Islam merupakan
agama yang telah datang sebelum abad ke-13, melalui jalur perdagangan, kemajuan
perdagangan yang signifikan membuat Islam masuk ke Sumatra sangat cepat, karena
semenjak zaman kerajaan Sriwijaya, Sumatra telah mengetahui adanya perdagangan
antar bangsa yang seringkali disebut dengan perdagangan Internasional. Berdasarkan
berita Cina zaman T’ang, pada abad abad tersebut ( abad ke-7 dan ke-8) diduga
masyarakat muslim telah ada, baik di kanfu maupun di daerah Sumatra
sendiri(Soejono,R.P&Leirissa,R.Z,2008:1).
Hal ini membuktikan bahwa
masyarakat manusia telah mengenal hubungan Internasional, dan telah melakukan
hubungan perdagangan dengan masyarakat muslim. Sumatra ialah wilayah yang
sangat strategis untuk jalur perdagangan, dan itulah salah satu factor mengapa
banyak berdiri kerajaan kerajaan islam kurang lebih pada abad ke-12. Walaupun
dari berita cina, di Jawa telah ada kelompok masyarakat muslim sejak abad ke-8.
Kerajaan-kerajaan yang ada disumatra misalnya ialah samudra pasai, aceh, dan
lain sebagainya. Namun penulis lebih mendalami tentang samudra pasai, karena pembahasan
itu terkait dengan samudra pasai.
Dari latar belakang yang kami uraikan di atas, kami memproleh
beberapa rumusan masalah yang nantinya akan kami bahas dalam bab 2, pembahasan,
yaitu:
1. Bagaimana
sejarah kerajaan Samudra Pasai?
2. Bagaimana
masa awal dan masa kejayaan kerajaan Samudra Pasai?
3. Apa
sajakah perkembangan yang di capai oleh kerajaan Samudra Pasai?
Setiap sesuatu pasti mempunyai suatu tujuan, begitu pula
makalah ini, tujuan pembuatan makalh ini ialah, diharapkan pembaca mampu:
1. Mendeskripsikan
tentang sejarah kerajaan Samudra Pasai.
2. Menganalisis
tentang masa awal dan masa kejayaan kerajaan Samudra pasai.
3. Mendeskripsikan
apa saja perkembangan yang di capai oleh kerajaan Samudra Pasai.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
SEJARAH
Kerajaan Samudera Pasai dideklarasikan secara resmi sebagai
kerajaan Islam pertama di Indonesia. Ini menurut buku-buku teks pelajaran di
sekolah-sekolah. Namun, sebenarnya,
Kerajaan Perlak lah yang pertama kali berdiri sebelumnya. Yah, hal
tersebut tidak usah lagi diperdebatkan. Sebab, kedua kerajaan sama-sama
berlokasi di negeri Aceh, daerah pertama yang pertama dimasuki Islam. Lagipula,
Kerajaan Perlak nantinya akan bergabung dengan Samudera Pasai.
Samudera Pasai didirikan oleh Nizamudin Al-Kamil pada tahun 1267.
Nizamudin Al-Kamil adalah seorang laksamana angkatan laut dari Mesir sewaktu
dinasti Fatimiyah berkuasa. Ia ditugaskan untuk merebut pelabuhan Kambayat di
Gujarat pada tahun 1238 M. Setelah itu, ia mendirikan Kerajaan Pasai untuk
menguasai perdagangan Lada. Dinasti Fatimiyah merupakan dinasti yang beraliran
paham syiah, maka bisa kita anggap bahwa pada waktu itu Kerajaan Pasai juga
berpaham Syiah. Naas, pada saat ekspansi ke daerah Sampar Kanan dan Sampar Kiri
sang laksamana gugur.
Pada tahun 1284, setelah keruntuhan dinasti Fatimiyah yang
beraliran syiah, dinasti Mamaluk yang bermadzhab Syafi`i berinisiatif mengambil alih Kerajaan Pasai.
Selain untuk menghilangkan pengaruh syiah, penaklukan ini juga bertujuan untuk
menguasai pasar rempah-rempah lada dan pelabuhan Pasai. Maka, Syekh Ismail
bersama Fakir Muhammad menunaikan tugas tersebut. Di sana mereka bertemu dengan
Merah Silu, keturunan Marah Pasai, dan menjalin persekutuan. Mereka akhirnya
berhasil merebut Pasai. Dan dinobatkanlah Merah Silu sebagai raja Samudera
Pasai yang pertama, dengan gelar Malik As-Salih pada tahun 1285. Ada
kisah-kisah menarik yang diterangkan dalam Hikayat Raja Pasai seputar Merah
Silu. Kisah-kisah ini nyaris di luar nalar dan beraroma mistis. Seperti adanya
sabda Rasulullah yang menubuatkan berdirinya kerajaan Pasai ataupun kisah Merah
Silu yang tanpa diajari siapa pun mampu membaca Al-Quran 30 juz dengan
sempurna. Terlepas dari itu, Malik As-Salih kemudian berpindah paham, dari
syiah menuju madzhab syafii. Maka aliran paham di Kerajaan Samudera Pasai yang
semula syiah berubah menjadi paham syafii yang sunni. Namun menurut Slamet
Muljana, dominasi madzhab syafii hanya terjadi pada masa Malik As-Salih saja.
Sebab, tercatat putra keduanya sendiri menyebrang ke paham syiah dan mendirikan
kerajaan sendiri di Aru Barumun dengan gelar Malik al-Mansur.
(www.pesantren-ciganjur.org)
Perkembangan selanjutnya, Malik As-Salih menikah dengan Ganggang
Sari, putri dari Kerajaan Perlak. Dari perkawinan ini, lahirlah Malikul Dzahir,
yang selanjutnya menjadi sultan kedua kerajaan Samudera Pasai. Pada masa
pemerintahannya, ia menggabungkan Kerajaan Perlak dengan Samudera Pasai. Dan
terbentuklah Kerajaan Samudera Pasai yang menguasai pantai timur sebelah utara
Sumatera yang berdekatan dengan Selat Malaka. Tercatat, selama abad 13 sampai
awal abad 16, Samudera Pasai dikenal sebagai salah satu kota di wilayah Selat
Malaka dengan bandar pelabuhan yang sangat sibuk. Bersamaan dengan Pidie, Pasai
menjadi pusat perdagangan internasional dengan lada sebagai salah satu
komoditas ekspor utama.
Saat itu Pasai diperkirakan mengekspor lada sekitar 8.000- 10.000
bahara setiap tahunnya, selain komoditas lain seperti sutra, kapur barus, dan
emas yang didatangkan dari daerah pedalaman. Bukan hanya perdagangan ekspor
impor yang maju. Sebagai bandar dagang yang maju, Samudera Pasai mengeluarkan
mata uang sebagai alat pembayaran. Salah satunya yang terbuat dari emas dikenal
sebagai uang dirham.
Hubungan dagang dengan pedagang-pedagang Pulau Jawa juga terjalin.
Produksi beras dari Jawa ditukar dengan lada. Pedagang-pedagang Jawa mendapat
kedudukan yang istimewa di pelabuhan Samudera Pasai. Mereka dibebaskan dari
pembayaran cukai. (http://tarekatqodiriyah.wordpress.com)
Ibnu Battutah, seorang musafir termasyhur, dalam catatan
perjalanannya, terkesan akan keindahan Samudera Pasai sebagai kota perdagangan.
Setelah 25 hari menempuh perjalanan dari Barhnakar ( wilayah di Myanmar),
Battutah mendarat di sebuah daerah yang sangat subur. Perdagangan di daerah itu
sangat maju. Ditandai dengan penggunaan mata uang emas. Ketika ia turun ke
kota, ia takjub dengan keadaan kota, di
mana ia melihat kota besar yang indah dikelilingi oleh dinding dan menara kayu.
Kota tersebut adalah ibukota Kerajaan Samudera Pasai. Battutah juga mengisahkan
tentang Sultan Maliku Dzahir yang amat bersahaja. Ia menggambarkan sang sultan
sebagai sultan yang saleh, pemurah, rendah hati dan mempunyai perhatian yang
amat besar kepada fakir miskin. Meskipun ia telah menaklukkan banyak kerajaan,
Malikul Dhahir tidak pernah bersikap jemawa. Kerendahan hatinya itu ditunjukkan
sang raja saat menyambut rombongan Ibnu Battutah. Para tamunya dipersilakan
duduk di atas hamparan kain, sedangkan ia langsung duduk di tanah tanpa beralas
apa-apa. Dalam lembar kisahnya yang lain ia menulis, “Sultan sangat rendah hati dan berangkat ke masjid untuk
shalat Jumat dengan berjalan kaki. Selesai shalat, Sultan dan rombongan
mengelilingi kota untuk melihat keadaan rakyatnya.”
Ibnu Batutah berada di Samudera Pasai selama 15 hari. Sebelum
berangkat meninggalkan wilayah Nusantara itu, ia sempat mengunjungi pedalaman
Sumatera yang masih dihuni masyarakat bukan Islam.
Di sana, ia menyaksikan beberapa adat masyarakat yang cukup
menakutkan, antara lain upacara bunuh diri beramai-ramai yang dilakukan para
rakyat ketika pemimpinnya mati.
Beberapa karya tulis juga muncul pada zaman kerajaan Samudera
Pasai. Sekelompok minoritas kreatif berhasil memanfaatkan huruf Arab yang
dibawa oleh agama Islam, untuk menulis karya mereka dalam bahasa Melayu. Inilah
yang kemudian disebut sebagai bahasa Jawi, dan hurufnya disebut Arab Jawi. Di
antara karya tulis tersebut adalah Hikayat Raja Pasai (HRP). Bagian awal teks
ini diperkirakan ditulis sekitar tahun 1360 M.
HRP menandai dimulainya perkembangan sastra Melayu klasik di bumi
nusantara. Bahasa Melayu tersebut kemudian juga digunakan oleh Syaikh Abdurrauf
al-Singkili untuk menuliskan buku-bukunya. Sejalan dengan itu, juga berkembang
ilmu tasawuf. Di antara buku tasawuf yang diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu
adalah Durru al-Manzum, karya Maulana Abu Ishak. Kitab ini kemudian
diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu oleh Makhdum Patakan, atas permintaan dari
Sultan Malaka. (http://mforum1.cari.com.my/). Ini menunjukan Samudera Pasai
juga berperan sebagai pusat pengembangan agama Islam di Indonesia. Diutusnya
dua ulama dari Pasai, Maulana Malik Ibrahim dan Maulana Ishak, ke Pulau Jawa,
semakin mempertegas pengaruh Samudera Pasai bagi perkembangan Islam di
Indonesia. Berkat dua ulama tersebut, yang memulai dakwah dari daerah Gresik,
Islam tumbuh dengan pesat di Pulau Jawa. Dan karena berperan sebagai pendakwah
pertama, Maulana Ishak bergelar Syekh Awwalul Islam. Fakta lain, pendiri
Kerajaan Cirebon dan Banten, Fatahillah atau biasa dikenal sebagai Sunan Gunung
Jati, ternyata adalah seorang putra Pasai. Jelaslah peran kerajaan ini dalam
penyebaran agama Islam di Indonesia, terutama Pulau Jawa.
Selain itu, bahasa Melayu dari Pasai digunakan pula dalam
kitab-kitab pelajaran agama Islam sebagai pengantarnya. Istilah “bahasa Melayu”
sendiri, merupakan kebiasaan baru di abad ke-18. Pada abad ke-16 dan 17, bahasa
Melayu disebut dengan istilah “bahasa Jawi”. Hal ini karena bahasa itu ditulis
dalam huruf Jawi, yakni huruf Arab yang telah disesuaikan dengan ucapan lidah
masyarakat Nusantara. Sementara “jawi” ialah sebutan orang-orang Arab di masa
itu untuk negeri-negeri di wilayah Nusantara/Asia Tenggara. Selanjutnya, bahasa
Melayu terus berkembang dan akhirnya bertransformasi menjadi bahasa nasional
Indonesia. Bisa dikatakan, bahasa Melayu Pasai merupakan cikal bakal bahasa
nasional orang Indonesia.
Di tahun 1350 M Kerajaan Samudera Pasai mencapai masa kebesarannya.
Kerajaan Samudera Pasai juga berhubungan langsung dengan Kerajaan Cina sebagai
siasat untuk mengamankan diri dari ancaman Kerajaan Siam yang daerahnya
meliputi Jazirah Malaka. Perkembangan ekonomi masyarakat Kerajaan Samudera
Pasai bertambah pesat, sehingga selalu menjadi perhatian sekaligus incaran dari
kerajaan – kerajaan di sekitarnya. Setelah Samudera Pasai dikuasai oleh
Kerajaan Malaka maka pusat perdagangan dipindahkan ke Bandar Malaka.
Perkembangan pesat Kerajaan Malaka memang merupakan sebab yang membuat Kerajaan
Samudera Pasai mengalami kemunduran. Pernikahan Parameswara atau Sultan
Iskandar Syah, pendiri Kerajaan Malaka, dengan putri Kerajaan Samudera Pasai
memang memperkuat hubungan Kerajaan Samudera Pasai dengan Kerajaan Malaka.
Namun di sisi lain, Kerajaan Samudera Pasai posisinya semakin melemah. Pada
akhirnya, Kerajaan Malaka mengambil alih Kerajaan Samudera Pasai dan menguasai
bandarnya.
B.
LETAK GEOGRAFIS
Letak Samudera Pasai (Sekitar Aceh Utara)
Kerajaan Samudra Pasai muncul pada abad ke 13 Masehi ketika
Kerajaan Sriwijaya hancur. Kerajaan ini didirikan oleh Malikussaleh, merupakan
kerajaan yang kaya dengan penduduknya yang banyak. Kota Kerajaan di sebut
Pasai, sekarang ini letaknya di Desa Beuringen Kec. Samudera Geudong Kab. Aceh
Utara Provinsi Aceh. Wilayah Kekuasaan Kesultanan Pase (Pasai) pada masa
kejayaannya sekitar abad ke 14 terletak di daerah yang diapit oleh dua sungai besar
di pantai Utara Aceh, yaitu sungai Peusangan dan sungai Jambo Aye, jelasnya
Kerajaan Samudra Pasai adalah daerah aliran sungai yang hulunya berasal jauh ke
pedalaman daratan tinggi Gayo Kab. Aceh Tengah.
C.
SILSILAH
Berikut daftar penguasa Pasai,
Periode Nama Sultan atau
Gelar Catatan dan peristiwa penting
1267 – 1297 Marah Silu
Sultan Malik as-Saleh Hikayat
Raja-raja Pasai dan makam raja
1297 – 1326 Sultan
Muhammad Malik az-Zahir Koin
emas telah mulai diperkenalkan
1326 – 1345 Sultan
Mahmud Malik az-Zahir Dikunjungi Ibnu
Batutah
1345 – 1383 Sultan
Ahmad Malik az-Zahir Diserang
Majapahit
1383 – 1405 Sultan
Zain al-Abidin Malik az-Zahir Dikunjungi
Cheng Ho
1405 – 1412 Sultanah
Nahrasiyah Raja perempuan, (janda
Sultan Pasai sebelumnya)
1405 – 1412 Sultan
Sallah ad-Din Menikahi
Sultanah Nahrasiyah
1412 – 1455 Sultan Abu
Zaid Malik az-Zahir Mengirim utusan ke
Cina
1455 – 1477 Sultan
Mahmud Malik az-Zahir II
1477 – 1500 Sultan
Zain al-Abidin ibn Mahmud Malik az-Zahir II
Sultan Zain al-Abidin II
1501 – 1513 Sultan
Abd-Allah Malik az-Zahir
1513 – 1521 Sultan
Zain al-Abidin III Penaklukan oleh
Portugal
D.
KEHIDUPAN EKONOMI
Menurunnya peranan kerajaan Sriwijaya di Selat Malaka bersamaan
dengan berdirinya Kerajaan Samudera Pasai. Di bawah kekuasaan Samudera Pasai,
jalur perdagangan di Selat Malaka berkembang pesat. Banyak pedagang-pedagang
dari Arab, Persia dan Gujarat yang berlabuh di Pidie, Perlak dan Pasai. Pada
masa raja Hayam Wuruk berkuasa, Samudera Pasai berada di bawah kendali
Majapahit. Walau demikian Samudera Pasai diberi keleluasan untuk tetap
menguasai perdagangan di Selat Malaka.
Belakangan diketahui bahwa sebagian wilayah dari kerajaan Majapahit
sudah memeluk agama Islam. Awal abad 15 M, Samudera Pasai mengirim utusan untuk
membayar upeti kepada Cina dengan tujuan mempererat hubungan diplomatik dan
mengamankan diri dari serangan kerajaan Siam dari Muangthai. Pada masa
kekuasaan Samudera Pasai, uang dirham sudah dipakai sebagai alat tukar menukar,
di salah satu sisi uang tertulis kalimat Sultan yang Adil. Selama
kerajaan-kerajaan Islam berkuasa di Indonesia, telah banyak terjadi perlawanan
yang dilakukan oleh pihak kerajaan setempat atau “pemberontak” yang tak setuju
kaum penjajah Eropa campur tangan terhadap urusan dalam negeri
Karena letaknya yang strategis, di Selat Malaka, di tengah jalur
perdagangan India, Gujarat, Arab, dan Cina, Pasai dengan cepat berkembang
menjadi besar. Sebagai kerajaan maritim, Pasai menggantungkan perekonomiannya
dari pelayaran dan perdagangan. Letaknya yang strategis di Selat Malaka membuat
kerajaan ini menjadi penghubung antara pusat-pusat dagang di Nusantara dengan
Asia Barat, India, dan Cina. Salah satu sumber penghasilan kerajaan ini adalah
pajak yang dikenakan pada kapal dagang yang melewati wilayah perairannya.
Berdasarkan catatan Ma Huan yang singgah di Pasai tahun 1404,
meskipun kejayaan Kerajaan Samudera Pasai mulai redup seiring munculnya
Kerajaan Aceh dan Malaka, namun negeri Pasai ini masih cukup makmur. Ma Huan
ini seorang musafir yang mengikuti pelayaran Laksamana Cheng Ho, pelaut Cina
yang muslim, menuju Asia Tenggara (termasuk ke Jawa).
Ma Huan memberitakan bahwa
kota Pasai ditidaklah bertembok. Tanah dataran rendahnya tidak begitu subur.
Pada hanya ditanam di tanah kering dua kali dalam setahun. Lada, salah satu
hasil rempah-rempah yang banyak diminati pedagang asing, ditanam di
ladang-ladang di daerah gunung.
Berita mengenai Samudera Pasai juga didapat dari Tome Pires,
penjelajah dari Portugis, yang berada di Malaka pada tahun 1513. Tome Pires
menyebutkan bahwa negeri Pasai itu kaya dan berpenduduk cukup banyak. Di Pasai,
ia banyak menjumpai pedagang dari Rumi (Turki), Arab, Persia, Gujarat, Tamil.
Melayu, Siam (Thailand), dan Jawa. Begitu pentingnya keberadaan
Samudera Pasai sebagai salah satu pusat perdagangan, tak mengherankan bila
ibukotanya yang bernama Samudera menjadi nama pulau secara keseluruhan, yaitu
Sumatera.
E.
KEHIDUPAN SOSIAL – BUDAYA
Telah disebutkan di muka bahwa, Pasai merupakan kerajaan besar,
pusat perdagangan dan perkembangan agama Islam. Sebagai kerajaan besar, di
kerajaan ini juga berkembang suatu kehidupan yang menghasilkan karya tulis yang
baik. Sekelompok minoritas kreatif berhasil memanfaatkan huruf Arab yang dibawa
oleh agama Islam, untuk menulis karya mereka dalam bahasa Melayu. Inilah yang
kemudian disebut sebagai bahasa Jawi, dan hurufnya disebut Arab Jawi. Di antara
karya tulis tersebut adalah Hikayat Raja Pasai (HRP). Bagian awal teks ini
diperkirakan ditulis sekitar tahun 1360 M. HRP menandai dimulainya perkembangan
sastra Melayu klasik di bumi nusantara. Bahasa Melayu tersebut kemudian juga
digunakan oleh Syaikh Abdurrauf al-Singkili untuk menuliskan buku-bukunya.
Sejalan dengan itu, juga berkembang ilmu tasawuf. Di antara buku
tasawuf yang diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu adalah Durru al-Manzum, karya
Maulana Abu Ishak. Kitab ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu oleh
Makhdum Patakan, atas permintaan dari Sultan Malaka. Informasi di atas
menceritakan sekelumit peran yang telah dimainkan oleh Samudera Pasai dalam
posisinya sebagai pusat tamadun Islam di Asia Tenggara pada masa itu.
KEHIDUPAN AGAMA
Samudera Pasai adalah dua kerajaan kembar yakni Samudera dan Pasai,
kedua-duanya merupakan kerajaan yang berdekatan. Saat Nazimuddin al-Kamil
(laksamana asal Mesir) menetap di Pasai, kedua kerajaan tersebut dipersatukan
dan pemerintahan diatur menggunakan nilai-nilai Islam. Kerajaan Samudera Pasai
adalah kerajaan pesisir sehingga pengaruhnya hanya berada di bagian Timur
Sumatera.
Samudera Pasai berjasa menyebarkan agama Islam ke seluruh pelosok
di Sumatera, bahkan menjadi pusat penyebaran agama. Selain banyaknya orang Arab
menetap dan banyak ditemui persamaan dengan kebudayaan Arab, atas jasa-jasanya
menyebarkan agama Islam ke seluruh pelosok Nusantara wilayah itu dinamakan
Serambi Mekah.
F.
HASIL KARYA ATAU PENINGGALAN
Adapun peninggalan-peninggalan kerajaan Samudera Pasai antara lain
:
Kaligrafi yang terdapat
pada makam Ratu Nahrasiyah yang dibuat pada abad 14 M
Penemuan makam Sultan
Malik as-Saleh yang bertarikh 696 H atau 1297 M, dirujuk oleh sejarahwan sebagai
tanda telah masuknya agama Islam di Nusantara sekitar abad ke-13. Walau ada
pendapat bahwa kemungkinan Islam telah datang lebih awal dari itu. Hikayat
Raja-raja Pasai memang penuh dengan mitos dan legenda namun deskripsi ceritanya
telah membantu dalam mengungkap sisi gelap sejarah akan keberadaan kerajaan
ini. Kejayaan masa lalu kerajaan ini telah menginspirasikan masyarakatnya untuk
kembali menggunakan nama pendiri kerajaan ini untuk Universitas Malikussaleh di
Lhokseumawe.
Peninggalan terpenting
adalah jirat makam yang diimpor dari Gujarat ( India ), kitab sastra hikayat
raja-raja Pasai ( tanpa pengarang ), dan mata uang emas ( dirham ) sebagai alat
tukar dalam perdagangan.
mata uang kerajaan samudera pasai
G.
PEMERINTAHAN
Samudera Pasai adalah sebuah kerajaan yang bercorak Islam dan
sebagai pimpinan tertinggi kerajaan berada di tangan sultan yang biasanya
memerintah secara turun temurun. Lazimnya kerajaan-kerajaan pantai atau
kerajaan yang berdasarkan pada kehidupan/kejayaan maritim yang termasuk dalam
struktur kerajaan tradisionil kerajaan-kerajaan Melayu, seperti kerajaan Islam
Samudera Pasai, disamping terdapat seorang sultan sebagai pimpinan kerajaan,
terdapat pula beberapa jabatan lain, seperti Menteri Besar (Perdana Menteri atau
Orang Kaya Besar), seorang Bendahara, seorang Komandan Militer atau Panglima
Angkatan laut yang lebih dikenal dengan gelar Laksamana, seorang Sekretaris
Kerajaan, seorang Kepala Mahkamah Agama yang dinamakan Qadi, dan beberapa orang
Syahbandar yang mengepalai dan mengawasi pedagang-pedagang asing di kota-kota
pelabuhan yang berada di bawah pengaruh kerajaan itu. Biasanya para Syahbandar
ini juga menjabat sebagai penghubung antara sultan dan pedagang-pedagang asing.
Sebagaimana lazimnya sebuah kerajaan maritim, Kerajaan Islam
Samudera Pasai dapat berkembang karena mempunyai suatu kekuatan angkatan laut
yang cukup besar menurut ukuran masa itu dan mutlak diperlukan untuk mengawasi
perdagangan di wilayah kekuasaannya. Dan karena sebagai kerajaan maritim, kerajaan
ini sedikit sekali mempunyai basis agraris yang hanya diperkirakan berada
sekitar sebelah –menyebelah sungai Pasai dan sungai Peusangan saja, dimana
terdapat sejumlah kampung-kampung (meunasah-meunasah) yang merupakan unit
daripada bentuk masyarakat terkecil di wilayah Samudera Pasai pada waktu itu.
Dan selain itu meunasah-meunasah ini merupakan lembaga-lembaga pemerintahan
terkecil pula dari Kerajaan Samudera Pasai pada waktu itu.
Diantaranya ke Minangkabau, Palembang, Jambi, Patani, Malaka, Jawa
dan beberapa kerajaan pantai di sekitarnya. Pada abad ke XIV Kerajaan Islam
Samudera Pasai menjadi pusat studi agama Islam dan juga tempat berkumpul
ulama-ulama dari berbagai negara Islam untuk berdiskusi tentang masalah-masalah
keduniawian dan keagamaan. Berdasarkan berita dari Ibn.Batutah, seorang
pengembara asal Maroko yang mengunjungi Samudera Pasai pada tahun 1345/6,
kerajaan ini berada pada puncak kejayaannya. Ibn-Batutah berada dikerajaan ini
selama dua minggu dan telah melihat banyak tempat ini(kraton Samudera Pasai),
mempunyai benteng di sekelilingnya. Dia telah diterima oleh wakil laksamana di
Balairung dan telah diberi persalinan menurut adat setempat. Pada hari ketiga
di sana Ibn Batutah mendapat kesempatan untuk menghadap sultan yang memerintah
pada ketika itu yaitu Sultan Malikul Zahir yang dianggapnya sebagai sultan yang
termasyur dan peramah. Selama di Samudera Pasai Ibn Batutah telah berjumpa
dengan tiga orang ulama terkenal, yang masing-masing bernama Amir Dawlasa
berasal dari Delhi (India), Kadi Amir Said berasal dari Shiraz dan Tajuddin
berasal dari Ispahan. Dan disebutkan bahwa sultan Samudera Pasai sangat suka
berdiskusi masalah-masalah agama dengan ulama-ulama itu.
Dengan melihat Samudera Pasai sebagai pusat studi dan pertemuan
para ulama seperti tersebut di atas dan sesuai dengan yang telah diutarakan
oleh Prof.A.Hasjmy, bahwa banyak sekali tokoh dan para ahli dari berbagai
disiplin pengetahuan yang datang dari luar seperti dari Persia (bagian dari
Daulah Abbasiyah) untuk membantu kerajaan Islam Samudera Pasai, maka dapat
dipastikan bahwa sistem dan organisasi pemerintahan di kerajaan itu, tentunya
seirama dengan sistem yang dianut oleh pemerintahan daulah Abbasiyah. Dan menurut
catatan Ibn Batutah, diantara pejabat tinggi Kerajaan Islam Samudera Pasai yang
ikut melepaskan sultan meninggalkan mesjid di hari Jum’at yaitu Al Wuzara (para
menteri) dan Ak Kuttab (para sekretaris) dan para pembesar lainnya . Selain itu
menurut catatan M.Yunus Jamil, bahwa pejabat-pejabat Kerajaan Islam Samudera
Pasai terdiri dari orang-orang alim dan bijaksana. Adapun nama-nama dan
jabatan-jabatan mereka adalah sebagai berikut:
1. Seri Kaya Saiyid Ghiyasyuddin, sebagai Perdana Menteri.
2. Saiyid Ali bin Ali Al Makaarani, sebagai Syaikhul Islam.
3. Bawa Kayu Ali Hisamuddin Al Malabari, sebagai Menteri Luar
Negeri.
Dari catatan-catatan, nama-nama dan lembaga-lembaga seperti
tersebut di atas, Prof.A.Hasjmy berkesimpulan bahwa, sistem pemerintahan dalam
Kerajaan Islam Samudera Pasai sudah teratur baik, dan berpola sama dengan
sistem pemerintahan Daulah Abbasiyah di bawah Sultan Jalaluddin Daulah (416-435
H).
Samudra pasai sendiri didirikan oleh
Sultan Malik as-saleh. Sulatan Malik As-saleh sendiri mendirikan kerajaan
Samudra Pasai pada abad ke-13, dan menjadi raja pertama kerajaan Samudra Pasai,
dan wafat pada tahun 696 H atau 1297 M. Keadaan masyarakat Pasai jelas sekali,
menggantungkan kehidupan lewat pelyaran dan perdagangan
Terdapat pula
perkembangan-perkembangan yang telah dicapai oleh Samudra Pasai yaitu:
1. Dalam bidang kegamaan, yakni pasai sebagai kerajaan yang
pertama dan berpengaruh dalam persebaran Islam di Asia Tenggara dan Indonesia.
2. Dalam bidang perdagangan, yakni sebagai salah satu peserta
dalam kegiatan perdagangan internasional.
3. Politik islam yang juga tidak terlepas dari masuknya Islam
di Sumatra.
4. Pelayaran, sebagai kerajaan agraris Smaudra Pasai mempunyai
potensi di pelayaran, dan nelayan.
1. Berdiri pada abad ke-13 dan didirikan oleh Meurah Silu atau
sultan Malik as-Saleh.
2. Masa awal dan kejayaan kerajaan ini tidak bisa dijelaskan
secara jelas kapan, pada kepemimpinan siapa. Tetapi terjadi perkembangan dan
masa kejayaan di kerajaan ini.
3. Perkembangan Samudra pasai dalam bidang: ekonomi, dari
perdagangan dan pelayaran, juga pajak yang dikenakan bagi para pedagang asing;
pada bidang keagamaan; pada bidang politik Islam; pada bidang hubungan dengan
negara asing, seperti Cina, Malaka, dan Arab.
Soejono,R.Z.2008.Sejarah Nasional
Indonesia III: Zaman Prtumbuhan dan
Perkembangan Islam di Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka.
Gade,I,M.1997.Pasai Dalam Perjalanan Sejarah: Abad ke-13
sampai Awal Abad ke-16.Jakarta: CV. Putra Sejati Raya.
Romeo,I,M.2012.Kerajaaan Samudra Pasai,(online), (http://iqbalromeo.blogspot.com/2012/09/kerajaan-samudera-pasai.html), diakses 3 Februari 2013
Puji
syukur kehadirat Allah Yang Maha Kuasa, yang telah memberikan rahmat dan
hidayahnya kepada kami sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Tak lupa
sholawat serta salam kami haturkan kepada junjungan kami Nabi Muhammad saw.
Makalah ini kami beri judul “ KERAJAAN
SAMUDRA PASAI” yang disesuaikan dengan materi tugas mata pelajaran sejarah kebudayaan indonesia. Semoga dengan
adanya makalah ini kami dapat memahami sejarah islam di Indonesia.
Kesempurnaan hanyalah milik Allah,
kekurangan dan kelemahan adalah milik kami, karena itu kami berharap kritik dan
saran, guna meningkatkan mutu dan kualitas kinerja kami, agar dapat memperbaiki
makalah yang selanjutnya, menjadi makalah yang lebih baik lagi.
Tasikmalaya, Februari 2014
Penulis
MAKALAH
SEJARAH
KERAJAAN SAMUDRA PASAI
Diajukan Untuk
Memenuhi Salah Satu Tugas
Mata Pelajaran
Sejarah Kebudayaan Islam
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK :
1.
2.
3.
KELAS :
MADRASAH
ALIYAH MANARUL HUDA
SUKARAME
– TASIKMALAYA
2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar