PENGARUH
MOTIVASI TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA
1 Latar Belakang
Penelitian
Pegawai Negeri Sipil adalah salah
satu elemen yang memegang tanggung jawab dalam suatu organisasi, baik itu dalam
perencana, pelaksana dan penggerak serta sekaligus bertindak sebagai pengawas
dalam pembangunan bangsa ini. Mereka tersebar diberbagai departemen, lembaga
tinggi, dan instansi pemerintahan dari pusat sampai ke pelosok tanah air dan
menjadi tulang pembangunan nasional.
Sehubungan dengan peran, fungsi, dan
kedudukan Pegawai Negeri Sipil (PNS), sangat menentukan sukses atau tidaknya
program pembangunan. Oleh karena itu, kepadanya perlu diberikan motivasi demi
mencapai produkitivitas kerja yang tinggi demi suksesnya program pembangunan
nasional. Di samping itu, para pengelola pembangunan tidak hanya memerlukan
pengetahuan dan keahlian di bidang ekonomi, politik, sosial dan teknologi,
namun juga ditunjang administrasi yang baik dalam perencanaan maupun dalam
pelaksanaannya. Rencana kebijaksanaan yang bagaimanapun idealnya, juga tidak
disertai dengan kemampuan dan keterampilan aparat, maka akan cenderung
mengalami kegagalan. Dengan dimikian, dapat dikatakan sukses atau tidaknya
kegiatan pemerintahan dan pembangunan, sangat ditentukan oleh kemampuan dan
produktivitas kerja pegawai.
Sejalan dengan restrukturisasi yang dilakukan, dibutuhkan peningkatan produktivitas
kerja pegawai agar dapat melaksanakan tugas yang ada dengan sebaik mungkin.
Oleh karena itu, perlu diperhatikan sikap dasar pegawai terhadap diri sendiri,
kompetensi, pekerjaan saat ini serta gambaran mereka mengenai peluang yang
dapat diraih dalam struktur organisasi yang baru. Namun, tidak dapat dipungkiri
juga bahwa perubahan struktur organisasi yang baru dapat mengakibatkan
ketegangan dan kecemasan karena
menghadapi sesuatu yang berbeda dari sebelumnya.
Pada dasarnya setiap instansi pemerintah,
bukan saja mengharapkan pegawai yang mampu, cakap, dan terampil tetapi yang
terpenting mereka mau bekerja giat dan berkeinginan mencapai hasil kerja yang
optimal. Untuk itu, pimpinan hendaknya berusaha agar pegawai mempunyai motivasi
tinggi untuk melaksanakan tugas atau pekerjaannya. Disinilah pentingnya peranan
motivasi untuk mendorong semangat kerja pegawai dalam menyelesaikan
pekerjaannya.
Motivasi pada suatu organisasi
bertujuan untuk mendorong semangat kerja para pegawai agar mau bekerja keras
dengan memberikan semua kemampuan dan ketrampilan demi terwujudnya tujuan suatu
organisasi. Pimpinan yang mengarahkan pegawainya dengan memberikan motivasi
akan menciptakan kondisi dimana pegawai merasa mendapat inspirasi untuk bekerja
keras. Pegawai yang mempunyai motivasi tinggi merupakan salah satu syarat jika
hasil-hasil kerja yang tinggi ingin dicapai secara konsisten.
Pimpinan akan melakukan pendekatan
kepemimpinan yang mencerminkan suatu kesadaran bahwa produktivitas melalui
pegawai merupakan bagian utama dan tidak dapat digantikan untuk mencapai tujuan
organisasi. Pemberian motivasi kepada
para pegawai akan saling berbeda sesuai dengan tingkat pendidikan dan
jabatannya. Memotivasi bawahan dilakukan dengan memberikan tanggung jawab dan
kesempatan yang luas bagi pegawai untuk mengambil keputusan dalam menyelesaikan
pekerjaannya. Motivasi menjadi sangat penting karena dengan motivasi diharapkan
setiap pegawai mau bekerja keras dan antusias untuk mencapai produktivitas
kerja yang maksimal. Motivasi akan memberikan inspirasi, dorongan, dan semangat
kerja bagi pegawai sehingga terjalin hubungan kerja yang baik antara pegawai
dan pimpinan sehingga tujuan organisasi dapat tercapai secara maksimal.
Motivasi kerja pegawai juga
berkenaan dengan tuntutan masyarakat sebagai pengguna jasa layanan yang selalu
menginginkan untuk memperoleh pelayanan prima. Disinilah pentingnya pegawai
yang profesional mampu memberikan pelayanan prima baik secara kualitas maupun
kuantitas. Masalahnya adalah pegawai kita sendiri yang menjadi hambatan dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat. Hambatan yang kemudian melahirkan citra
birokrasi yang rendah tersebut antara lain terdapat pada rendahnya
produktivitas kerja, buruknya pelayanan publik yang diberikan, rendahnya
responsivitas dan responsibiltas, serta akuntabilitas birokrasi yang rendah.
Produktivitas
kerja merupakan pemanfaatan atau penggunaan sumber daya pegawai secara efektif
dan efisien, ketepatan atau keserasian penggunaan metode atau cara kerja
dibandingkan dengan alat atau waktu yang tersedia dalam rangka mencapai tujuan.
Seorang yang memiliki produktivitas kerja yang tinggi akan memperlihatkan sikap
yang positif terhadap pekerjaanya, sedangkan yang tidak puas akan
memperlihatkan sikap yang negatif terhadap pekerjaanya itu sendiri.
Produktivitas yang
tinggi merupakan cerminan pegawai yang merasa puas akan pekerjaanya dan akan
memenuhi semua kewajibanya sebagai pegawai atau mempunyai disiplin yang baik.
Salah satu faktor pendukung terciptanya produktivitas kerja pegawai yang tinggi
adalah pemberian motivasi kepada pagawai.
Berkaitan dengan hal di atas, salah
satu variabel yang berpengaruh terhadap produktivitas kerja pegawai adalah
pemberian motivasi. Meningkatkan pemberian motivasi pada pegawai pada akhirnya
akan membetuk Pegawai Negeri Sipil yang produktif, kerja sama dan saling
pengertian yang terjalin dengan baik oleh para pegawai akan memperlancar proses
setiap kegiatan atau pekerjaan sehingga peran Pegawai Negeri Sipil sebagai
pelayan masyarakat akan terlaksana dengan baik.
Berdasarkan uraian di
atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian
2
Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah di atas,
maka yang menjadi rumusan masalah pokok dalam penelitian ini adalah: Seberapa
besarkah pengaruh motivasi bterhadap produktivitas kerja
3
Maksud dan Tujuan Penelitian
3.1. Maksud Penelitian
Maksud
dalam penelitian ini adalah untuk memperoleh data mengenai motivasi kerja yang
berpengaruh terhadap produktivitas kerja
3.2. Tujuan Penelitian
Adapun
tujuan dari penelitian ini, yaitu untuk mengetahui seberapa besar pengaruh
motivasi terhadap produktivitas kerja
4 Kegunaan Penelitian
Penelitian
ini diharapkan memberikan kegunaan sebagai berikut:
1) bahan pertimbangan dalam
pemberian motivasi dalam rangka peningkatan produktivita kerja pegawai.
2) Bagi
penulis atau peneliti, yakni:
a. Sebagai sarana menambah pengetahuan
teoritis tentang motivasi dan produktivitas
kerja pegawai.
b. Sebagai sarana pengembangan ilmu
pengetahuan yang secara teoritis telah diterima
3) Bagi
pembaca, yakni dapat dijadikan sebagai acuan atau bahan perbandingan untuk melakukan
penelitian yang relevan selanjutnya.
TINJAUAN PUSTAKA
1 Pengertian Motivasi
Menurut Hasibuan (2006: 141)
motivasi berasal dari kata latin Movere yang
artinya dorongan atau mengarahkan. Motivasi ditunjukan pada sumber daya manusia
umumnya dan bawahan khususnya. Motivasi mempersoalkan bagaimana
caranya mengarahkan daya potensi bawahan, agar mau bekerja sama secara
produktif, berhasil mencapai dan mewujudkan tujuan yang telah ditentukan.
Hasibuan (2006:
141) juga berpendapat bahwa motif adalah suatu perangsang keinginan dan
daya penggerak kemauan kerja seseoarang.
Perbedaan pengertian keinginan dan kebutuhan adalah keinginan dari setiap orang
berbeda karena dipengaruhi oleh selera, latar belakang dan lingkungannya, sedangkan kebuthan dari
setiap orang adalah sama. Misalnya semua orang butuh makan, tetapi jenis
makanan yang diinginkan (want) tidak
selalu sama tergantung pada selera masing-masing individu. Hal inilah yang
menyulitkan manajer untuk memberikan alat motivasi yang tepat bagi setiap
individu bawahannya.
Lebih spesifik
lagi menurut Hasibuan (2006: 163) bahwa motivasi mempunyai sub variabel yaitu:
a.
Motif adalah suatu perangsang keinginan (want) dan daya penggerak kemauan bekerja seseoarang.
Setiap motif mempunyai tujuan tertentu yang ingin dicapai.
b.
Harapan (expectacy)
adalah suatu kesempatan yang diberikan terjadi karena perilaku untuk
tercapainya tujuan
c.
Insentif, yaitu memotivasi (merangsang) bawahan dengan
hadiah (imbalan) kepada mereka yang berprestasi diatas
prestasi standar. Dengan demikian semangat kerja akan meningkat karena umumnya manusia senang menerima yang
baik- baik saja.
Menurut H. Nawawi (2008:351) kata
motivasi (motivation) kata dasarnya adalah motif (motive) yang berarti
dorongan, sebab atau atasan seseorang melakukan sesuatu. Dengan demikian motivasi
berarti suatu kondisi yang mendorong atau menjadi sebab seseorang melakukan
suatu perbuatan/kegiatan, yang berlangsung secara sadar.
Dari pengertin tersebut berarti pula
semua teori motivasi bertolak dari prinsip utama bahwa manusia hanya melakukan
suatu kegiatan, yang menyenangkannya untuk dilakukan.Prinsip itu tidak menutup
kondisi bahwa dalam keadaan terpaksa seseorang mungkin saja melakukan sesuatu
yang tida disukainya.
Motivasi menurut Sedarmayanti (2007:
233) adalah merupakan kesediaan mengeluarkan tingkat upaya tinggi kearah tujuan
organisasi yang dikondisikan oleh kemampuan upaya itu untuk memenuhi kebutuhan
individual.
Motivasi menurut J.Gray dan F Starke
dalam Winardi (2007: 27) adalah hasil proses-proses yang bersifat internal atau
eksternal bagi seorang indivudu, yang menimbulkan sikap antusias dan
peresistensi untuk mengikuti arah tindakan-tindakan tertentu.
Kemudian V Rivai (2008: 457)
menyimpulkan motivasi sebagai berikut:
a.
Sebagai suatu kondisi yang
menggerakan manusia kearah suatu tujuan tertentu.
b. Suatu keahlian dalam mengarahkan
karyawan dan perusahaan agar mau bekerja secara berhasil , sehingga ke inginan
karyawan dan tujuan perusahaan sekaligus tercapai.
c.
Sebagai inisiasi dan pengarahan
tingka laku. pelajaran motivasi sebenarnya merupakan pelajaran tingka laku.
d. Sebagai energi untuk membangkitkan dorongan dalam diri.
e.
Sebagai kondisi yang berpengaruh
membangkitkan mengarahkan dan memelihara perilaku yang berhubungan dengan
linkungan kerja.
2
Bentuk Motivasi dan Teori Motivasi
Menurut Siswanto (2008: 124) pada
umumnya bentuk motivasi yang sering dianut oleh perusahaan meliputi empat
elemen utama, yaitu sebagai berikut.
1.
Kompensasi Bentuk Uang
Salah satu bentuk yang paling sering
di berikan kepada karyawan adalah berupa kompensasi.Kompensasi yang di berikan
kepada karyawan biasanya berwujud uang. Penggunaan uang sebagai stimulus
berkembang sebagai penyelesaian suatu masaalah ketenagakerjaan yang belum
pernah terjadi sebelumnya. Kompensasi sebagai kekuatan untuk memberi motivasi
selalu mempunyai reputasi atau nama baik dan memang sudah selayaknya demikian.
Meskipun sama sekali kurang tepat bahwa semua orang akan berbuat apa saja
untuk meningkatkan pendapatan uang mereka.
2.
Pengarahan dan Pengendalian
Pengarahan dimaksudkan menentukan
bagi karyawan mengenai apa yang harus mereka kerjakan. Sedangkan pengendalian
dimaksudkan menentukan bahwa karyawan harus mengerjakan hal-hal yang telah
diinstruksikan. Sebenarnya dua hal tersebut sebagai stimulus telah berkembang
dan dianut oleh berbagai organisasi.
3.
Penetapan Pola Kerja yang Efektif
Pada umumnya reaksi terhadap
kebosanan kerja menimbulkan hambatan yang berarti bagi keluaran produktifitas
kerja. Karena manajemen menyadari bahwa masalahnya bersumber pada cara
pengaturan pekerjaan, mereka menanggapinya dengan berbagai teknik yang efektif
dan kurang efektif. Teknik ini antara lain penyianyiaan pekerjaan, manajemen
parsitipatif, serta usaha untuk mengalihkan perhatian para pekerja dari
pekerjaan yang membosankan kepada instrumentalia, untuk beristirahat, atau
kepada sarana yang fantastis.
4.
Kebajikan
Kebajikan dapat didefinisikan
sebagai suatu tindakan yang diambil dengan sengaja oleh manajemen untuk mempengaruhi sikap atau perasaan para
karyawan. Dengan kata lain kebajikan adalah usaha untuk membuat karyawan
bahagia. Usaha manajemen yang paling banyak dilakukan untuk mengembangkan
karyawan adalah pelatihan penyediaan atau bagian daripada berupa kursus singkat
mengenai tata laku manajemen dan sebagainya.
Menurut H. Umar (2008: 37) teori
motivasi dikelompokkan menjadi 2 kelompok, yaitu teori kepuasan (content theory) dan teori proses (process theory).
Teori Motivasi Kepuasan
Teori ini mendasarkan pada
faktor-faktor kebutuhan dan kepuasan individu sehingga mereka mau melakukan
aktifitasnya, dan mengacu pada diri seseorang. Teori ini mencoba mencari tahu
tentang kebutuhan apa yang dapat merumuskan dan yang dapat mendorong semangat
kerja seseorang. Semakin tinggi standar kebutuhan seseorang dan kepuasan yang
diinginkan, maka semakin giat seseorang untuk bekerja. Teori kepuasan (content theory) ini yang dikenal antara
lain:
a. Teori motivasi klasik dari Taylor
Menurut teori ini, motivasi pekerja
hanya untuk dapat memenuhi kebutuhan dan kepuasan biologis saja, yaitu hanya
dapat mempertahankan kelangsungan hidup.
b. Teori hierarki kebutuhan (need hierarchi) dari Abrahan maslow
Menurut
teori ini kebutuhan dan kepuasan pekerja identik dengan kebutuhan biologis dan
psikologis, yaitu berupa material dan non material. Dasar teori ini adalah
bahwa manusia merupakan makhluk yang keinginannya tak terbatas atau tanpa
henti, alat motivasinya adalah kepuasan
yang belum terpenuhi serta kebutuhan berjenjang.
c. Teori dua faktor (two factor) dari frederikck Herzberg
Pekerja dalam melaksanakan
pekerjaannya dipengaruhi oleh dua faktor utama yang merupakan kebutuhan, yaitu:
a. Faktor-faktor pemeliharaan
Merupakan faktor-faktor pemeliharaan
yang berhubungan dengan hakikat pekerja yang ingin memperoleh ketentraman
badaniah. Kebutuhan ini akan berlangsung terus-menerus, seperti misalnya
lapar-makan-kenyang-lapar. Dalam bekerja, kebutuhan ini misalnya gaji,
kepastian pekerjaan dan supervise yang baik. Jadi factor-faktor ini bukanlah
sebagai motivating tetapi merupakan keharusan bagi perusahaan.
b. Faktor-faktor motivasi
Faktor-faktor ini merupakan factor motivasi yang menyangkut
kebutuhan psikologis yang berhubungan dengan penghargaan terhadap pribadi yang
secara langsung berkaitan dengan pekerjaan, misalnya ruangan yang nyaman,
penempatan kerja yang sesuai dan lainnya.
Teori dua faktor ini disebut juga dengan
konsep hygiene, yang mencakup:
1. Isi Pekerjaan
a. prestasi
b. Pengakuan
c. Pekerjaan itu sendiri
d. Tanggung jawab
e. Pengembangan potensi individu
2. Faktor Higienis
a. Gaji dan upah
b. Kondisi kerja
c. Kebijakan dan administrasi
perusahaan
d. Hubungan antar pribadi
e. Kualitas supervise
2.3
Produktivitas Kerja
Setiap organisasi mutlak perlu
memegang prinsip efisiensi. Secara sederhana prinsip efisiensi pada dasarnya
berarti menghindari segala bentuk pemborosan. Mengingat kenyataan bahwa
kemampuan suatu organisasi mengadakan dan memiliki sara dan prasarana kerja
yang juga disebut sebagai sumber dana dan daya yang diperlukannya guna
menjalankan roda organisasi selalu terbatas, padahal tujuan yang ingin dicapai
tidak terbatas, maka tidak pernah ada pembenaran untuk membiarkan pemborosan
terjadi.
Pengalaman dari berbagai organisasi
menunjukkan dengan jelas bahwa banyak faktor penyebab terjadinya inefisiensi,
misalnya pemborosan dapat timbul karena ketidaksesuaian pengetahuan dan
keterampilan para pelaku dalam menggunakan dan memanfaatkan sarana dan
prasarana yang telah dimiliki itu. Oleh karena itulah, peningkatan
produktivitas kerja aparatur merupakan peran yang harus dilakuakan olehseorang
pemimpin.
Secara umum produktivitas menurut
Hasibuan (2006: 126) adalah perbandingan antara keluaran (output) dengan masukan (input).
Sedangkan menurut Kapustin dalan Hasibuan menyatakan bahwa produktivitas
kadang-kadang dipandang sebagai penggunaan intensif terhadap sumber-sumber
konversi seperti tenaga kerja dan mesih yang diukur secara tepat dan
benar-benar menunjukkan suatu penampilan yang efisiensi.
Adapun menurut Timpe dalam Ridwan
(2009:393) mengatakan bahwa walaupun tidak ada dua individu yang sama, mungkin
dapat dikembangkan suatu wadah yang mencakup ciri-ciri umum pegawai yang
produktif. Adapun cirri-ciri umum pegawai produktif tersebut sebagai berikut:
1. Lebih dari memenuhi kualifikasi
pekerjaan
2. Bermotivasi tinggi
3. Mempunyai orientasi pekerjaan
positif
4. Kedewasaan, dan
5. Dapat bergaul dengan efektif.
Siagaian (2007: 1) mengatakan bahwa
keseluruhan upaya meningkatkan produktifitas kerja mutlakperlu didasarkan pada
berbagai postulat sebagai landasan dan titik tolak berpikir dan bertindak.
Diantara postulat yang teramat penting untuk diperhatikan diuraikan secara
singkat dibawah ini.
a.
Pentingnya Efisiensi
Setiap organisasi mutlask perlu
memegang prinsip efisiensi. Secara sederhana prinsip efisiensi pada dasarnya berarti
menghindari segala bentuk pemborosan mengingat kenyataan bahwa kemampuan suatu
organisasi mengadakan dan memiliki sarana kerja yang juga di sebut sebagai
sumber dana dan daya yang diperlukan guna menjalankan roda organisasi
menunjukkan denga jelas bahwa banyak factor penyebab terjadinya inefisiens;
misalnya pemborosan dapat timbul karena perilaku yang sifatnya disfungsional
dari para anggota organisasi dan karena ketidak sesuaian pengetahuan dan
keterampilan para pelaku dalam menggunakan dan memanfaatkan sarana dan
prasarana yang telah dimiliki itu.
b. Sumber Daya dan Dana Hanya Benda
Mati
Karena pada dirinya berbagai sumber
daya dan dana merupakan ‘benda mati’ maka sarana dan prasarana tersebut harus
harus digunakan sedemikian rupa sehingga member manfaat sebesar-besarnya selama
mungkin. Berbagai cara dapat ditempuh oleh suatu organisasi untuk mengadakan
sarana dan prasarana dimaksud. Ada diantaranya yang dibuat sendiri, ada yang di
sewa, ada yang dapat disewa beli, ada yang mungkin di pinjam, dan ada pula yang
harus di beli dari organisais lain yang berperan sebagai pemasok.
Yang dimaksud dengan sarana dan
prasarana kerja adalah bangunan fisik perabot dan peralatan kantor, wahasa mobilitas,
uang bahan mentah dan bahan baku untuk diproses lebih lanjut menjadi produk
tertentu, informasi dan waktu.
c.
Sumber Daya Manusia Sebagai Elemen
yang Sangat Strategis.
Sumber daya manusia merupakan elemen
yang penting dalam organisasi, harus diakui dan diterima oleh manajemen.
Peningkatan produktivitas kerja mungkin hanya dilakukan oleh manusia.
Sebaliknya sumber daya manusia pula yang dapat menjadi penyebab terjadinya
pemborosan dan inefisiensi dalam berbagai bentuk. Karena itu, memberikan
perhatian kepada unsure manusia merupakan salah satu tuntutan dalam keseluruhan
unpaya meningkatkan produktivitas kerja.
d. Komponen Dasar Penentu Produktivitas
Kerja.
Upaya meningkatkan produktivitas
kerja seyogyanya tidak di pandang sebagai hal yang tidak bersifat teknis.
Segi-segi yang alin yang tidak dapat berperan sebagai factor penentu
keberhasilan upaya tersebut antara lain, tujuan organisasi, perumusan visi dan
misi, penentuan strategi organisasi, dan pemanfaatan teknologi dan
produktivitas kerja.
2.4
Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Pencapaian Produktivitas Kerja
Menurut Hannri Simamora dalam A.A. Anwar Prabu
Mangkunegara (2009: 14) produktivitas kerja dipengaruhi oleh tiga faktor,
yaitu:
a. Faktor
individual yang terdiri dari:
1) Kemampuan dan keahlian
2) Latar belakang
3) Demografi
b.
Faktor
psikologis yang terdiri dari:
1) Persepsi
2) Attitude
3) Personality
4) Pembelajaran
5) Motivasi
c.
Faktor
organisasi yang terdiri dari:
1)
Sumber daya
2)
Kepemimpinan
3)
Penghargaan
4)
Struktur
5)
Job design
Produktivitas kerja adalah hasil kerja
kariawan/pegawai baik dari segi kualitas maupun kuantitas berdasarkan standar
kerja yang telah ditentukan. Produktivitas individu ini akan tercapai apabila
didukung oleh atribut individu, upaya kerja (work effort) dan dukungan organisasi.
Dengan
kata lain, produktivitas kerja individu adalah hasil:
a.
Atribut individu, yaang menentukan
kapasitas untuk mengerjakan sesuatu. Atribut individu meliputi faktor individu
(kemampuan dan keahlian, latar belakang serta demografi) dan faktor psikologi
meliputi persepsi, sikap, kepribadian, pembelajaran dan motivasi.
b.
Upaya kerja (work effort), yang membentuk keinginan untuk mencapai sesuatu.
c.
Dukungan organisasi, yang memberikan
kesempatan untuk berbuat sesuatu.
Menurut
A. Dale Timple dalam A.A. Anwar Prabu Mangkunegara (2009: 15), faktor-faktor
produktivitas kerja terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal. Faktor
internal yaitu faktor yang dihubungkan dengan sifat-sifat seseorang. Misalnya,
produktivitas kerja seseorang baik disebabkan karena mempunyai kemampuan tinggi
dan seseorang itu tipe pekerja keras, sedangkan seseorang mempunyai
produktivitas kerja yang jelek disebabkan orang tersebut mempunyai kemampuan
rendah dan orang tersebut tidak memiliki upaya-upaya untuk memperbaikinya.
Faktor
eksternal yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja seseorang
yang berasal dari lingkungan. Seperti perilaku, sikap, dan tindakan-tindakan
rekan kerja, bawahan atau pimpinan, fasilitas kerja, dan iklim organisasi.
Produktivitas
kerja merupakan suatu konstruk multidimensional yang mencakup banyak faktor
yang mempengauhinya. Menurut Mahmudi dalam A.A. Prabu Mangkunegara (2009:17)
faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja adalah:
a. Faktor personal/individu, meliputi:
pengetahuan, keterampilan (skill),
kemampuan, kepercayaan diri, motivasi, dan komitmen yang dimiliki setiap
individu;
b. Faktor kepemimpinan, meliputi: kualitas dalam
memberikan dorongan, semangat, arahan, dan dukungan yang diberikan menejer dan
teman leader;
c. Faktor tim, meliputi: kualitas dukungan
dan semangat yang diberikan teman dalam satu tim, kepercayaan terhadap sesama
anggota tim, kekompakan dan keeratan anggota tim;
d. Faktor sistem, meliputi: sistem kerja,
fasilitas kerja atau infrastruktur yang dibrikan oleh organisasi, proses organisasi,
dan kultur kerja dalam organisasi; dan
e. Faktor kontekstual (situasional),
meliputi: tekanan dan perubahan lingkungan eksternal dan internal.
Sedangkan
menurut Umar dalam A.A. anwar Prabu Mangkunegara (2007:18-19 ), membagi
aspek-aspek produktivitas kerja sebagai berikut:
a.
Mutu pekerjaan
b.
Kejujuran
kariawan
c.
Inisiatif
d. Kehadiran
e.
Sikap
f.
Kerja sama
g.
Keandalan
h.
Pengetahuan
tentang pekerjaan
i.
Tanggung jawab,
dan
j.
Pemanfaatan
waktu kerja.
Strategi
Meningkatkan Produktivitas
Strategi adalah sebah rencana
komprehensif yang mengintegrasikan resources
dan capabilities dalam tujuan jangka
panjang untuk memenangkan kompetisi Yuniarsih Tjutju dan Suwatno (2009: 171).
Agar peningkatan produktivitas kerja
terwujud, pemimpin perlu memahami secara tpat tentang faktor-faktor penentu
keberhasilan peningkatan produktivitas kerja. Menurut Siagian dalam
TjutjuYuniarsih dan Suwatno (2009: 171) faktor-faktor tersebut sebagian
diantaranya adalah “etos kerja yang harus dipegang teguh oleh semua pegawai
dalam organisasi”. Menurutnya etos kerja adalah norma-norma yang bersifat
mengikat dan ditetapkan secara eksplisit serta praktek-praktek yang diterima
dam diakui sebagai kebiasaan yang wajar untuk dipertahankan dan diterapkan
dalam kehidupan kekaryaan anggota dalam suatu organisasi. Etos kerja yang
dimaksud adalah sebagai berikut:
a. Perbaikan Terus Menerus
Salah satu upaya dalam mengikatkan
produktivitas kerja adalah dengan melakukan perbaikan terus-menerus oleh seluruh
komponen organisasi. Pandangan ini bukan hanya merupakan salah satu kiat dalam
mengelola organisasi dengan baik, tetapi merupakan salah satu etos kerja yang
penting sebagai bagian dari manajemen mutakhir. Hal ini menjadi penting karena
tuntutan agar terus-menerus berubah baik secara internal maupun eksternal
b. Pengingkatan Mutu Hasil Pekerjaan
Peningkatan produktivitas kerja
dapat dicapai melalui peningkatan hasil kerja oleh semua orang dan segala
komponen organisasi. Mutu tidak hanya berkaitan dengan produk yang dihasilkan
dan dipasarkan, baik berupa barang maupun jasa, akan tetapi menyangkut segala
jenis kegiatan yang diselenggarakan oleh semua pegawai dalam organisasi.
Peningkatan mutu sumber daya manusia merupakan aspek lain yang sangat penting sebagai
peningkatan mutu hasil kerja.
c. Pemberdayaan Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia merupakan unsur
paling penting dalam organisasi. Oleh karena itu pemberdayaan sumber daya
manusia merupakan etos kerja yang sangat mendasar yang harus dipegang teguh
oleh semua pemimpin dalam hierarki organisasi, manakala pimpinan berupaya untuk
meningkatkan kerja pegawainya.
Adapun menurut TjutjuYuniarsih dan
Suwatno (2009: 172) ada beberapa strategi responsitioning perilaku sumber daya
manusia yang dapat dipertimbangkan untuk mencapai keunggulan kompetitif, yaitu
sebagai berikut:
1. Strategi Inovasi
Strategi ini lebih menekankan pada
pengembangan perilaku kreatif, mandiri namun kooperatif, dan siap menanggung
resiko. Dalam implementasinya, setiap individu harus berorientasi pada target
jangka panjang, memadukan aspek kualitas dengan kuantitas, serta mensinergikan
proses dengan hasil berdasarkan kondisi input yang ada.
2. Strategi Kualitas
Strategi ini menekankan pada
pengembangan perilaku repetitive, prediktif, mau bekerja sama, namun kurang
berani menanggung resiko. Dalam implementasi, setiap individu cenderung
berorientasi pada pencapaian target jangka menengah dan memprioritaskan
pencapaian kualitas, melalui proses yang terkontrol.
Implikasinya:
Organisasi akan mempekerjakan
sedikit pegawai yang memiliki komitmen tinggi terhadap tujuan organisasi, dan
melakukan pengawasan secara intensif.
3. Strategi Penguragan Biaya
Strategi ini lebih menekankan pada
pengembangan perilaku repetitive, prediktif, fokus jangka pendek, leih
mengutamakan pada kegiatan individu dan otomatisasi lebih memperhatikan
kuantitas dari pada kualitas, kurang berani mengambil resiko, lebih menyukai
kegiatan (pekerjaan) yang bersifat stabil.
Implikasinya:
Organisasi akan lebih banyak
menggunakan tenaga part time atau sub kontrak. Hal ini akan didukung oleh
berbagai program penyederhanaan (simplikasi), penggunaan teknik otomatisasi,
perubahan aturan kerja, fleksibilitas penugasan
6
Manfaat Pengukuran Produktivitas Kerja.
Setiap
organisais maupun bentuknya, perlu mengetahui tingkat produktivitas pegawainya.
Hal ini dimaksudkan agar dapat mengukur tingkat perbaikan produktivitas kerja
pegawainya dari waktu ke waktu dengan cara membandingkan dengan produktivitas
standar yang telah ditetapkan oleh pemimpin. Kegiatan ini menjadi penting agar
organisasi ini dapat meningkatkan daya saing dari hasil kerja pegawai terutama
di era globalisasi yang semakin kompetitif.
Gaspersz dalam Tjutju Yuniarsih dan
Suwatno (2009:164) menyatakan bahwa terdapat beberapa manfaat pengukuran
produktivitas dalam suatu organisasi, antara lain:
1. Organisasi dapat menilai efisiensi
konversi penggunaan sumber daya, agar dapat meningkatkan produktivitas.
2. Perencanaan sumber daya akan menjadi
efektif dan efisien melalui pengukuran produktivitas, baik dalam perencanaan
jangka panjang maupun jangka pendek.
3. Tujuan ekonomis dan non ekonomis
organisasi dapat diorganisasikan kembali dengan caramemberikan prioritas yang
tepat, dipndang dari sudut produktivitas,
4. Perencanaa target tingkat
produktivitas di masa mendatang dapat dimodifikasi kembali berdasarkan
informasi pengukuran tingkat produktifitas sekarang.
5. Strategi untuk mengikatkan
organisasi dapat ditetapkan berdasarkan tingkat kesenjangan produktivitas yang
ada diantara tingkat produktivitas yang diukur. Dalam hal ini tingkat
produktivitas akan memberikan informasi dalam mengidentifikasi masalah atau
perubahan yang terjadi sebelum tindakan koretif diambil.
6. Pengukuran produktivitas menjadi
informasi yang bermanfaat dalam membandingkan tingkat produktivitas antar
organisasi pada skala nasional maupun global.
7. Nilai-nilai produktivitas yang
dihasilakn dari satuan pengukuran dapat menjadi informasi yang berguna untuk
merencanakan tingkat keuntungan organisasi.
8.
Pengukuran produkktivitas akan
menciptakan tindakan-tindakan kompetitif berupa upaya peningkatan produktivitas
terus-menerus.
Untuk menentukan perubahan pelayanan
masyarakat dari wktu ke waktu dan membandingkan efektifitas yang relative dari
pemerintah daerah telah digunakan pengukuran produktivitas sector masyarakat.
Disamping itu, produktivitas digunakan oleh pemerintah untuk menyelidiki
lingkup persoalan dan mengevaluasi pengaruh yang telah dirancang, selain itu
juga untuk melengkapi informasi untuk pengarahan sumber-ssumber masyarakat.
Menurut Sinungan (2008: 22) pada
tingkat organisasi, pengukuran produktivitas terutama digunakan sebagai sarana
manajemen untuk menganalisa dan mendorong efisiensi produksi. Pertama, dengan
pemberitahuan awal, instalasi dan pelaksanaan suatu system pengukuran, akan
meninggikan kesadaran pegawai dan inatnya pada tingkat dan rangkaian
produktivitas. Kedua, diskusi tentang gambaran-gambaran yang berasal dari
metode-motode yang relative kasr ataupun data-data yang kurang memenuhi syarat
sekalipun ternyata member dasar bagi penganalisaan proses yang konstruktif atas
produktif.
Manfaat lain menurut Sinungan (2008:
22) yang diperoleh dari pengukuran produktivitas mungkin terlihat pada
penempatan organisasi yang tetap seperti dalam menentukan target/ sasaran
tujuan yang nyata dan pertukaran informasi antara anggota dan manajemen secara
periodic terhadap masalah-masalah yang saling berkaitan. Pengamatan atas
perubahan-perubahan dari gambaran data yang diperoleh sering nilai diagnostic
yang menunjuk pada kemacetan dan rintangan dalam meningkatkanpenampilan
organisasi. Satu keuntungan praktis dari pengukuran produktivitas adalah
pembayaran staf. Gambaran-gambaran data melengkapi suatu dasar bagandil manfaat
atas penampilan yang ditingkatkan.
7
Hubungan Motivasi dan Produktivitas Kerja
Hubungan antara motivasi
dan produktivitas kerja pernah dibuktikan dalam penelitian yang kemudian
dituangkan ke dalam jurnal ini terdapat hasil yang sangat signifikan mengenai
pengaruh motivasi pegawai terhadap produktivitas yang dihasilkan. Demikian juga
menurut teori yang dikemukakan oleh Siagaian (2007: 11), “Dalam upaya untuk
mencapai tujuan perusahaan /organisasi, motivasi mempunyai peran yang penting
karena merupakan suatu upaya dari para manajer untuk menggugah, mendorong, dan
menimbulkan semangat kerja yang lebih baik bagi karyawannya”. Demikian juga
menurut Gaspersz dalam TjutjuYuniarsihdan Suwatno (2009: 175), “Faktor-faktor
yang memengaruhi produktivitas kerja seorang karyawan dalam sebuah perusahaan
adalah seleksi karyawan, pelatihan kerja, lingkungan kerja hubungan antara
pimpinan dan bawahan, sistem penggajian dan motivasi”.
Produktivitas
yang tinggi dapat dicapai jika didukung para pegawai yang mempunyai motivasi
dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya. Motivasi dapat menimbulkan kemampuan
bekerja serta kerjasama, maka secara tidak langsung akan meningkatkan
produktivitas. Sedangkan apabila motivasi karyawan lebih tinggi tetapi tidak
didukung lingkungan kerja yang nyaman untuk bekerja maka hasil produktivitas
kerja tidak baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar