TOKO 0SCAR CLASSER

Jumat, 28 Maret 2014

Etos Kerja.

A.           Etos Kerja.
a)             Etos kerja adalah landasan untuk meningkatkan prestasi kerja atau kinerja. Apabila landasan itu dibudayakan oleh manusia  maka secara eksplisit kita akan memiliki suatu budaya sikap kerja yang berorientasi pada hasil, dengan suatu keyakinan bahwa akan ada peningkatan terhadap hasil dan sesuai dengan tujuan yang telah dicanangkan.

b)             Pengerucutan dari sifat etos kerja adalah terciptanya budaya kerja yang merupakan sikap hidup yang berfungsi sebagai pendorong terciptanya manusia-manusia yang cerdas, terampil, mandiri,  memiliki kesetiakawanan, kerja keras, kreatif, produktif, berdisiplin, berorientasi pada masa depan untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik.
c)             Secara umum,  tujuan etos kerja dapat disebutkan, yaitu: (1) sebagai penjamin hasil kerja dengan kualitas yang lebih baik, (2) membuka komunikasi atau koneksi antarsesama pegawai, (3) meningkatkan kesadaran dan penyesuaian diri, dan (4) meningkatkan kualitas, efisiensi dan efektivitas kerja sehingga meminimalisir kesalahan-kesalahan dalam bekerja (M. Yusron, Etos Kerja Personalia Pendidikan;Tela’ah terhadap Kinerja Personalia Pendidikan di Indonesia, diakses 22 September 2011)

1.        Pengertian Etos kerja .
 Etos kerja seseorang erat kaitannya dengan kepribadian, perilaku dan karakter. Setiap orang memiliki internal being yang merupakan siapa dia. Kemudian  intenal being menetapkan respon atau reaksi terhadap tuntutan eksternal. Respon internal being terhadap tuntutan eksternal dunia kerja menetapkan etos kerja seseorang (Siregar, 2000: 25)
        Etos berasal dari bahasa Yunani “ethos”, yakni karakter, cara hidup, kebiasaan seseorang, motivasi atau tujuan moral seseorang seserta pandangan dunia mereka, yakni gambaran, cara bertindak ataupun gagasan yang paling komprehensif mengenai tatanan. Perkataan lain bahwa etos merupakan aspek evaluative sebagai sikap mendasar terhadap diri dan dunia mereka yang direfleksikan dalam kehidupannya (Khasanah, 2004: 8)
        Geertz (1982: 3) etos adalah sikap yang mendasar terhadap diri dan dunia yang dipancarkan hidup. Yang dimaksud sikap di sini digambarkan sebagai prisip masing-masing induvidu yang sudah menjadi keyakinannya dalam mengambil keputusan
         Usman Pelly (1992: 12) etos kerja adalah sikap yang muncul atas kehendak dan kesadaran sendiri yang didasari oleh sistem orientasi nilai budaya  terhadap kerja. Dapat dilihat dari pernyataan tersebut bahwa etos kerja memiliki dasar dari nilai budaya. Dari nilai budaya itulah yang membentuk etos kerja masing-masing pribadi.
         Toto Tasmara (2002) Etos kerja adalah totalitas kepribadian dirinya serta caranya mengekspresikan, memandang, meyakini, dan memberikan makna sesuatu yang mendorong dirinya untuk bertindak dan meraih amal yang optimal sehingga pola hubungan antara manusia dengan dirinya dan antara manusia dengan makhluk lainnya dapat terjalin dengan baik (http://elgorni.wordpress.com/2010/10/22/etos-kerja-definisi-fungsi-dan-cara-menumbuhkan-etos-kerja, diakses 22 September 2011)
Dalam kamus besar bahasa Indonesia etos kerja adalah semangat kerja yang menjadi ciri khas dan keyakinan seseorang atau sesesuatu kelompok.
Secara terminologis kata etos, yang mengalami perubahan makna yang meluas. Digunakan dalam tiga pengertian yang berbeda yaitu:
b. suatu aturan umum atau cara hidup
c. suatu tatanan aturan perilaku.
d. Penyelidikan tentang jalan hidup dan seperangkat aturan tingkah laku .
Dalam pengertian lain, etos dapat diartikan sebagai thumuhat yang berkehendak atau berkemauan yang disertai semangat yang tinggi dalam rangka mencapai cita-cita yang positif.
Akhlak atau etos dalam terminologi Prof. Dr. Ahmad Amin adalah membiasakan kehendak. Kesimpulannya, etos adalah sikap yang tetap dan mendasar yang melahirkan perbuatan-perbuatan dengan mudah dalam pola hubungan antara manusia dengan dirinya dan diluar dirinya .
Dari keterangan diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa kata etos berarti watak atau karakter seorang individu atau kelompok manusia yang berupa kehendak atau kemauan yang disertai dengan semangat yang tinggi guna mewujudkan sesuatu keinginan atau cita-cita.
Etos kerja adalah refleksi dari sikap hidup yang mendasar maka etos kerja pada dasarnya juga merupakan cerminan dari pandangan hidup yang berorientasi pada nilai-nilai yang berdimensi transenden.
Menurut K.H. Toto Tasmara etos kerja adalah totalitas kepribadian dirinya serta caranya mengekspresikan, memandang, meyakini dan memberikan makna ada sesuatu, yang mendorong dirinya untuk bertindak dan meraih amal yang optimal (high Performance) .
Dengan demikian adanya etos kerja pada diri seseorang pedagang akan lahir semangat untuk menjalankan sebuah usaha dengan sungguh-sungguh, adanya keyakinan bahwa dengan berusaha secara maksimal hasil yang akan didapat tentunya maksimal pula. Dengan etos kerja tersebut jaminan keberlangsungan usaha berdagang akan terus berjalan mengikuti waktu.
2. Fungsi dan Tujuan Etos Kerja
Secara umum, etos kerja berfungsi sebagai alat penggerak tetap perbuatan dan kegiatan individu. Menurut A. Tabrani Rusyan, fungsi etos kerja adalah:
a. Pendorang timbulnya perbuatan.
b. Penggairah dalam aktivitas.
c. Penggerak, seperti mesin bagi mobil besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat lambatnya suatu perbuatan .
Kerja merupakan perbuatan melakukan pekerjaan atau menurut kamus W.J.S Purwadaminta, kerja berarti melakukan sesuatu, sesuatu yang dilakukan . Kerja memiliki arti luas dan sempit dalam arti luas kerja mencakup semua bentuk usaha yang dilakukan manusia, baik dalam hal materi maupun non materi baik bersifat intelektual maupun fisik, mengenai keduniaan maupun akhirat. Sedangkan dalam arti sempit, kerja berkonotasi ekonomi yang persetujuan mendapatkan materi. Jadi pengertian etos adalah karakter seseorang atau kelompok manusia yang berupa kehendak atau kemauan dalam bekerja yang disertai semangat yang tinggi untuk mewujudkan cita-cita.
Nilai kerja dalam Islam dapat diketahui dari tujuan hidup manusia yang kebahagiaan hidup di dunia untuk akhirat, kebahagian hidup di akhirat adalah kebahagiaan sejati, kekal untuk lebih dari kehidupan dunia, sementara kehidupan di dunia dinyatakan sebagai permainan, perhiasan lading yang dapat membuat lalai terhadap kehidupan di akhirat. Manusia sebelum mencapai akhirat harus melewati dunia sebagai tempat hidup manusia untuk sebagai tempat untuk mancari kebahagiaan di akhirat. Ahli-ahli Tasawuf mengatakan:
Untuk mencapai kebahagiaan di akhirat, manusia harus mempunyai bekal di dunia dan di manapun manusia menginginkan kebahagiaan. Manusia berbeda-beda dalam mengukur kebahagiaan, ada yang mengukur banyaknya harta, kedudukan, jabatan, wanita, pengetahuan dan lain-lain. Yang kenyataannya keadaan-keadaan lahiriah tersebut tidak pernah memuaskan jiwa manusia, bahkan justru dapat menyengsarakannya. Jadi dianjurkan di dunia tapi tidak melupakan kehidupan akhirat.
وَابْتَغِ فِيمَا ءَاتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الْأَرْضِ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ.
Artinya:
Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (keni`matan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.
(Q.S. Al-Qashash: 77)
Pandangan Islam mengenai etos kerja, di mulai dari usaha mengangkap sedalam-dalamnya sabda nabi yang mengatakan bahwa niali setiap bentuk kerja itu tergantung pada niat-niat yang dipunyai pelakunya, jika tujuannya tinggi (mencari keridhaan Allah) maka ia pun akan mendapatkan nilai kerja yang tinggi, dan jika tujuannya rendah (seperti misalnya hanya bertujuan memperoleh simpati sesama manusia belaka) maka setingkat pula nilai kerjanya .

3. Etos kerja Islami
Dalam kehidupan pada saat sekarang, setiap manusia dituntut untuk bekerja guna memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Dengan bekerja seseorang akan menghasilkan uang, dengan uang tersebut seseorang dapat membelanjakan segala kebutuhan sehari-hari hingga akhirnya ia dapat bertahan hidup. Akan tetapi dengan bekerja saja tidak cukup, perlu adanya peningkatan, motivasi dan niat.
Setiap pekerja, terutama yang beragama islam, harus dapat menumbuhkan etos kerja secara Islami, karena pekerjaan yang ditekuni bernilai ibadah. Hasil yang diperoleh dari pekerjaannya juga dapat digunakan untuk kepentingan ibadah, termasuk didalamnya menghidupi ekonomi keluarga. Oleh karena itu seleksi memililih pekerjaan menumbuhkan etos kerja yang islami menjadi suatu keharusan bagi semua pekerjaan. Adapun etos kerja yang islami tersebut adalah: niat ikhlas karena Allah semata, kerja keras dan memiliki cita-cita yang tinggi
Menurut Al-Ghazali dalam bukunya “Ihya-u “ulumuddin” yang dikutip Ali Sumanto Al-Khindi dalam bukunya Bekerja Sebagai Ibadah, menjelaskan pengertian etos (khuluk) adalah suatu sifat yang tetap pada jiwa, yang dari padanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah dengan tidak membutuhkan pemikiran.
Dengan demikian etos kerja Islami adalah akhlak dalam bekerja sesuai dengan nilai-nilai islam sehingga dalam melaksanakannya tidak perlu lagi dipikir-pikir karena jiwanya sudah meyakini sebagai sesuatu yang baik dan benar.
Menurut Dr. Musa Asy’arie etos kerja islami adalah rajutan nilai-nilai khalifah dan abd yang membentuk kepribadian muslim dalam bekerja. Nilai-nilai khalifah adalah bermuatan kreatif, produktif, inovatif, berdasarkan pengetahuan konseptual, sedangkan nilai-nilai ‘abd bermatan moral, taat dan patuh pada hukum agama dan masyarakat
Toto Tasmara mengatakan bahwa semangat kerja dalam Islam kaitannya dengan niat semata-mata bahwa bekerja merupakan kewajiban agama dalam rangka menggapai ridha Allah, sebab itulah dinamakan jihad fisabilillah .
Ciri-ciri orang yang memiliki semangat kerja, atau etos yang tinggi, dapat dilihat dari sikap dan tingkah lakunya, diantaranya:
1. Orientasi kemasa depan.
Artinya semua kegiatan harus di rencanakan dan di perhitungkan untuk menciptakan masa depan yang maju, lebih sejahtera, dan lebih bahagia daripada keadaan sekarang, lebih-lebih keadaan di masa lalu. Untuk itu hendaklah manusia selalu menghitung dirinya untuk mempersiapkan hari esok.
2. Kerja keras dan teliti serta menghargai waktu.
Kerja santai, tanpa rencana, malas, pemborosan tenaga, dan waktu adalah bertentangan dengan nilai Islam, Islam mengajarkan agar setiap detik dari waktu harus di isi dengan 3 (tiga) hal yaitu, untuk meningkatkan keimanan, beramal sholeh (membangun) dan membina komunikasi sosial, firman Allah:
وَالْعَصْرِ. إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ. إِلَّا الَّذِينَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ.
Artinya:
Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran. (Q.S. Al-Ashr: 1-3)


3. Bertanggung jawab.
Semua masalah diperbuat dan dipikirkan, harus dihadapi dengan tanggung jawab, baik kebahagiaan maupun kegagalan, tidak berwatak mencari perlindungan ke atas, dan melemparkan kesalahan di bawah. Allah berfirman:
إِنْ أَحْسَنْتُمْ أَحْسَنْتُمْ لِأَنْفُسِكُمْ وَإِنْ أَسَأْتُمْ فَلَهَا فَإِذَا جَاءَ وَعْدُ الْآخِرَةِ لِيَسُوءُوا وُجُوهَكُمْ وَلِيَدْخُلُوا الْمَسْجِدَ كَمَا دَخَلُوهُ أَوَّلَ مَرَّةٍ وَلِيُتَبِّرُوا مَا عَلَوْا تَتْبِيرًا.
Artinya:
Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat maka kejahatan itu bagi dirimu sendiri, dan apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) yang kedua, (Kami datangkan orang-orang lain) untuk menyuramkan muka-muka kamu dan mereka masuk ke dalam mesjid, sebagaimana musuh-musuhmu memasukinya pada kali pertama dan untuk membinasakan sehabis-habisnya apa saja yang mereka kuasai.(Q.S. Al-Isra’: 7)

4. Hemat dan sederhana.
Seseorang yang memiliki etos kerja yang tinggi, laksana seorang pelari marathon lintas alam yang harus berlari jauh maka akan tampak dari cara hidupnya yang sangat efesien dalam mengelola setiap hasil yang diperolehnya. Dia menjauhkan sikap boros, karena boros adalah sikapnya setan.
5. Adanya iklim kompetisi atau bersaing secara jujur dan sehat.
Setiap orang atau kelompok pasti ingin maju dan berkembang namun kemajuan itu harus di capai secara wajar tanpa merugikan orang lain.
وَلِكُلٍّ وِجْهَةٌ هُوَ مُوَلِّيهَا فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ أَيْنَ مَا تَكُونُوا يَأْتِ بِكُمُ اللَّهُ جَمِيعًا إِنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ.

Artinya:
Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu (dalam berbuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (Q.S. Al-Baqarah: 148)

Sebagai orang yang ingin menjadi winner dalam setiap pertandingan exercise atau latihan untuk menjaga seluruh kondisinya, menghitung asset atau kemampuan diri karena dia lebih baik mengetahui dan mengakui kelemahan sebagai persiapan untuk bangkit. Dari pada ia bertarung tanpa mengetahui potensi diri. Karena hal itu sama dengan orang yang bertindak nekat. Terukir sebuah motto dalam dirinya: “The best fortune that can come to a man, is that he corrects his defects and makes up his failings” (Keberuntungan yang baik akan datang kepada seseorang ketka dia dapat mengoreksi kekurangannya dan bangkit dari kegagalannya .

B. Pengetahuan Agama
1. Pengertian agama
Definisi agama menurut sosiologi adalah definisi yang empiris. Sosiologi sosiologi tidak pernah memberikan definisi agama yang evaluatif (menilai). Ia “angkat tangan “ mengenai hakiki agama , baiknya atau buruknya agama atau agama-agama yang tengah diamatinya. Dari pengamatan ini ia hanya sanggup memberikan definisi yang deskriptif (menggambarkan apa adanya), yang mengungkapkan apa yang dimengerti dan dialami pemeluk-pemeluknya.
2. Pengertian Pengetahuan dan Pengamalan Keagamaan
Pengetahuan merupakan cipta karsa dan budaya, yang dapat dirasakan oleh semua orang yang berusaha ingin mengetahui dan mempelajarinya. Pengetahuan juga dapat dikatakan sebagai fenomena-fenomena yang mengungkapkan dan menjelaskan suatu hal tertentu, baik mengenai objek maupun lapangannya yang merupakan suatu kesatuan yang sistematis, dan memberikan penjelasan yang dapat bertanggung jawabkan dengan menunjukka sebab-sebab hal itu.
Sedangkan pengamalan keagamaan terdiri dari dua kata yaitu kata pengamalan dan keagamaan. Pengamalan kata dasarnya adalah “amal” yang berarti perbuatan-perbuatan yang baik. Kata amal mendapatkan awalan “peng” dan akhiran “an”, menjadi pengamalan yang berarti hal, cara hasil atau proses kerja mengamalkan.
Adapun kata keagamaan berarti yang berhubungan dengan nialai-nilai agama yang diajarkan dalam syariat Islam. Jadi pengamalan keagamaan menurut bahasa adalah proses kerja mengamalkan suatu perbuatan yang berhubungan dengan agama.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan Pengetahuan dan Pengamalan Keagamaan.
Perlu dikemukakan kembali dalam pembahasan ini, bahwa dalam membicarakan masalah tentang keagamaan, karena pengetahuan dan pengamalan keagamaan merupakan perwujudan dari sikap keagamaan seseorang. Dengan demikian, yang dimaksud factor-faktor yang mempengaruhi dan pengamalan keagamaan disini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi sikap keagamaan seseorang. Sikap keagamaan merupakan suatu keadaan yang ada dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk bertingkah laku sesuai dengan kadar ketaatannya terhadap agama. Sikap keagamaan tersebut oleh adanya konsistensi antara kepercayaan terhadap agama sebagai unsure kognitif, perasaan terhadap agama sebagai unsure afektif, dan perilaku terhadap agama sebagai unsure konatif, jadi sikap keagamaan merupakan integrasi secara komplek antara pengetahuan agama, perasaan agama serta tindakan keagamaan dalam diri seseorang .

C. Peningkatan Kualitas Hidup
1. Pengertian Kualitas Hidup
Kata ‘Kualitas’ itu berasal dari bahasa Inggris ‘Quality’ yang berarti kecakapan, jenis dan mutu. Atau dalam bahasa Belanda ‘Kualiteit’ yang berarti jenis dan dalam bahasa Arab dengan kata ‘Shifatun’ yang sepadan dengan pengertian di atas. Dilihat dari arti katanya, maka kata kualitas erat hubungannya dengan nilai. Kualitas (mutu) dan nilai itu adalah dua istilah yang nampaknya berbeda tetapi maknanya berkaitan erat. Tinggi rendahnya mutu sesuatu ditentukan oleh nilai sesuatu itu. Semua makhluk ciptaan Allah mempunyai nilai dan bermutu, tidak ada yang sia-sia Allah berfirman dalam surat Al-Imran ayat 191 berikut ini:

Artinya: Ya Tuhan kami, tidak Engkau ciptakan semua ini sia-sia.
Sedangkan menurut pandangan idealisme, Hegelian (pengikut Hegel) bahwa nilai itu ialah sesuatu yang bersifat normatif dan obyektif, berlaku untuk umum. Bahkan nilai itu menjadi idealisme, cita-cita tiap pribadi yang mengerti dan menyadarinya .
Terdapat beberapa asumsi yang dipergunakan dalam rangka mewujudkan pengembangan masyarakat ini akan dikemukakan sebagai berikut.
Pertama, pada intinya upaya-upaya pengembangan masyarakat dapat dilihat sebagai peletakkan sebuah tatanan sosial dimana manusia secara adil dan terbuka dapat melakukan usahanya sebagai perwujudan atas kemampuan dan potensi yang dimilikinya sehingga kebutuhannya (material dan spiritual) dapat terpenuhi. Oleh karenanya, tidak akan terwujud bila sekedar tawaran sebuah proyek usaha kepada masyarakat. Melainkan suatu program pembenahan struktur social yang mengedepankan keadilan.
Kedua, pengembangan masyarakat tidak dilihat sebagai suatu proses pemberian dari pihak yang memiliki sesuatu kepada pihak yang tidak memiliki sesuatu. Kerangka pemahaman ini sangat menjerumuskan karena akan tumbuh mental-mental ‘peminta’. Padahal dalam Islam, meminta adalah tingkatannya lebih rendah dari memberi.
Ketiga, pengembangan masyarakat sesungguhna merupakan sebuah proses kolektif dimana kehidupan keluarga, bertetangga dan bernegara bukan sekedar menyiapkan penyesuaian-penyesuaian terhadap perubahan social yang mereka lalui, melainkan secara aktif mengarahkan perubahan tersebut kepada terpenuhinya kebutuhan bersama .
Keempat, pengembangan masyarakat tidak mungkin terlaksana tanpa keterlibatan secara penuh oleh masyarakat itu sendiri. Partisipasi bukan hanya diartikan sebagai kehadiran mereka untuk mengikuti suatu kegiatan. Melainkan dipahami sebagai kontribusi mereka dalam setiap tahapan dari pengembangan masyarakat terutama perumusan kebutuhan yang mesti mereka penuhi, karena hanya masyarakat sendirilah yang paling tahu kebutuhan dan permasalahan yang mereka hadapi.
Kelima, tidak mungkin rasanya tuntutan akan keterlibatan masyarakat dalam sebuah program pembangunan tatkala mereka sendiri tidak memiliki daya dan bekal yang cukup. Oleh karenanya, perlu adanya suatu mekanisme dan system untuk memberdayakannya .
Dengan demikian pengembangan masyarakat pada dasarnya merencanakan dan menyiapkan suatu perubahan social yang berarti bagai peningkatan kualitas kehidupan manusia.
2. Karakteristik Kualitas Hidup
Kualitas manusia suatu ciri yang melekat pada manusia dan menunjukkan baik tidaknya keadaan manusia tersebut secara keseluruhan. Kualitas manusia dapat dibagai dalam dua unsur utama yaitu kualitas fisik dan kualitas non fisik atau kualitas spritual. Unsur-unsur kualitas fisik antara lain keadaan fisik yang ditunjukkan oleh status gizi (misalnya tinggi dan bobot badan), serta status kesehatan dan kesegaran jasmani. Sedangkan unsur-unsur kulaitas non-fisik adalah kualitas akal, kualiltas mental-emosional, serta kualitas budi pekerti dan spiritual. Tetapi berbeda dengan indikator kualitas fisik yang dapat diukur secara kuantitatif, indikator non-fisik umumnya bersifat abstrak dan sulit diukur.
Secara keseluruhan, unsur-unsur kualitas tersebut menentukan kualitas hubungan dan interaksi manusia tersebut dengan lingkungannya, termasuk lingkungan alam sekitar, lingkungan social dan lingkungan spiritual (hubungan manusia dengan Tuhan) .
Menurut Prof. Dr. Notonagoro S.H, bahwa kualitas manusia adalah sifat-sifat yang dimiliki oleh manusia setelah mentransformasikan nilai-nilai yang ada mutlak, yaitu kebenaran, kebaikan, keindahan dan Tuhan. Sifat-sifat itu tercapai bila manusia mampu memiliki tingkat kualitas kebenaran, kebaikan, keindahan dan nilai Tuhan pada dirinya tercermin dalam perbuatan sehari-hari.
Dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia, terutama yang penting diperhatikan adalah ciri-ciri individu yang berkualitas antara lain: (1) berstamina yang tinggi karena didukung oleh kebutuhan pokok yang terpenuhi, (2) tangguh, (3) cerdas, (4) terampil, (5) mandiri, (6) memiliki rasa tanggung jawab dan setia kawan, (7) produktif, (8) kreatif, (9) inovatif, (10) berorientasi pada masa depan, (11) berdisiplin dan (12) berbudi luhur .
Sedangkan ciri-ciri manusia berkualitas dalam Al-Qur’an dan Sunnah adalah: (1) beriman teguh, (2) tidak menyekutukan Allah, (3) menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman hidup, (4) beriman kepada Rasul dan Sunnahnya, (5) berjihad di jalan Allah, (6) mengenal kelebihan dan kekurangan diri, (7) sadar akan tanggung jawabnya di dunia sebagai khalifah, (8) mempunyai tujuan hidup jangka panjang dan jangka pendek, (9) berani dan ikhlas, (11) normal akalnya, (12) sehat jasmani dan rohani, (13) mengenal hakikat dunia, hidup dan mati .
Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan lingkungan yang saling mendukung dapat dilakukan dengan pendekatan paradigma sehat. Maksudnya adalah meningkatkan mutu lingkungan yang sehat, perilaku yang sehat dan pengembangan masyarakat. Dimana bertambanya posentase keluarga yang memiliki rumah berstandar kesehatan seperti penggunaan air bersih, jamban bersih, ventilasi rumah yang mendukung dan tata ruang yang baik. Selain itu pola dan pengolahan bahan pangan yang higenis dalam pencapaian pemenuhan gizi menjadi hal yang tidak boleh diabaikan.

3. Tahapan Kualitas Hidup Masyarakat
Irfan Hielmi mengutip dari Lippit (1985) mengemukakan bahwa agar perubahan ke tingkat lebih baik berhasil dilakukan, maka ada suatu proses yang harus dilalui dan terdiri dari beberapa tahap:
1. Menumbuhkan kebutuhan berubah. Yang perlu dilakukan pada tahap ini adalah perumusan kesulitan-kesulitan, ketegangan, ketidakpuasan dan kekecewaan yang harus di terjemahkan menjadi masalah yang harus dipecahkan. Masyarakat harus menyadari hal ini agar tumbuh keinginan untuk berubah dan keinginan untuk mencari bantuan dari luar sistem sosialnya.
2. Membangun hubungan untuk perubahan. Hubungan ini harus terbina di antara sasaran dan agen pembaharu.
3. Diagnosis dan penjelasan masalah yang dihadapi harus diketahui dan dirumuskan menjadi masalah bersama.
4. Mencari alternative pemecahan masalah dan menetapkan tujuan serta menumbuhkan tekad untuk bertindak.
5. Tekad tersebut diubah menjadi suatu usaha nyata kea rah pencapaian tujuan. Dalam hal ini, mengorganisisr dan menggerakkan masyarkat harus dilakukan melalui pembagian tugas.
6. Perluasan dan pemantapan perubahan. Perluasan tersebut diikuti dengan penyempurnaan dan pelembagaan dari perubahan yang telah terjadi sehingga dapat dirasakan oleh masyarakat.
7. Memutuskan hubungan antara sasaran dengan penyuluh, ketika masyarakat sudah dirasa dapat ‘mandiri’ sehingga menghindari ketergantungan masyarakat dengan penyuluh.
Tetapi secara umum dari beberapa variasi yang ada, penulis melihat pada dasarnya tapan yang dilakukan mencakup beberapa tahapan di bawah ini: Pertama, tahap persiapan yaitu mempersiapkan petugas (community Worker) dan lapangan. Kedua, proses assessment yang dilakukan dengan mengidentifikasi masalah (kebutuhan yang dirasakan) dan juga sumber daya yang dimiliki klien.
Ketiga, tahap perencanaan alternative program atau kegiatan. Pada tahap ini petugas secara partisipatif mencoba melibatkan warga untuk berpikir tentang masalah yang mereka hadapi dan bagaimana mengatasinya. Alternative-alternatif program yang mereka kembangkan tentulah harus disesuaikan dengan tujuan jangka panjang dan jangka pendek. Keempat, tahap pemformulasian rencana aksi. Di sini petugas membantu para kelompok masyarakat untuk memformulasikan gagasan mereka ke dalam tulisan.
Kelima, tahap paling penting yaitu pelaksanaan program pengembangan dengan melibatkan warga masyarakat. Tahap yang keenam setelah pelaksanaan program adalah mengadakan evaluasi sebagai pengawasan terhadap program yang sedang berjalan. Terakhir, adalah tahap terminasi yaitu ‘pemutusan’ hubungan formal dengan komunitas sasaran.

D. Pemulung
1. Pengertian Pemulung
Pengertian Pemulung bekerja mengumpulkan barang-barang bekas dengan cara mengerumuni muatan truk sampah yang tengah di bongkar, sebagian Pemulung lainnya berputar-putar mengais barang bekas dari tumpukan-tumpukan sampah
Ada juga yang mengatakan Pemulung adalah kelompok sosial yang kerjanya mengumpulkan atau memilah barang yang dianggap berguna dari sampah, baik yang ada di TPA (Tempat Pembuangan Akhir) maupun diluar TPA .
Adapun jenis barang bekas yang diambil pemulung adalah sebagai berikut:
1. Besi bekas
2. Botol plastik
3. karung plastik
4. Kardus
5. Kertas
6. Botol kaca
7. Kaleng
8. Aluminium
9. Karet
10. Kayu

2. Karakteristik Pemulung.
Para Pemulung bekerja mengumpulkan barang-barang bekas dengan cara mengerumuni muatan truk sampah yang tenah di bongkar, sebagian Pemulung lainnya berputar-putar mengais barang bekas dari tumpukan-tumpukan sampah.
Barang bekas yang telah berkumpul kemudian dipisah-pisahkan menurut jenisnya, sebelum akhirnya dijual kepada pedagang barang bekas atau lapak.
Lapak atau penampung adalah orang yang mempunyai modal atau dukungan modal untuk membeli beberapa jenis, atau satu jenis barang bekas dari Pemulung. Jasa lapak selain sebagai pembeli tetap adalah ia menanggung sarana transportasi untuk mengambil barang bekas dari pemukiman liar, sehingga para Pemulung tang menjadi anak buahnya tidak perlu menanggung ongkos angkutan.
Para pedagang atau lapak selanjutnya menjual barang bekas ke industri atau pabrik yang menggunakan bahan baku produksinya dari barang bekas secara langsung maupun melalui pihak perantara (agen atau supplier)
memilah barang sebanyak-banyaknya tentunya dengan alat bantu yang berupa:
4. Gerobak/roda dua
Alat ini sangat berfungsi sekali untuk mencari dan mengais barang yang berguna, sehingga dengan memakai Gerobak/roda dua Pemulung dapat mencari barang sebanyak-banyaknya.
5. Karung
Biasanya alat ini dipakai supaya lebih praktis, karena dengan memakai karung bias masuk ke gang-gang sempit. Dan kebanyakan yang memakai dengan alat karung mayoritas anak-anak kecil. Kekurangan dengan memakai alat ini (karung) hasil dari pilahannya sangat minim.



Indikator hasil belajar: setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta diharapkan dapat menjelaskan pengertian etos kerja, tujuan,  fungsi, prinsip,dan cara menumbuhkan etos kerja

  
     
C.   Fungsi Etos Kerja
      Etos kerja dapat dilihat beberapa fungsinya, baik dilandasi dengan teori maupun yang sifatnya urain berdasarkan pendapat sebagai berikut:
  1. Kamus Webster, etos diartikan sebagai keyakinan yang berfungsi sebagai panduan tingkah laku  bagi seseorang, sekelompok, atau sebuah institusi;
  2. Etos kerja berfunsi sebagai konsep tentang kerja atau paradigma kerja yang diyakini oleh seseorang atau sekelompok orang dengan baik dan benar yang diwujudkan melalui perilaku kerja mereka secara khas  (Sinamo, 2003:2);
  3. Secara umum etos kerja berfungsi sebagai alat penggerak tetap perbuatan dan kegiatan individu sebagai seorang pengusaha atau menejer;
  4. A. Tabrani Rusyan (1989) mengemukakan fungsi etos kerja sebagai berikut:
a.    pendorong timbulnya perbuatan;
b.    penggairah dalam aktivitas;
c.    penggerak, seperti; mesin mobil, memotivasi yang akan menentukan cepat atau lambatnya suatu perbuatan.
Di samping itu, yang mendukung fungsi tersebut etos kerja  berhubungan dengan beberapa hal penting sebagai berikut:
1.    Orientasi  ke masa depan, yaitu segala sesuatu direncanakan dengan baik, waktu, kondisi untuk ke depan agar lebih baik daripada kemarin;
2.    Menghargai waktu,  yaitu disiplin waktu yang merupakan hal yang sangat penting demi efisiensi dan efektivitas bekerja;
3.    Tanggung jawab, yaitu memberikan asumsi bahwa pekerjaan yang dilakukan merupakakan sesuatu yang harus dikerjakan dengan ketekunan dan kesungguhan;
4.    Hemat dan sederhana, yaitu sesuatu yang berbeda dengan hidup tidak boros sehingga pengeluaran bermanfaat ke depan;
  5.Persaingan sehat, yakni dengan memacu diri agar pekerjaan yang dilakukan tidak mudah patah semangat dan menambah kreativitas diri ((http://elgorni.wordpress.com/2010/10/22/etos-kerja-definisi-fungsi-dan-cara-menumbuhkan-etos-kerja, diakses 22 September 2011)
D.  Prinsip-prinsip Etos Kerja
            Secara singkat dapat dikemukakan prinsip-prinsip etos kerja yang dapat diaplikasikan dalam organisasi tempat tugas sebagai berikut:
  1. Commitment, yakni  memiliki niat yang kuat dan tidak ada kata menyerah dalam menghadapi tantangan.
  2. Confidence, yakni percaya diri, memiliki keberanian untuk mengambil keputusan dan berani menerima segala resiko (konsekuen).
  3. Cooperative, yakni terbuka dan kerja sama dalam mengembangkan diri.
  4. Care, yakni Sangat perhatian terhadap segala hal meskipun hal-hal yang bersifat kecil.
  5. Creative, selalu mencari terobosan pada hal-hal yang baru.
  6. Challenge, yakni hambatan merupakan sebuah tantangan yang harus dihadapi untuk dipecahkan.
  7. Calculation, yakni setiap tindakan dan keputusan harus dipertimbangkan secara objektif dan  faktual secara teratur.
  8. Communication, yakni selalu menjalin komunikasi dan memperbanyak jaringan kerja (net working).
  9. Competiveness, yakni senang berkompetisi sebagai dasar untuk menjadi orang yang terbaik. Demikian juga sebagai dasar untuk selalu berinteropeksi, mencari kelemahan dan kekurangan dan segera dicari jalan keluarnya.
  10.  Change, yakni tidak takut terhadap perubahan, bahkan memiliki perasaan senang terhadap perubahan (spirit of change). Ia sadar bahwa dunia ini tidak abadi, segala sesuatu akan berubah dan mengalir (M. Yusron, Etos Kerja Personalia Pendidikan;Tela’ah terhadap Kinerja Personalia Pendidikan di Indonesia, diakses 22 September 2011)
E.  Cara Menumbuhkan Etos Kerja
1. Menumbuhkan sikap optimis, di antaranya:
    a. mengembangkan semangat dalam diri;
    b. peliharalah sikap optimis yang telah dimiliki;
    c. memotivasi diri untuk bekerja lebih maju.
2. Jadilah diri Anda sendiri, di antaranya:
    a. lepaskanlah impian;
    b. railah cita-cita yang Anda harapkan.
3. Keberanian untuk Memulai, yaitu:
    a. jangan buang waktu dengan bermimpi;
    b. jangan takut untuk gagal;
    c. Mengubah kegagalan menjadi sukses.
4. Kerja dan Waktu:
    a. menghargai waktu;
    b. jangan cepat merasa puas.
5. Konsesntrasikan diri
6. Bekerja adalah suatu panggilan Tuhan (Khasanah, 2004)
     Di samping itu, sebagai aparatur pemerintah perlu menyadari diri untuk meningkatkan etos kerja dalam organisasi supaya produktivitas kerja dapat meningkat.
       Untuk meningkatkan etos kerja dapat dihayati dan diaplikasikan hal-hal sebagai berikut:
  1. Kesadaran, yakni keadaan mengerti akan pekerjaannya;
  2. Semangat, yakni keinginan untuk bekerja;
  3. Kemauan, yakni apa yang dikehendaki untuk bekerja secara maksimal;
  4. Komitmen, yakni berjanji untuk melaksanakan pekerjaan (janji dalam bekerja);
  5. Inisiatif, yakni dimulai dengan berusaha dan prakarsa dalam bekerja;
  6. Produktif, yakni banyak menghasilkan pekerjaan yang bermanfaat;
  7. Peningkatan, yakni proses, cara atau perbuatan meningkatkan usaha, dan kegiatan dalam bekerja;
  8. Wawasan, yakni konsepsi atau cara pandang tentang bekerja (Siregar, 2000: 24) (http://jurnal-sdm-blogspot.com)
     Selain itu, perlu disinggung kinerja personalia pendidikan yang berkaitan dengan diklat untuk mendukung peningkatkan etos kerja dalam lingkungan organisasi.
      Menyikapi problematika etos kerja dan kinerja personalia pendidikan/diklat, setidaknya ada usaha-usaha yang perlu dikembangkan untuk meningkatkan kualitas etos kerja, di antaranya:
1.    Pembinaan disiplin
     Pemegang kebijakan diklat harus selalu memupuk dan mampu menumbuhkan disiplin personalia/pegawai, terutama disiplin diri. Tindakan-tindakan tersebut dapat dikembangkan dengan cara-cara, yaitu: (a) membantu personalia/pegawai mengembangkan perilakunya, (b) membantu pegawai meningkatkan standar perilakunya, dan (c) konsisten melaksanakan aturan sebagai alat untuk meningkatkan kualitas kerja.
2.    Pemberian motivasi
       Setiap pegawai memiliki karakteristik khusus, yang satu sama lain boleh jadi berbeda. Hal itu memerlukan perhatian khusus dari pemegang kebijakan agar mereka dapat memanfaatkan waktu untuk meningkatkan kinerjanya. Dalam hal ini pemberian motivasi perlu dilakukan sebagai pendorong untuk meningkatkan keefektifan kinerja pegawai.
3.    Pemberian penghargaan (reward)
       Penghargaan sangat penting dalam upaya menumbuhkan etos kerja dan meningkatkan kinerja. Melalui penghargaan ini diransang untuk meningkatkan kinerja yang positif dan produktif. Penghargaan seperti ini biasanya sangat erat kaitannya dengan prestasi yang dicapai oleh pegawai dalam menjalankan tugas.
4.    Persepsi
     Persepsi adalah proses seseorang mengetahui beberapahal melalui pancaindera. Persepsi yang baik  yang dimiliki oleh pegawai akan menumbuhkan iklim kerja yang kondusif dan sekaligus akan meningkatkan kualitas produktivitas kerja (M. Yusron, Etos Kerja Personalia Pendidikan;Tela’ah terhadap Kinerja Personalia Pendidikan di Indonesia, diakses 22 September 2011)
          Selanjutnya, Jansen Sinamo mengemukakan 8 etos kerja profesional dengan ciri-cirinya sebagai berikut:
  1. Kerja adalah rahmat;
  2. Kerja adalah amanah;
  3. Kerja adalah panggilan;
  4. Kerja adalah aktualisasi;
  5. Kerja adalah ibadah;
  6. Kerja adalah seni;
  7. Kerja adalah kehormatan;
  8. Kerja adalah pelayanan (Internet, Pengertian Etos Kerja, diakses  24 September 2011)

    Kemudian sebagai Pegawai Negeri dalam menjalankan tugas harus siap berubah karena tuntutan reformasi birokrasi. Rhenald Kasali dalam bukunya berjudul “Change” mengemukakan beberapa karakteristik tentang manajemen perubahan sebagai berikut:
1.    Perubahan begitu misterius karena tidak mudah dipegang;
2.    Perubahan memerlukan change makers , rata-rata orang yang menciptakan perubahan tidak bekerja sendiri dan mempunyai keberanian yang luar biasa;
3.    Tidak semua orang bisa diajak untuk melihat perubahan;
4.    Perubahan terjadi pada setiap saat, karena itu perubahan harus dilakukan pada setiap saat pula;
5.    Ada sisi keras dan ada sisi lembut dari perubahan.  Sisi keras termasuk masalah uang dan tenologi, sedangkan sisi lembut menyangkut manusia dan organisasi;
6.    Perubahan membutuhkan waktu, biaya, dan kekuatan;
7.    Dibutuhkan upaya-upaya khusus untuk menyentuh nilai-nilai dasar  organisasi;
8.    Perubahan banyak diwarnai oleh mitos-mitos. Salah satunya adalah mitos bahwa perubahan akan selalu membawa kemajuan atau perbaikan instant;
9.    Perubahan menimbulkan ekspektasi yang dapat menibulkan getaran emosi yang harus diimbangi dengan harapan;
10. Perubahan selalu menakutkan dan menimbulkan kepanikan (Internet, Peningkatan Prfesionalisme dan Etos Kerja PNS, diakses 24 September 2011)
   Kemudian bagaimana aplikasi etos kerja pegawai? Sebagai aparatur pemerintah perlu menyadari diri untuk melakasanakan tugas-tugas kedinasan yang diemban  dengan memiliki sikap yang mantap seperti ungkapan  yang dikemukakan oleh H. Asip F. Hadipranata yaitu  sikap SEMANGAT  KERJA  dan PUAS  yang dapat diberi arti sebagai berikut:

S        =  Senang-suka
E        =  Emosi stabil (EQ)
M       =  Mantap melangkah
A        =  Arah maju
N        =  Naikkan prestasi
G        =  Gegap-gempita
A        =  Amankan capaian
T        =  Target bersama

K        =  Karya apapun
E        =  Efek hasilnya
R        =  Reski halal
J         =  Jaya
A        =  Aman tenteram

P        =  Perilaku
U        = Ulang-unggul
A        =  Andal-asyik
S        =  Sykur selalu (Kumpulan bahan TOT Etos Kerja)
Lalu apa makna IKHLAS yang merupakan motto aparatur Kementerian Agama?.  Ungkapan ini merupakan slogan yang sakral jika betul-betul dihayati arti yang terkandung di dalamnya. Ikhlas dapat diinterpretasi tidak ada pengaruh dari eksternal, melainkan murni dari lubuk hati yang mendalam, yaitu:
I          =  Ibadah
KH     = Khidmat melayani
L        =  Legowo
A        =  Amanah
S        =  Sadar (Kumpulan bahan TOT  2007 dan 2009)
F. Latihan
            Peserta berkelompok mengerjakan soal-soal yang tersebut di bawah ini.
     1.  Apa pengertian  etos kerja menurut  Usman Pelly dan Toto Tasmara?
     2.  Sebutkan tujuan etos kerja secara umum !
     3. Jelaskan fungsi etos kerja menurut Tabrani Rusyan!
     4. Etos kerja memiliki beberapa prinsip.  Jelaskan prinsip Creative, competiveness, dan change!
G.  Rangkuman
            Etos kerja merupakan salah satu instrument kerja yang perlu  melekat pada diri pegawai dan totalitas kepribadian diri, cara mengespresikan, memandang, meyakini, memberikan makna, sesuatu yang akan mendorong diri untuk bertindak  dan meraih kerja yang optimal sehingga pola hubungan antara manusia dengan diri dan antara manusia dengan makhluk lainnya dapat terjlin dengan baik.
            Etos kerja yang paling baik ialah merujuk kepada agama, salah satu di antaranya ialah menghargai waktu, termasuk respon yang unik dari seseorang atau kelompok terhadap kehidupan, respon atau tindakan yang muncul dari keyakinan yang diterima, dan respon itu menjadi kebiasaan pada diri seseorang atau kelompok.
            Sebagai aparatur pemerintah dalam melaksanakan tugas-tugas harus mengembangkan prinsip cooperative (kerjasama), keterbukaan dan commitment (memiliki niat yang kuat) dan istiqamah, yakni konsisten dalam menjalankan tugas dan keputusan bersama dijalankan dengan baik sehingga tidak ada di antara mereka merasa dirugikan yang akan berdampak pada keburukan citra organisasi.
H.  Evaluasi
      1. Jelaskan  maksud confidence  dalam menjalankan tugas!
      2. Jelaskan menurut pandangan Saudara tentang pengawai yang sering menunda-nunda pekerjaan
      3. Bagaimana mengaplikasikan konsep “Ikhlas” menurut Sasudara!
      4. Jelaskan  empat etos kerja profesiona!



    
BAB III
KOMPONEN-KOMPONEN KENAL DIRI



Indikator hasil belajar: setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta diharapkan dapat  menjelaskan konsep Johari Window dan diagram Johari Window





           

       Dalam bab ini dibahas dua sub materi pokok yang meliputi:: (1) konsep Johari Window dan  (2)  diagram Johari Window, yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
A. Konsep Johari Window
            Johari Window atau dikenal juga istilah Jendela Johari yang menjelaskan salah satunya ialah keterbukaan seseorang tentang dirinya sendiri atau juga bisa dikatakan cerminan perilaku dalam diri pribadi. Di samping itu, orang  dapat menilai pribadi orang lain, tetapi dirinya sendiri  tidak mampu memberikan penilaian secara objektif
         Hal ini sangat penting dipahami oleh pejabat atau staf dalam organisasi sehingga dalam pergaulan dapat berjalan baik jika antara pejabat dan staf saling memahami diri dan perilaku masing-masing.
         Untuk memberi pemahaman tentang johari Window dapat dijelaskan melalui pandangan Joseph Luft dan Harrington V. Ingham mengatakan bahwa Johari Window ini mencerminkan tingkat  keterbukaan seseorang yang dibagi dalam empat kuadran yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
      1.Open
Open (terbuka), ini memnggambarkan keadaan atau hal yang diketahui diri sendiri dan orang lain. Hal tersebut meliputi sifat-sifat, perasaan-perasaan, dan motivasi-motivasinya. Orang yang open atau terbuka apabila bertemu dengan seseorang akan selalu membuka diri dengan berjabat tangan atau secara formal memperkenalkan diri apabila berjumpa dengan seseorang. Diri yang terbuka, mengetahui kelebihan dan kekurangan diri sendiri, demikian juga orang lain di luar dirinya dapat menganalisisnya.
       2.  Blind
                     Disebut blind (buta) karena orang itu tidak mengetahui tentang sifat-sifat, perasaan-perasaan dan motivasi-motivasinya sendiri padahal orang lain melihatnya. Sebagai contoh, ia bersikap seolah-olah seorang yang sok akrab, padahal orang lain melihatnya begitu berhati-hati dan sangat tertutup, tampak formal dan begitu menjaga jarak dalam pergaulan. Orang ini sering disebut sebagai seorang yang buta karena dia tidak dapat melihat dirinya sendiri, tidak jujur dalam menampilkan dirinya namun orang lain dapat melihat ketidak tulusannya.
3. Hidden
Hidden (tersembunyi) menggambarkan hal-hal atau bagian yang saya sendiri mengetahui, tetapi orang lain tidak mengetahui. Hal ini sering teramati ketika seseorang menjelaskan mengenai keadaan hubungannya dengan seseorang seperti, “Saya ingat betul bagaimana rasanya dikhianati pada waktu itu, padahal saya begitu mempercayainya”. Luka hati masa lalu tidak diketahui orang lain, tetapi ia sendiri tidak pernah melupakannya.
4.    Unknown
Dikatakan unknown (tidak diketahui) karena baik yang bersangkutan, maupun orang lain dalam kelompoknyan tidak mengetahui hal itu secara individu. Sepertinya serba misterius.
                Johari Window atau Jendela Johari juga bisa menjelaskan tingkat keterbukaan seseorang terhadap dirinya sendiri atau orang lain dengan tipe sebagai berikut:
           Tipe  I:
                Tipe ini merupakan orang terbuka. Terbuka kepada orang lain dan terbuka untuk orang lain menilai dan memberi masukan tentang dirinya.
            Tipe  II:
                 Tipe ini merupakan orang yang menyembunyikan  sebagian dari kebenaran tentang dirinya. Artinya ada hal-hal atau bagian yang dia sendiri mengetahui, tetapi orang lain tidak mengetahui. Contohnya, orang yang sakit hati dengan orang lain. Orang lain belum tentu mengetahui, tetapi dia mengetahui.
            Tipe  III:
                 Tipe ini merupakan orang yang buta. Disebut buta karena tidak mengetahui tentang sifat-sifat, perasaan-perasaan dan motivasi-motivasinya sendiri padahal orang lain melihatnya. Contohnya ialah orang yang sok akrab padahal orang lain melihat dia sebagai seorang yang sangat berhati-hati dengan orang lain. Orang lain belum tentu mengetahui, tetaoi dia mengetahui.
            Tipe IV:
                Tipe ini merupakan orang tipe paling tertutup. Tidak mau membuka dirinya keluar maupun menerima pendapat/masukan dari luar. Panggilan tepat untuk yang demikian ialah orang yang misterius.
                      Johari Window merupakan salah satu cara untuk melihat dinamika dari self-awereness (kesadaran diri), yang berkaitan dengan perilaku, perasaan, dan motif orang. Model yang diciptakan oleh Joseph Luft dan Harry Ingham pada tahun 1955 ini berguna untuk mengamati cara kita memahami diri  kita sendiri sebagai bagian dari proses komunikasi.
                       Untuk lebih meperjelas pembahasan di atas, dapat diuraikan kembali istilah kuadran  dengan tidak bertentangan makna dimaksud yang uraiannya dapat dilihat sebagai berikut:
1. Kuadran 1 (Open), hal ini merujuk kepada perilaku, perasaan dan motivasi yang diketahui  oleh diri kita sendiri dan orang lain.
2. Kuadran 2 (Blind), hal ini merujuk kepada perilaku, perasaan, dan motivasi yang diketahui oleh orang lain, tetapi tidak diketahui oleh diri kita sendiri.
3. Kuadran 3 (Hidden), hal ini merujuk kepada perilaku, perasaan, dan motivasi yang diketahui oleh diri kita sndiri, tetapi tidak diketahui oleh orang lain.
4. Kuadran 4 (Unknown), hal ini merujuk kepada perilaku, perasaan, dan motivasi yang tidak diketahui, baik oleh diri kita sendiri maupun orang lain.
           Untuk menggambarkan cerminan perilaku atau sifat-sifat, dapat dilakukan tes Jendela Johari dengan memberi daftar berisi 52 kata sifat kepada subjek tes. Dari 52 kata sifat tersebut, subjek tes akan diminta untuk memilih lima (5) atau enam (6) kata sifat yang paling mencerminkan diri. Anggota peer  dari subjek tes ini  Kemudian akan diberikan daftar yang sama dan diminta untuk memilih lima (5) atau enam (6) kata sifat yang menurut mereka paling menggambarkan pribadi subjek tes. Hasil tersebut  akan dicek silang dan dimasukkan dalam kuadran-kuadran yang tersedia.
       Daftar kata sifat yang dimaksud dapat dipilih sebagai berikut:
1)  Able (Bisa)                         
2)  Accepting   (Diterima)  
3)  Adaptable (Dapat menyesuaikan diri)
4)  Bold (Berani/Tegas)
5)  Brave (Gagah berani)
6)  Calm (Pendiam/tenang)
7)  Caring (Peduli/perhatian/kehati-hatian)
8)  Cheerful (Riang/puas)
9)  Clever (Pintar)
10)  Complex (Rumit)
11)  Confident (Yakin)   
12)  Dependable (Dapat dipercaya)
13)  Dignified (Agung/mulia)
14) Energetic (Penuh semangat)
15)  Extroverted  (Penuh perhatian))
16)  Frienndly  (Ramah)
17)  Giving (Memberi dengan lapang dada)
18)  Happy (Gembira)
19)  Helpful (Berguna)
20)  Idealistic (Idealistik)
21)  Independent (Bebas/tidak terikat)
22)  Ingenious (Kreatif)
23)  Intelligent (Cerdas)
24)  Introverted (Mementingkan diri sendiri)
25)  Kind (Baik hati)
26)  Knowledgeable (Berpengetahuan luas)
27)  Logical (Logis)
28)  Loving (Cinta/kasih-sayang)
29)  Mature (Matang)
30)  Modest (Rendah hati)
31)  Nervous (Gelisah/gugup)
32)  Observant (Teliti/penuh perhatian)
33)  Organized  (Teratur/rapi)
34)  Patient (Sabar)
35)  Powerful (Berkuasa/berpengaruh/kuat)
36)   Proud  (Bangga/sombong/angkuh)
37)  Quiet  (Diam/tenang)
38)  Reflective (Termenung)
39)  Relaxed (Santai)
40)  Religious (Taat kepada agama)
41)  Responsive (Tanggap)
42)  Searching (Memeriksa/cermat/teliti)
43)  Self-assertive (Bersifat menonjolkan diri sendiri)
44)  Self-conscious (Sadar akan diri sendiri)
45)  Sensible  (Masuk akal/bijaksana/sadar/dapat dirasakan)
46)  Sentimental (Penuh perasaan/menyentuh perasaan/nilai tambah)
47)  Shy (Malu)
48)  Silly (Bodoh)
49)  Spontaneous (Spontan)
50)  Sympathetic  (Rasa simpati/setuju)
51)  Tense (Kencang/tegang)
52)  Trustworthy (Dapat dipercaya/amanah)
        Joseph Luft berpendapat bahwa kita harus meningkatkan self-awareness kita dengan mengurangi ukuran dari Kuadran 2  area Blind kita.  Kuadran 2 merupakan area rapuh yang berisikan apa yang orang lain ketahui tentang diri kita, tetapi kita tidak  mengetahuinya, atau lebih kita menganggap tidak ada dan kita tidak  pedulikan. Mengurangi area Blind kita juga berarti bahwa kita memperbesar  Kuadran 1 kita, yaitu Open  yang dapat berarti bahwa self-awareness serta hubungan  interpersonal kita mungkin akan mengalami peningkatan (Internet pada tanggal, 9 Mei 2009 /www.muliapardosi. com)
        Selanjutnya, dapat diuraikan tentang aspek kesadaran diri yang kaitannya dengan Johari Window dengan mengambil contoh “perawat”, yaitu analisis diri perawat adalah kemampuan perawat dalam menilai aspek-aspek  yang dimiliki di dalam dirinya agar dapat melakukan kemampuan diri secara  terapeutik kepada klien.
              Aspek-aspek Analisis Kesadaran Diri Perawat, yaitu:
a.    Kesadaran Diri
      Helper yang efektif ialah mampu menjawab pertanyaan, siapa saya? Perawat adalah orang yang care atau hati-hati akan kebutuhan pasien, baik  biologi, psikologik,  dan sosiokultural dengan melihat rata-rata penampilan yang dimilikinya. Perawat belajar tentang kecemasan, kemarahan, kesedihan, dan kegembiraan dalam membantu pasien terhadap kontinyu sehat dan sakit.
       Kesadaran diri merupakan kunci penampilan perawat psikiatri, tujuannya agar perawat memiliki bukti otentik, komunikasi terbuka dan komunikasi diri. Perawat harus dapat mengerti tentang perasan diri, tindakan dan reaksi. Di samping itu, dapat menerangkan pula kemampuan emosional (MacCulloch, 1998). Yang baik ialah perawat dapat mengerti dan menerima pasien dengan perbedaan dan keunikannya sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki.
       Campbell (1980) mendefinisikan kesadaran diri menurut model keperawatan secara holistik meliputi komponen psikologik, fisik, lingkungan, dan filosopi
1) Komponen psikologik, termasuk pengetahuan, emosi, motivasi, konsep diri,  dan personaliti
2) Komponen fisik, yaitu: pengetahuan tentang fisiologi personal dan umum, juga termasuk  sensasi tubuh, gambaran diri, dan potensial fisik.
3) Komponen lingkungan, yaitu berisi tentang lingkungan sosiokultural, hubungan dengan orang lain , dan pengetahuan tentang hubungan antara manusia dan alam.
4) Komponen filosopi, ialah perasaan tentang makna kehidupan. Filosopi diri berupa tentang kehidupan dan kematian, baik yang disadari maupun yang tidak disadari  termasuk kemampuan superior, tetapi juga meliputi tanggung jawab terhadap perilaku baik secara etik dan nyata.
         Semua komponen tersebut merupakan model yang dapat digunakan untuk meningkatkan kesadaran diri dan perkembangan diri perawat dan pasien untuk mengerti akan dirinya.
         Peningkatan kesadaran diri dapat dilihat dari Johari Window, yang diistilahkan kuadran, yaitu Kuadran 1 ialah kuadran yang terbuka: perilaku, perasaan, dan pikiran yang diketahui oleh individu dan orang lain, kudran 2 disebut kuadran buta karena semuanya hanya diketahui oleh orang lain, sedangkan individu tidak mengetahui. Kuadran 3 adalah kuadran rahasia yaitu berpikir tentang dirinya, yakni hanya diketahi oleh individu itu sendiri, sedangkan kuadran 4 adalah kuadran yang tidak diketahui, yaitu aspek yang berisi tentang diri yang tidak diketahui oleh individu dan orang lain. Keempat kuadran ini merupakan penampilan yang ada pada total diri individu
       Perubahan satu kuadran memberikan efek pada semua kuadran lainnya, jika kuadran 1 kecil, maka komunikasinya buruk  Belajar tentang arti diri sendiri terhadap perubahan yang terjadi dari tempatnya, jika kuadran 1 lebih besar dan satu atau kuadran lainnya lebih kecil
         Tujuan meningkatan kesadaran diri dengan cara memperbesar Kuadran 1 dan mengecilkan Kuadran yang lainnya. Caranya meningkatkan pengetahuan diri, diperlukan dengan belajar  tentang diri sendiri, individu perlu menampilkan keikhlasan dalam menampilkan emosinya, mengidentifikasi kebutuhan dan kemampuan personal, dan penampilan bentuk tubuh terhadap kebebasan, kegembiraan, dan spontan. Yang termasuk penampilan personal  meliputi: pikiran, perasaan, memori dan rangsangan.
       Tahap berikutnya ialah memperbaiki kuadran 2 yaitu belajar dan mendengar orang lain. Pengetahuan tentang diri tidak bisa diketahui oleh diri sendiri, juga berhubungan dengan orang lain, individu mempelajari diri sendiri, juga belajar untuk mendengar secara aktif dan terbuka menerima umpan balik dari orang lain
        Step terakhir adalah memperbaiki kuadran 3 yaitu membuka diri, atau bertukar pikiran dengan orang lain tentang aspek dirinya. Keterbukaan diri merupakan tanda individu sehat dan pencapaian kesehatan pribadi/diri.
b.    Klarifikasi Nilai
           Perawat harus mampu menjawab “apa yang penting untuk saya?”. Kesadaran membantu perawat untuk sayang dan tidak menjauhi pasien dan membantu sesuai dengan kebutuhannya. Perawat menjauhi godaan yang menggunakan pasien untuk menjaga kepuasan atau keamanan diri pasien.
            Sistem niali, nilai merupakan konsep dibentuk yang diakibatkan dari penampilan kehidupan keluarga, teman, budaya, pendidikan, pekerjaan, dan istirahat. Nilai tergantung pada individu mempersepsepsikannya. Nilai antara positif dan negatif sangat berbeda. Masyarakat lebih cenderung menyukai nilai yang berasal dari keyakinan agama, kedekatan keluarga, pandangan seksual, kelompok etnik lainnya dan keyakinan akan peran jenis kelamin.
          Sistem nilai memberikan kerangka kerja untuk pengembilan keputusan dan melaksanakan keputusan tersebut. Kesadaran akan sistem nilai, perawat harus dapat mengindetifikasikan sistem nilai yang terjadi pada saat timbulnya komplik.
          Proses klarifikasi nilai, mengertii akan nilai diri sendiri dapat mempermudah untuk melakukan klarifikasi nilai yang dimiliki. Individu dapat lebih mendalam mengenal nilai yang dimiliki melalui pengkajian, ekspolorasi, dan mengartikan apa itu nilai dan membuat prioritas dalam melakukan proses pengambilan keputusan. Klarifikasi nilai lebih menfokuskan pada proses nilai yang terjadi, atau bagaimana mempunyai nilai dan dapat dipergunakannya.
          Proses pendewasaan nilai, proses nilai tergantung pada pendewasaan diri secara kompleks dan pilihan adalah sangat membingungkan dan sulit. Tidak adanya jaminan dalam pilihan yang dibuat dapat mempengaruhi aktualisasi diri.
           c.  Eksplorasi Perasaan
                      Eksplorasi perasaan membantu seseorang untuk mempersiapkan objektif secara komplit dan sikap yang sangat  berpengaruh. Ini menggambarkan tentang ketidakbenaran. Objektif yang komplit dan sikap yang sangat berpengaruh dijabarkan sebagai seseorang adalah tidak responsif, kesalahan, mudah ditemui, tidak mengenal orang tertentu, dan menjauhkan dari diri sendiri, di mana mutu hubungan terapeutik. Dengan demikian, perawat sangat terbuka, sadar, dan kontrol diri akan perasaannya di mana dapat membantu pasien.
                     Perasaan perawat merupakan tujuan penting untuk membantu pasien. Perasaan merupakan tolak ukur untuk umpan balik dan hubungan dengan orang lain, membantu orang lain, dan perawat akan menggunakan perasaannya.
          d.. Role Model
                    Dikatakan bahwa kekuatan peran perawat merupakan model sosial dari rentang perilaku adaptif samapai dengan maladaptif. Perawat menggunakan diri untuk menjadi model yang adaptif dan perkembangan perilaku.
                   Role model tidak berhubungan dengan kemampuan total dari norma lokal atau kebahagiaan hidup, isi sepenuhnya dalam kehidupan efektifnya peran perawat dapat dilakukan dengan penuh dan kepuasan kehidupan diri yang tidak dinominasi oleh komplik, distress atau pengingkaran, dan juga pendekatan perawat dalam kehidupannya dapat mengembangkan kemampuan, harapan dan adaptasi.
         e. Altruisme
                   Perawat harus menjawab, mengapa kamu ingin menolong orang lain?  Penolong yang baik harus interes dengan orang lain dan siap menolong dengan cara mencintai manusia tersebut. Secara benar bahwa seseorang selama hidupnya membutuhkan kepuasan dan penyelesaian kerja yang dilakukan. Tujuannya ialah mempertahankan keseimbangan antara kedua kebutuhan tersebut.
                     Altruisme lebih menitipkan pada kesejahteraan orang lain. Tidak diartikan secara altruistik.diri dan juga tidak menampilkan kompensasi yang adekuat dan pengulangan atau peningkatan secara praktis atau pengorbanan diri. Dengan perkataan lain, altruisme dapat diasumsikan sebagai bentuk perubahan sosial yang dibuat untuk manusia dalam bentuk kebutuhan akan kesejahteraan.
          f. Etik dan Tanggung Jawab
                    Keyakinan diri pada seseorang dan masyarakat memberikan berupa kesadaran akan petunjuk untuk melakukan tindakan. Kode untuk perawat umumnya menampilkan penguatan nilai hubungannya dengan klien (pasien) dan tanggung jawab serta pemberian pelayanan yang merupakan rujukan untuk semua perawat dalam memberikan penguatan untuk kesejahteraan pasien dan tanggung jawab sosial. Pilihan etik bertanggung jawab dalam menentukan pertanggungjawaban, resiko, komitmen, dan keadilan. Hubungan perawat dengan etik adalah hubungan akan tanggung jawab untuk mengubah perilaku, (Internet pada tanggal 9 Mei 2009/www.inna-ppni.or.id/penulis Mustikasari)
 B.  Diagram Johari Window
                Diagram Johari Window yang dimaksud dalam modul ini ialah gambar yang terdiri atas empat kotak persegi empat yang gambarnya dapat dilihat sebagai berikut:

                                                                                                                



                                                               
A
        +   +
B
          +
          _
C
            _
            +
D
          _
          _
                          
                           Keterangan gambar:
                           A  + + =  Open  (terbuka)
                           B  +.=  Blind  (buta)
                                -
                           C. - =  Hidden (tersembunyi)
                               +
                           D   - =  Unknown (tidak diketahui/gelap)
                                -                   
                  
                         Untuk lebih jelasnya dapat diuraikan satu persatu bahwa “Open” orang yang terbuka, membuka diri, dan  terbuka untuk orang lain memberi penilaian, yakni yang bersangkutan ialah orang yang lapang dada. Dengan perkataan lain bahwa open merupakan publik,  artinya  apa yang saya ketahui, orang lain juga mengetahui. Umpamanya, Ilmu yang saya pahami, orang lain juga memahami. Demikian juga diri pribadi, sifat-sifat, dan perasaan sama-sama saling mengenal.
                    Mengenai  “Blind” ialah orang yang buta tentang dirinya sendiri, sedangkan orang lain mengetahuinya. Jadi, orang lain mengetahui, baik sifat-sifat positif mauoun sifat-sifat negatif termasuk perasaan dan motivasi pribadi tidak bisa disembunyikan. Oleh karena itu, penilaian yang benar terhadap diri pribadi seseorang berada pada orang lain.
                    Mengenai “Hidden” ialah hal yang saya sendiri ketahui, orang lain tidak mengetahui atau bisa dikatakan hal ini merupakan subjektif, artinya apa yang saya ketahui belum tentu benar, tetapi, menurut pemahaman saya benar. Jadi, penilaian saya terhadap diri pribadi seseorang saya mengetahui.
                    Contoh: “Saya pernah dikhianati oleh orang yang saya percaya pada masa lalu”. Luka hati masa lalu itu tidak diketahui oleh orang, tetapi saya sendiri tidak pernah melupakannya.
                     Mengenai “Unknown”  ialah sesuatu hal yang menggambarkan gelap karena baik yang bersangkutan (dalam diri pribadi) maupun orang lain dalam kelompoknya tidak mengetahui hal itu secara individu, yakni semua serba misterius. Diumpamakan dalam satu kelompok  bahwa tidak memiliki pengetahuan tentang organisasi. Oleh karena itu, perlu bekerja sama untuk mencari ilmu tentang organisasi.
                  Dengan demikian, diagram Johari Window di atas dapat menjadi cermin untuk mengukur pribadi mengenai sifat-sifat yang dimilki, baik sifat-sifat yang terpuji maupun sifat-sifat yang tercela. Sifat-sifat yang tercela sedapat mungkin dibuang supaya hubungan dengan individu dan  kelompok dalam organisasi dapat stabil dan harmonis.
                    Persi lain tentang diagram Johari Window (Hadipranata, 2009)
A
         + +
B
            +
            _
C
           _
           +
D
             _
             _

                                    Keterangan:
                                A  + + =  Kemampuan objektif
                                B.  +   =  Kemampuan subjektif
                                      _
                              
                                C   _ =  Kemampuan relative
                                     +
                                D   _ =  Kemampuan obsolut
                                     _
      
                       Kemampuan objektif (A) di atas merupakan kemampuan bersama yang boleh dikembangkan, yakni ada kesamaan pandangan, atau dibaratkan ilmu yang dimiliki oleh individu dan orang lain sama sehingga di antara mereka saling mengetahui, saling keterbukaan, dan dapat dinilai secara objektif. Dengan demikian, diri individu diketahui oleh diri sendiri dan orang lain melalui penilaian orang lain.
                       Kemampuan subjektif (B) di atas merupakan kemampuan yang masih dikira atau diasuasumsikan. Penilaian seseorang terhadap individu belum tentu tepat menurut yang bersangkutan. Tetapi, orang lain menilai bahwa yang bersangkutan memilki sifat atau kepribadian yang positif dan negatif. Oleh karena itu, kebenaran penilain tentang diri individu berada pada orang lain, sedangkan individu tidak mampu melihat kekurangan dirinya  sendiri.
                       Mengenai kemampuan relatif (C) di atas merupakan kemampuan yang masih fleksibel karena yang bersangkutan hanya mengakui kelebihan dirinya sendiri, sementara kekurangannya tidak diketahui. Jadi, pengakuan pada dirinya masih relatif benar. Akan tetapi, jika umpamanya individu yang bersangkutan memiliki  kelebihan berupa ilmu pengetahuan, maka individu itu harus menularkan ilmunya kepada orang lain.
                        Mengenai kemampuan absolut (D) di atas ialah kemampuan yang bisa berubah sebab kemampuan seseorang tidak bisa bertahan atau stabil selama-lamanya, baik kemampuan individu maupun kelompok.
                       Kemampuan absolut dalam kelompok ini perlu pembenahan diri untuk  mencari apa yang sebenarnya terjadi pada diri mereka, yakni berusaha berubah  sehingga perilaku dalam kehidupan organisasi dapat berbaur dengan orang-orang yang ada di sekitar mereka.


C.  Latihan
         1.  Setiap peserta memilih enam kata sifat yang sesuai dengan dirinya yang terdapat pada Bab II dalam modul ini.
         2. Setiap peserta memberikan penilaian terhadap temannya dengan menulis sifat yang positif atau negatif.
         3. Saudara  berkelompok untuk menggambar  diagram Johari Wiondow dengan mengisi kotak  A, B, C, dan D.
D  Rangkuman
           Dalam rangkuman ini merupakan bentuk pedoman/petunjuk untuk menginstropeksi diri
           Untuk mengenal diri sendiri terlebih dahulu mempersiapkan diri untuk merenungkan  diri sendiri dengan mengemukakan beberapa pertanyaan tentang diri pribadi, baik sifat positif maupun negatif.
           Teori Johari Window cukup menjadi pemandu untuk mengenal diri pribadi sehingga siapapun menganut teori ini dapat menilai diri sendiri dan merasa dinilai oleh  orang lain sehingga dalam pergaulan sehari-hari berusaha berperilaku positif.
            Teori Johari Window mengharapkan  individu antara individu, antara individu  dengan kelompok, antara kelompok dengan kelompok supaya mewujudkan saling keterbukaan, saling memberi saran-saran dalam pergaulan, baik pergaulan dalam organisasi maupun pergaulan dalam lingkungan rumah tangga dan lingkungan sosial kemasyarakatan.
              Konsep Johari Window dikenal dalam empat kuadran, yaitu: (1) open (terbuka), ini menggambarkan keadaan atau hal yang diketahui diri sendiri dan orang lain, (2) blind, disebut  blind (buta) karena orang itu tidak mengetahui tentang sifat-sifat, perasaan, dan motivasi-motivasinya sendiri padahal orang lain melihatnya, (3) hidden (tersembunyi),  menggambarkan hal-hal atau bagian yang saya sendiri mengetahui, tetapi orang lain tidak mengetahui, dan (4) unknown (tidak diketahui/gelap), dikatakan tidak diketahui karena baik yang bersangkutan maupun orang lain dalam kelompoknya tidak mengetahui hal itu secara individu
E. Evaluasi
     1. Jelaskan secara singkat tentang pengertian Johari Window!      
     2. Menurut pandangan Joseph Luft dan Harrington V. Ingham bahwa Johari Window dibagi dalam empat kuadran. Sebutkan empat kuadran itu!
     3. Apa yang dimaksud dengan kesadaran diri menurut model keperawatan yang dikemukakan oleh Campbell?
























                                                                BAB  IV
MOTIVASI PENGEMBANGAN DIRI




Indikator hasil belajar: setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta diharapkan dapat menjelaskan  definisi kepribadian dan asas-asas kepribadian







               Dalam bab ini dibahas dua sub materi pokok  yang meliputi: (1) definisi kepribadian dan (2) asas-asas kepribadian, yang uraiannya sebagai berikut;
A.  Definisi Kepribadian         
     
           1. Secara Umum
                      Kepribadian adalah sifat mendasar yang tercermin dari perilaku seseorang atau suatu bangsa yang merupakan ciri atau bangsa tersendiri (Salim dan Yenny Salim, 1991: 1190)
                      Personality  berasal dari bahasa Latin “Persona” yang berarti mask (topeng). Mengapa itu topeng? Jawabannya sangat banyak, tetapi ada yang mengatakan bahwa apa yang dinamakan kepribadian  seseorang sebenarnya adalah suatu selubung atau tabir yang menutupi apa yang sebenarnya ada dalam jiwa seseorang. Kepribadian yang ditampilkan sebenarnya adalah sesuatu yang telah dimodifikasi oleh individu (sadar dan tidak sadar) agar sesuai dengan harapan lingkungan (Internet tanggal 8 Mei 2009/tertobhades. wordpress.com/2007/02/16/dimensi-kepribadian).
                      Konteks asli dari kepribadian adalah gambaran eksternal dan sosial, hal ini diilustrasikan berdasarkan peran sesorang yang dimainkannya dalam masyarakat. Pada dasarnya manusialah yang menyerahkan sebuah kepribadian kepada masyarakat dan masyarakat akan menilainya dengan
                  kepribadian tersebut (Internet, diperoleh  pada tanggal 16  Mei 2009/http/salehlapadi.wordpress.com/2007/02/25/peran-lingkungan-keluarga-dalam-membentuk-kepribadian-anak/.)
           2. Kepribadian   menurut Psikologi,
                       Teori dari George Kelly yang memandang bahwa kepribadian sebagai cara yang unik dari individu dalam mengartikan pengalaman-pengalaman hidupnya.  Sementara Gordon Allport  merumuskan kepribadian sebagai sesuatu yang terdapat dalam diri individu yang membimbing dan memberi arah kepada seluruh tingkah laku individu yang bersangkutan.
                        Definisi kepribadian menurut Allport  lebih detail mengatakan bahwa kepribadian adalah suatu organisasi yang dinamis dari sistem psikofisik individu yang menentukan tingkah laku dan pikiran individu secara khas.
                        Allport menggunakan istilah sistem psikofisik dengan maksud menunjukkan bahwa jiwa dan raga manusia adalah suatu sistem yang terpadu dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain, serta di antara keduanya selalu terjadi interaksi dalam mengarahkan tingkah laku.       Istilah khas menurut Allport dalam batasan kepribadian itu memiliki arti bahwa setiap individu memiliki kepribadiannya sendiri. Tidak ada dua orang yang berkepribadian sama, dan tidak ada dua orang yang berperilaku sama.
                        Sigmund Freud memandang bahwa kepribadian sebagai suatu struktur yang terdiri atas tiga sistem, yaitu: Id, Ego, dan Superego. Tingkah laku menurut Freud, tidak lain merupakan hasil dari konflik dan rekonsiliasi ketiga sistem kepribadian tersebut.
                         Dari sebagian besar teori kepribadian di atas dapat diambil kesamaan sebagai berikut (E. Koswara):
(1)  Sebagian beasar batasan melukiskan kepribadian sebagai suatu struktur  atau organisasi hipotesis, dan tingkah laku dilihat sebagai sesuatu yang diorganisasi dan diintegrasikan oleh kepribadian. Atau dengan kata lain,bahwa kepribadian dipandang sebagai organisasi yang menjadi penentu atau mengarah kepada tingkah laku kita.
(2)   Sebagian besar batasan menekankan perlunya memahami arti perbedaan-perbedaan individual. Dengan istilah kepribadian, keunikan dari setiap individu ternyatakan. Dan melalui studi tentang kepribadian, sifat-sifat atau kumpulan sifat-sifat individu yang membedakannya dengan individu lain diharapkan dapat menjadi jelas atau dapat dipahami. Para teoris kepribadian memandang bahwa kepribadian sebagai sesuatu yang unik dan atau khas pada diri seseorang.
(3)   Sebagian besar batasan menekankan pentingnya melihat kepribadian dari sudut “sejarah hidup”,  perkembangan, dan perspektif. Kepribadian, menurut teoris kepribadian, merepresentasikan proses keterlibatan subjek atau individu atas pengaruh-pengaruh internal dan eksternal yang mencakup faktor-faktor genetik atau biologis, pengalaman-pengalaman sosial, dan perubahan lingkungan. Dengan perkataan lain bahwa corak dan keunikan kepribadian individu itu dipengaruhi oleh faktor-faktor bawaan dan lingkungan (Internet tanggal 15 Mei 2009/http/trescent.wordpress.com/2007/08/07/arti-dan-definsi-kepribadian/.)
            Selain dari pengertian di atas, dapat pula dikemukakan beberapa dimensi kepribadian sebagai berikut:
a.. Conscious/unconscious (Sadar/ tidak sadar)
          Sadar dan tidak sadar ialah dimensi yang sejak lama ada dalam teori kepribadian. Para pendukung Psikoanalitis (Freud,Jung, Homey) adalah orang-orang yang menekankan bahwa kepribadian dikontrol oleh proses yang tidak disadari. Sementara Psikologi aliran Humanisme menekankan pada faktor kesadaran sebagai pembentuk kepribadian (Allport, Rogers, dan Maslow).
   b.Heredity/environment (Keturunan/ lingkungan)
           Pada dasarnya hampir semua teori kepribadian mengakui faktor keturunan sebagai penentu kepribadian seseorang. Akan tetapi, kalangan Behaviorist mengatakan bahwa kepribadian dapat dipahami tanpa harus mempertimbangkan faktor genetik dan biologis. Rogers dan Bandura menekankan pada lingkungan sosial, di mana kepribadian adalah suatu proses belajar sosial.
  c.Acquisition/process of learning (Kemahiran/ proses belajar)
            Teori Behaviorisme lebih menekankan pada proses belajar yang membentuk suatu kepribadian, yaitu cara bagaimana suatu tingkah laku dimodifikasi. Dan biasanya teori-teori kepribadian mengakui peran proses belajar dalam pembentukan suatu kepribadian. Walaupun demikian, ada beberapa teori yang juga menekankan pada acquisition of behavior, misalnya Cattel dan Murray.
  d. Past/present (Lampau /sekarang)
           Sigmund Freud pendiri Psikoanalisis yang mengatakan bahwa kepribadian adalah hasil dari bentukan masa lalu, yaitu masa lima tahun pertama kehidupan. Setelah masa itu, kepribadian hanyalah ulangan atau fiksasi dari apa yang didapat dulu. Pandangan ini menjadi pegangan dalam aliran Psikoanalisis. Sementara Lewin dan Allport mengatakan bahwa yang terpenting dari kepribadian bukanlah masa lalu, tetapi masa kini.
   e Person/situation (Orang/situsi)
        Dimensi ini menekankan pada proses di mana kepribadian itu terbentuk. .Penekanan pada person berarti kepribadian adalah bentukan dari inner process yang terjadi  dalam diri individu, sementara penekanan pada  situation berati bahwa kepribadian adalah bentukan dari faktor lingkungan sosial di mana individu itu berada. Meskipun demikian,  ada juga yang menjadikan kedua dimensi itu sebagai dasar pembentukan suatu kepribadian. Fromm dan Skinner  misalnya, menekankan pada faktor sosiokultural dalam kepribadian, sementara Sheldon dan Binswanger lebih menekankan pada faktor biologis internal dalam diri individu.
   f. Holistic/analytic
            Dimensi holistik menyaratkan bahwa suatu tingkah laku hanya dapat dimengerti berdasarkan konteksnya, dan juga segala sesuatu yang dilakukan oleh individu berhubungan dengan fungsi-fungsi fisiologis dan biologisnya. Sementara dimensi analitik berpendapat bahwa suatu tingkah laku bisa saja dipelajari dan didapat secara terpisah dari tingkah laku yang lainnya. Mereka yang beraliran analitik misalnya ialah Lewin dan Binswanger.
  g.Normal/abnormal
             Banyak juga teori kepribadian yang menekankan pada abnormalitas suatu kepribadian. Dengan mempelajari abnormalitas itu, maka pemahaman tentang orang normal dapat diperoleh. Perbedaan normal/abnormal dapat dilihat secara kualitatif,yaitu melihat seberapa jauh hal-hal patologis dalam kepribadian itu berbeda dari yang normal. Allport dan Cattel, misalnya, menekankan pada orang-orang normal.(Internet, tanggal 8 Mei 2009/http/fertobhades. Wordpress. Com/2007/02/16/dimensi-kepribadian)
B.   Asas-Asas Kepribadian
                 Sebenarnya asas kepribadian itu tidak lepas dari kaitannya dengan mental. Kepribadian itu merupakan kesesuaian antara sikap mental dan nilai-nilai moral dengan perbuatannya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar