BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Kondisi tenaga kerja Indonesia saat ini kurang begitu
menggembirakan. Data BPS tahun 2010 dalam (http://tyaset4.blog.com/2010/02/15/),
tenaga kerja Indonesia menurut golongan usia dan pendidikan tertinggi yang
ditamatkan diperoleh 6,664 persen (729.858) tidak sekolah, 12,460persen
(1.364.605) tidak tamat sekolah, 28,168 persen (3.048.859) Sekolah Dasar,13,
874 persen (1.519.436) Sekolah Menengah Pertama, 30,259 persen (3.313.510)
Sekolah Lanjutan Tingkat Atas, 4,153 persen (454.841) Diploma dan 4,423 persen
(484.374) Universitas. Melihat kenyataan tersebut, kondisi tenaga kerja perlu
mendapat perhatian lebih dalam era PJP II ini.
Pada pembangunan jangka panjang kedua disebutkan bahwa
pertumbuhan ekonomi harus didukung oleh produktivitas dan efisiensi sumber daya
manusia yang berkualitas (GBHN, 1993). Untuk mencapai sasaran itu diperlukan
usaha mengembangkan kemampuan individu yang berkesinambungan dan memenuhi
syarat-syarat sebagai seorang tenaga kerja yang berkualitas. Sunardi (1992)
menyatakan syarat seorang calon tenaga kerja yang baik antara lain yaitu
memiliki pengetahuan luas, ketrampilan yang memadai, mampu berkomunikasi secara
lisan maupun tertulis dengan baik, memiliki motivasi yang kuat, mau bekerja
keras, serta mampu bekerja secara cermat dan tepat. Tenaga kerja Indonesia
perlu dibenahi karena ada lima sikap mental yang tidak mendukung peningkatan
produktivitas yaitu : (a) Kurang disiplin, (b) kurang kreatif, (c) kurang
inovatif, (d) kurang motivasi, (e) kurang dinamis dalam melaksanakan pekerjaan
(Batubara, 1988). Pembinaan dan pengembangan tenaga kerja, mulai tampak
dilakukan baik pada sektor pemerintahaan maupun sektor swasta.
Di pihak pemerintah, pembenahan tenaga kerja dilakukan dalam
wujud peningkatan efisiensi dan produktifitas kerja aparat-aparatnya mulai dari
pegawai eselon tingkat bawah sampai kepada pegawai eselon tingkat atas.
Kemudian di pihak swasta, setiap perusahaan mulai merencanakan dan melebihkan
perhatiannya pada program HRD atau Human Resource Development.
Wujud HRD dalam perusahaan nampak pada proses rekruitmen dan seleksi yang kian
ketat, serta juga gencarnya training-training yang dilakukan.
Salah satu konsekuensi dalam penggunaan pendekatan
ketenagakerjaan dalam proses pembangunan nasional adalah pengembangan kemampuan
para tenaga kerja. Usaha membangun dan mengembangkan kemampuan yang dimiliki
oleh individu itu bisa diwujudkan dengan meningkatkan pendidikan dan pelatihan
serta dengan memberinya kepercayaan untuk ikut memecahkan persoalan dan
memperbaiki lingkungan dan iklim kerja (Ravianto, 1985). Potensi dan kemampuan
tenaga kerja perlu dikembangkan terus menerus, sehingga daya guna dapat semakin
meningkat dan individu tidak saja dilihat sebagai mahluk yang berkebutuhan
sandang-pangan-papan, keamanan, sosial, dan penghargaan, tetapi juga sebagai
mahkluk yang berkebutuhan untuk mengaktualisasikan dirinya. Munandar,
(25:1988).
Dunia industri dan bisnis merupakan dunia yang bersifat
kompetitif. Dikatakan demikian karena setiap perusahaan berorientasi pada laba
atau profit oriented. Untuk mendapatkan laba komersial tentunya setiap
perusahaan (organisasi) berusaha keras merebut pangsa pasar yang menjadi
sasaran produknya. Padahal kondisi pasar sekarang sudah mulai ketat, sebab
telah dimasuki oleh banyak perusahaan yang tumbuh dengan produk sejenis.
Akibatnya, kompetisi bisnis saat ini kian bertambah ketat.
Soejatmiko (1990) menekankan bahwa hal yang penting dalam
dunia yang terus berubah dan sangat kompetitif ini adalah kemampuan untuk
kreatif terhadap tantangan baru, bersama dengan suatu kemampuan mengantisipasi
perkembangan dan inovatif.
Dalam era globalisasi ini, kemajuan di segala bidang serta
arus informasi yang demikian pesat menuntut pengembangan kemampuan kerja
individu secara maksimal. Pengembangan kemampuan kerja individu ini dimaksudkan
untuk membentuk atau menggali seluruh kemampuan yang dimiliki oleh individu.
Sehingga diharapkan individu mampu menjawab tantangan jaman. Individu dituntut
untuk senantiasa menyesuaikan diri, mampu bergerak dengan cepat, serta dituntut
untuk lebih mampu mencari alternatif baru dalam mencari pemecahan masalah yang
dihadapi.
Selanjutnya berbicara mengenai ketenagakerjaan, dengan
sendirinya terkait dengan pembicaraan mengenai keseluruhan aspek psikis,
terutama soal kepribadian. Bila dikaji secara lebih mendalam, ternyata aspek
kepribadian ini merupakan faktor yang paling essensial dalam hal peningkatan
tenaga kerja. Betapa hebatnya kualitas kepribadian pekerja-pekerja Jepang,
negara ini miskin sumber daya alam, tetapi kaya akan kreativitas, inovasi, dan
kesungguhan untuk maju, sehingga mampu mensejajarkan diri dengan negara-negara
maju, Amerika Serikat dan Eropa, serta bahkan mampu mengunggulinya (Gellerman,
1983), terutama dalam soal perdagangan produk otomotif, robot dan “microchip”.
Pekerja-pekerja Jepang merupakan tangki berbagai ide, yang menawarkan
berjuta-juta gagasan untuk memperoleh mutu terbaik dalam setiap tindakan dan
hasil kerja mereka, usaha ini tentu saja memerlukan pemunculan potensi kreatif
setiap karyawan (Barra, 1986).
Marbun
(1985) menyatakan berkat pendidikan yang teratur, berencana dan konsekuen, maka
manusia Jepang menjadi tenaga kerja yang terbaik di dunia, dimana orang Jepang
tidak cepat puas dalam arti selalu mencari kemungkinankemungkinan perbaikan
atau suatu gerakan dinamis yang tidak ada dan tidak pernah ada
selesai-selesainya.
Kualitas pribadi pekerja Jepang nampak pada kedisiplinan,
keuletan dan yang tidak kalah pentingnya adalah kreativitas pekerjanya. Oleh
sebab kreativitas pekerjanya, mereka dapat menghasilkan temuan-temuan baru
dalam hal teknologi, antara lain produk otomotif dan elektronika, serta juga
produk softwarenya. Kreativitas tidak lain adalah suatu usaha setiap
karyawan untuk mengindentifikasi masalah, berpikir dan menggunakan kebijakan
yang ada pada diri mereka. Proses kreativitas terlibat secara efektif, baik
dalam kualitas maupun kuantitas (Juse, 1983). Kreativitas merupakan potensi
yang dimiliki oleh para tenaga kerja yang sangat penting dan harus dibina serta
dikembangkan pada diri setiap pekerja.
Kreativitas pekerja akan sangat menunjang produktivitas
kerja, dan secara keseluruhan akan meningkatkan performance kerja atau kinerja
suatu perusahaan, sehingga efisiensi serta efektivitas kerja perusahaan akan
tercapai. Individu yang kreatif adalah individu yang penuh dengan keterbukaan
terhadap segala sumber yang dimilikinya, mempermainkan dan mengolah sumber
tersebut untuk mencari alternatif. Karena itu terkadang akan terasa sulit bagi
orang lain untuk menarik kesimpulan apakah individu kreatif tersebut sedang
bersungguhsungguh atau tidak, dalam perilaku mereka (Anastasi, 1982). Guildford
(1971) berpendapat bahwa kreativitas merupakan suatu kemampuan berpikir
divergen atau pemikiran dalam menjajaki bermacam-macam alternatif jawaban
terhadap suatu persoalan, yang sama benarnya. Selanjutnya Guilford (1971)
mengemukakan faktor penting yang merupakan sifat dari kemampuan kreatif yaitu :
fluency, flexibility, originality dan elaboration. Pada
dasarnya, setiap individu mempunyai potensi untuk menjadi kreatif, tetapi
potensi tersebut tidak akan berkembang dengan baik apabila individu tidak menjumpai
lingkungan yang memacu sejak awal (Amien, 1983).
Lingkungan yang memberikan kebebasan dalam berpikir
dan bertindak (Noerhadi, 1980) serta mampu menciptakan kondisi keamanan
dan kebebasan secara psikologis merupakan salah satu peluang yang
memungkinkan timbulnya kreativitas (Rogers dalam Munandar, 1985). Namun
demikian, terdapat faktor internal yang penting yang kemungkinan dapat
menghambat kreativitas pekerja, yaitu faktor self-control (kontrol diri)
yang sudah barang tentu dimiliki oleh setiap pekerja. Budaya ketimuran
yang terinternalisasi dalam setiap pekerja akan bisa memperlambat usaha
pembinaan kreativitas pekerja. Budaya timur tersebut memiliki kaitan
dengan kontrol diri.
Dari organisasi/instansi sendiri juga berperan dalam
mengelola karyawan agar mematuhi segala peraturan, norma yang telah ditetapkan
oleh organisasi sehingga para karyawan bekerja dengan disiplin dan efektif.
Kedisiplinan adalah kesadaran dan kesediaan seseorang dalam mentaati semua
peraturan organisasi dan norma sosial yang berlaku. (Hasibuan, 2001:193).
Selain itu, berbagai aturan/norma yang ditetapkan oleh suatu
lembaga memiliki peran yang sangat penting dalam menciptakan kedisiplinan agar
para pegawai/ karyawan dapat mematuhi dan melaksanakan peraturan tersebut.
Aturan /norma itu biasanya diikuti sanksi yang diberikan bila terjadi
pelanggaran. Sanksi tersebut bisa berupa teguran baik lisan/tertulis, skorsing,
penurunan pangkat bahkan sampai pemecatan kerja tergantung dari besarnya
pelanggaran yang dilakukan oleh pegawai/ karyawan.
Hal itu dimaksudkan agar para pegawai bekerja dengan
disiplin dan bertanggungjawab atas pekerjaannya. Ukuran yang dipakai dalam
menilai apakah pegawai tersebut disiplin atau tidak, dapat terlihat dari
ketepatan waktu kerja, etika berpakaian, serta penggunaan fasilitas/sarana
kantor secara efektif dan efisien. (Lateiner dan Levine, terjemah Soejono, 1997
: 60).
Dalam hal ini secara tidak langsung dengan adanya disiplin
kerja yang baik dan kreativitas kerja yang tinggi akan dapat meningkatkan
tingkat pendapatan karyawan setempat, dengan demikian setiap karyawan dituntut
harus memiliki disiplin kerja yang tinggi dan kreatifitas kerja karna dapat
meningkatkan tingkat pendapatan para karyawan, selain itu juga dengan disiplin
kerja yang baik akan meningkatkan kinerja para karyawan yang akan membawa
perusahaan lebih baik.
B.
SEJARAH TOKO OSCAR
Toko Oscar adalah sebuah
perusahaan yang terletak di Jalan Muktamar Depan Kampus Pendidikan PonPes
Cipasung Singaparna Tasikmalaya Sejarah Toko Oscar Toko Oscar didirikan pada
tanggal 03- 06 2008 merupakan salah satu perusahaan Retail di Jalan Muktamar
depan Kampus pendidikan Cipasung Singaparna Tasikmalaya Sepanjang
perjalanannya, Toko Oscar menunjukkan pertumbuhan yang berkesinambungan. Premi
bruto dan total asset Perusahaan secara konsisten meningkat dari tahun ke
tahun, termasuk di tahun-tahun dimana terjadi goncangan ekonomi global. Sebagai
Perusahaan Retail dari sisi ekonomi telah membuktikan komitmen pelayanan kepada
para Pelanggannya melalui pelayanan yang lebih baik yang cepat dan murah untuk
berbagai produk yang dipasarkannya. Selain itu Perusahaan juga memberikan
kemudahan bagi para Pelanggan, rekanan dan partner/agen untuk mengakses segala
hal yang berhubungan dengan Perdagangan melalui Customer Care, dan lain2. Dari
sisi produk Toko Oscar memiliki banyak variasi produk untuk meningkatkan
layanan kepada masyarakat dan diri Pelanggan baik Pelanggan individu maupun
Pelanggan perusahaan. Selain produk konvensional yang telah ada seperti
Asuransi Kecelakaan , Selain inovasi produk, layanan yang memuaskan
dengan dukungan inovasi pada teknologi informasi, dukungan perusahaan juga
merupakan faktor penting terwujudnya komitmen perusahaan dalam memberikan
kepuasan kepada Pelanggan selama ini. Pada tahun 2010 toko Oscar membuka
pelayanan dalam bidang Komputer dan Telekomunikasi diantaranya adalah Warnet
dan Penjualan Komputer serta aksesorisnya..Dengan Nama Oscar_net. Dengan adanya
kemajuan pendidikan maka Oscar_Net menerima siswa –siswi dalam melaksanakan
Praktek Kerja Lapangan dari berbagai sekolah khususnya dalam bidang Komputer,
dengan adanya kegiatan tersebut disambut baik oleh berbagai sekolah khususnya
sekolah yang bersangkutan. Demi Pelayanan yang lebih baik Pada Tahun 2011 Toko
Oscar juga membuka layanan pembayaran publik khususnya seperti pembayaran
listrik, Telpon dan lain lain layanan ini bekerja dengan perusahaan perbankan,
dan pada tahun 2012 Toko Oscar juga membuka Pelayanan Tarik Tunai sehingga hal
ini dapat memudahkan pelanggan untuk lebih baik juga.
Untuk
mengetahui tingkat pendapatan karyawan Toko Oscar / Oscar_Net maka penulis memberikan data kreteria tingkat
pendapatan keryawan Toko Oscar / Oscar_Net
tahun 2013
Tabel
1. Kreteria tingkat pendapatan karyawan Toko
Oscar / Oscar_Net tahun 2013
No.
|
Tingkat
pendapatan perbulan
|
Kreteria
|
Jumlah
Karyawan
|
Persentase
|
|
Rp. 1.500.000- Rp. 2.000.000
Rp. 1.000.000- Rp. 1.499.000
Rp. 700.000 – Rp. 999.000
|
Tinggi
Sedang
Rendah
|
2
-
4
|
22,23
33,33
44,44
|
Jumlah
|
27
|
100
|
Sumber: Toko Oscar / Oscar_Net
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan
uraian latar belakang masalah diatas maka penulis menemukan permasalahan yaitu
masih rendahnya tingkat pendapatan karyawan Toko Oscar / Oscar_Net Tahun 2013 maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
- Apakah ada pengaruh antara disiplin kerja terhadap tingkat pendaptan pada Toko Oscar / Oscar_Net Tahun 2013
- Apakah ada pengaruh antara kreatifitas kerja terhadap tingkat pendapatan karyawan Toko Oscar / Oscar_Net Tahun 2013
- Apakah ada pengaruh yang positip antara disiplin kerja dan kreatifitas kerja terhadap tingkat pendaptan karyawan pada Toko Oscar / Oscar_Net Tahun 2013
C. Tujuan Penelitian
Adapun
tujuan penelitian ini adalah:
- Untuk mengetahui pengaruh antara disiplin kerja terhadap tingkat pendapatan karyawan Toko Oscar / Oscar_Net Tahun 2013
- Untuk mengetahui pengaruh antara kreatifitas kerja terhadap tingkat pendapatan karyawan Toko Oscar / Oscar_Net Tahun 2013
- Untuk mengetahui pengaruh antara disiplin kerja dan kreatifitas kerja terhadap tingkat pendapatan karyawan Toko Oscar / Oscar_Net Tahun 2013
D. Kegunaan Penelitian
Adapun
kegunaan penelitian yang penulis ajukan adalah:
- Dengan mengetahui pengaruh antara disiplin kerja dengan tingakt pendapatan karyawan pada dapat menambah wawasan dan memperluas pengetahuan bagi penulis dan pimpinan perusahaan dalam meningkatkan kinerja para karyawan.
- Dengan mengetahui Pengaruh antara kreatifitas kerja terhadap tingakt pendapatan karyawan pada Toko Oscar / Oscar_Net Tahun 2013. dapat menambah wawasan para karyawan dan meningkatkan kinerja serta tingkat pendapatan karyawan..
- Dengan mengetahui Pengaruh antara disiplin kerja dan kreatifitas kerja terhadap tingkat pendapatan pada Toko Oscar / Oscar_Net Tahun 2013. dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan bagi penulis serta mengembangkan ilmu pengetahuan yang telah didapat dibangku kuliah.
E. Asumsi Penelitian
Disiplin kerja adalah sikap mental yang tercermin dalam
perbuatan atau tingkah laku seseorang, kelompok masyarakat berupa ketaatan (obedience)
terhadap peraturan, norma yang berlaku dalam masyrarakat. Jadi disiplin
merupakan sikap yang dimiliki oleh setiap individu, sedangkan sikap tersebut
berbeda antara individu yang satu dengan yang lainnya sehingga dengan adanya
disiplin kerja yang baik secara tidak langsung akan meningkatkan kinerja atau
prestasi kerja pada diri karyawan.
kreativitas merupakan kemampuan berpikir divergen atau
pemikiran menjajaki bermacam-macam alternatif jawaban terhadap suatu persoalan,
yang sama benarnya, dengan adanya kreativitas yang tinggi pada diri seorang
karyawan maka karyawan tersebut akan mampu mencari solusi atau pemecahan
permasalahan yang dihadapi para karyawan,
Tingkat pendapatan adalah hasil yang dicapai sebagai imbalan
jasa yang dilakukan dunia usaha”. Jelas bahwa pendapatan adalah hasil yang
dicapai dari berbagai usaha yang berupa jasa atau sebagai hasil yang
dilaksanakan dalam transaksi. Tingkat pendapatan setiap individu saling berbeda
hal tersebut diakibatkan oleh adanya faktor-faktor internal diantaranya adalah
disiplin kerja, motivasi kerja dan kreatifitas kerja karyawan.
Jadi dari uraian penjelasan singkat diatas dapat kita
perjelas bahwa antara kedua faktor internal yaitu disiplin kerja dan
kreatifitas kerja akan meningkatkan kinerja para karyawan serta sangat
mempengaruhi tingkat pendapatan setiap karyawan.
F. Ruang Lingkup
Penelitian
Agar penelitian ini tidak menyimpang jauh dari permasalahan
yang diteliti dan untuk menghindari penafsiran yang salah, maka penulis
membatasi ruang lingkup penelitian adapun ruang lingkup penelitian ini adalah
- Objek penelitian yaitu
- Disiplin Kerja (X1)
- Kreatifitas kerja (X2)
- Tingkat Pendapatan Karyawan (Y)
- Subjek penelitian yaitu karyawan Toko Oscar / Oscar_Net
- Sifat penelitian yaitu pengaruh
- Lokasi penelitian yaitu Depan Kampus Pendidikan Cipasung Singaparna
- Waktu penelitian tahun 2013.
G. Definisi Operasional
Variabel
Adapun
variabel yang akan diteliti dan didefinisikan secara optimal adalah
sebagai berikut:
- Disiplin Kerja Karyawan
Disiplin kerja adalah sikap mental yang tercermin dalam
perbuatan atau tingkah laku seseorang, kelompok masyarakat berupa ketaatan (obedience)
terhadap peraturan, norma yang berlaku. Dengan adanya sikap disiplin
seorang individu akan meningkatkan kinerja dengan mengikuti setiap
peraturan-peraturan yang telah ditetapkan dalam organisasi usaha guna
meningkatkan prestasi kerja dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
2.
Kreatifitas Kerja
kreativitas merupakan kemampuan berpikir divergen atau
pemikiran menjajaki bermacam-macam alternatif jawaban terhadap suatu persoalan,
yang sama benarnya, dengan adanya kreatifitas kerja yang melekat pada diri
seseorang karyawan maka akan mampu meningkatkan kinerja lebih cepat karena
mampu berfikir mencari alternative atau solusi dalam menghadapi permasalahan
yang dihadapinya.
3.
Tingkat Pendapatan
Tingkat pendapatan adalah hasil yang dicapai sebagai imbalan
jasa yang dilakukan dunia usaha. Jelas bahwa tingkat pendapatan adalah hasil
yang dicapai dari berbagai usaha yang berupa jasa atau sebagai hasil yang
dilaksanakan dalam transaksi. Dengan adanya pendapatan yang selalu diharapkan
olah semua orang. Maka akan meningkatkan taraf hidip dan perkembangan ekonomi.
SUMBER : tokooscar.blogspot.com
Tasikmalaya Desember 2013
Toko Oscar / Oscar _Net
Tidak ada komentar:
Posting Komentar