaga jasmani serta rohaninya kepada
orang lain baik secara resmi/Pemerintah atau melalui badan swasta dan
lain-lain. Untuk kesemuanya itu sangat dibutuhkan adanya kemampuan, kecakapan
dan keaktifan serta pengetahuan yang beraneka ragam sesuai dengan tuntutan dan
kebutuhan masa atau lingkungannya
Untuk mendapatkan pengetahuan, kecakapan, keprigelan dan kemampuan
tersebut anak perlu mendapatkan pendidikan dari pihak-pihak yang bertanggung
jawab atau pendidik. Berbeda dengan anak hewan, begitu ia lahir, induk dapat
membiarkan anaknya tumbuh dan berkembang untuk memenuhi tugasnya sebagai hewan
dewasa, karena hewan umumnya sudah diberi kelengkapan yang sudah memungkinkan
untuk mencapai kedewasaan, yaitu instink yang dimilikinya.
Anak adalah makhluk yang masih membawa kemungkinan untuk
berkembang, baik jasmani maupun rohani. Ia memiliki jasmani yang belum mencapai
taraf kematangan baik bentuk, kekuatan maupun perimbangan bagian-bagiannya.
Dalam segi rohaniah anak mempunyai bakat-bakat yang harus dikembangakan. Ia
juga mempunyai kehendak, perasaan dan pikiran yang belum matang. Dismping itu
ia mempunyai berbagai kebutuhan seperti kebutuhan akan pemeliharaan jasmani;
makan, minum, dan pakain; kebutuhan akan kesempatan berkembang bermain-main,
berolah raga dan sebagainya. Selain dari pada itu anak juga mempunyai kebutuhan
rohaniah seperti kebutuhan akan ilmu pengetahuan duniawi dan keagamaan,
kebutuhan akan pengertian nilai-nilai kemasyarakatan, kesusilaan, kebutuhan
akan kasih sayang dan lain-lain. Pendidikan Islam harus membimbing, menuntun,
serta memenuhi kebutuhan – kebutuhan anak didik dalam berbagai bidang tersebut
di atas.
Menurut Al-Ghazali, bahwa anak adalah amanah Allah dan harus dijaga
dan dididik untuk mencapai keutamaan dalam hidup dan mendekatkan diri kepada
Allah. Semuanya yang dilahirkan ke dunia ini, bagaikan sebuah mutiara yang
belum diukur dan belum berbentuk tapi amat bernilai tinggi. Maka kedua orang
tuanyalah yang akan mengukir dan membentuknya menjadi mutiara yang berkualitas
tinggi dan disenangi semua orang. Maka ketergantungan anak kepada pendidiknya
termasuk kepada kedua orang tuanya, tampak sekali. Maka ketergantungan ini
hendaknya dikurangi serta bertahap sampai akil balig.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Untuk dapat menentukan status manusia sebagaimana mestinya
adalah harus mendapatkan pendidikan. Dalam hal ini jika diamati lebih jauh
sebenarnya mengandung aspek-aspek yang antara lain dapat dikemukakan sebagai
berikut:
1.
Aspek Paedagogis
2.
Aspek Sosiologis dan Kultural
3.
Aspek Tauhid
Menurut pendapat para ahli mengenai periodisasi pertumbuhan
anak itu bermacam-macam, tetapi dapat digolongkan menjadi tiga macam yaitu
pertumbuhan yang didasarkan pada Biologis, Psikologis dan Didaktis.
B.
Saran
Semua bayi yang dilahirkan ke dunia ini, bagaikan sebuah
mutiara yang belum diukur dan belum berbentuk tapi sangat bernilai tinggi. Maka
kedua orang tuanyalah sereta pendidiknya yang akan mengukir dan membentuknya
menjadi mutiara yang berkualitas tinggi dan disenangi semua orang.
DAFTAR
PUSTAKA
Nur Uhbiyati, ILMU PENDIDIKAN ISLAM
(IPI) 1, Bandung : Pustaka Setia, 1998.
Ramayulis, ILMU PENDIDIKAN ISLAM,
Jakarta : Kalam Mulia, 2008.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah mencurahkan
rahmat, taufik dan hidayahNya kepada kita sehingga kita masih
diberi kenikmatan baik yang berupa kenikmatan jasmani maupun kenikmatan
yang paling utama yaitu iman dan islam, Shalawat dan salam semoga tercurahkan
kepada Junjungan kita Nabi Muhammad SAW, Beliau yang telah menuntun kita
dari zaman yang biadab menuju zaman yang beradab yakni dengan ajaran agama
Islam.
Alhamdulillah akhirnya penulis dapat menyelesaikan
makalah ini dengan keterbatasan serta kemampuannya.
Selanjutnya penulis memohon kritik dan saran dari
semua pihak untuk lebih sempurnanya makalah ini dan penulis berharap makalah
yang sederhana ini bermanfaat, terutama bagi yang membutuhkannya.
Tasikmalaya, Marer 2014
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................... i
DAFTAR ISI......................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................... 1
A.
Latar Belakang.......................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN...................................................................... 2
Dasar-Dasar Kebutuhan Anak Untuk Memperoleh
Pendidikan
a. Aspek Pedagogis........................................................................ 3
b. Aspek Sosiologis dan Kultural................................................. 4
c. Aspek Tauhid.............................................................................
BAB III PENUTUP.............................................................................. 8
A. Kesimpulan........................................................................... 8
B. Saran...................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA........................................................................... 9
MAKALAH
HADIST
TENTANG MANUSIA MEMPUNYAI FITRAH DAN ORANGTUANYALAH YANG MEYAHUDI DAN NASRANIKANNYA
Diajukan
Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Mata
Kuliah Hadist
DISUSUN
OLEH :
NURUL
FITRIYANI
FAK
/ JUR : TARBIYAH / PAI
INSTITUT
AGAMA ISLAM CIPASUNG
SINGAPARNA
– TASIKMALAYA

Tidak ada komentar:
Posting Komentar